72 diketahui bahwa PTK belum diwajibkan ada pada golongan IIIC ke IIID.
Berikut pernyataan informan SI: Informan SI
:“Ga IIID ke IVA, IVA ke IVB. Soalnya kalau IIIC ke IIID belum harus PTK. Tapi baru yang penting karya ilmiah,
publikasi ada tiga cukup. Kalau mau ke IVA kayaknya harus ada PTK. Jadi tidak dari IIIB ke IIIC harus gak… Kan
itu ada kriteria ada PTK, publikasi ilmiah, karya ilmiah dalam satu pengembangan apa ya…”
Lebih lanjut, untuk mengecek kebenaran data yang telah didapatkan maka peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah mengenai
peraturan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala sekolah dapat diketahui bahwa PTK wajib ada pada kenaikan pangkat dari IVA ke
IVB. Berikut hasil wawancara tersebut: Informan YM
:“Tidak. 2013 dari IIIB ke IIIC dan seterusnya sampai IVE itu butuh butuh walaupun tidak PTK. Jadi begini kalau IIIB
ke IIIC itu tidak harus IIIC ke IIID, IIID ke IVA itu tidak harus PTK. Nah… Pokoknya karya inovatif atau publikasi
ilmiah. Tapi kan ya sudah, karena umumnya PTK ya dibuat PTK tapi tidak harus. Tapi kalau IVA ke IVB seterusnya itu
wajib dan diseminarkan serta harus dijurnalkan. Paham nggih? Jadi nek IIIB ke IIIC itu harus ada PKB tapi tidak
harus…”
11. Deskripsi Data Ke- 10
Deskripsi data ke-10 berisi mengenai pengaruh usia dalam melakukan penelitian. Pertanyaan ini diajukan kepada empat informan yang baru
berencana maupun sedang dalam proses melakukan PTK. Tujuan pengajuan pertanyaan tersebut untuk menggali secara lebih mendalam penyebab belum
melakukan PTK. Berikut rincian pernyataan informan tersebut: Informan WK
:“Hmmn sebenarnya untuk mencari ilmu tu tidak harus melihat usia tetapi kenyataannya usia juga mempengaruhi
semakin bertambah usia mungkin kualitas untuk mempelajari sesuatu itu mungkin waktu, pikiran, tenaga
juga semakin terbatas tetapi pengalaman bagi yang senior itu semakin lebih banyak daripada yang masih yunior.
Yunior itu mungkin kelebihannya karena masih punya tenaga, pikiran, istilahnya lincah, gesit, jadi membuat
PTK tidak ada halangan.”
73 Informan SI
:“Kalau untuk guru tinggal orangnya dalam artian kebanyakan disini yang guru–guru senior yang punya
PTK ya tidak banyak, udah mentok di IVA gitu seperti bu X sendiri udah IVA, tapi IVAnya kan sudah dari jaman
dulu kan ya udah puluhan tahun yang lalu. Jadi umur gak bisa jadi patokan. Cuma umumnya kalau usia tetap ada
pengaruhnya tapi tidak 100. Kalau saya kan termasuk yang muda gak, tua gak, sudah 40 lebih ya jadi tengah–
tengah ya harusnya rajin tapi karena ada urusan segala macam sampai sekarang ya belum bikin.”
Informan ET :“Oh gitu. Usia ya? Saya kira tetap pengaruh juga mba.
tapi ya ga ga apa ya…” :“Iya gak sepenuhnya. Ho’oh. Tapi tergantung orangnya
juga sih ya bagaimana orang menyikapi aturan–aturan yang ada sekarang.”
Informan TY :“Itu kan sebenarnya ini ya mba seperti itu kan
kemampuan dan kemauan juga. Di samping itu juga ada waktu. Biasanya kalau yang muda itu lebih enerjik juga.”
:“Iya, tapi gak sepenuhnya. Sebenarnya kalau punya kemampuan dan punya niat nggih, ada dorongan juga ada
motivasinya. Ini naik tingkat ini, itu lebih termotivasi lagi seperti itu.”
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa usia guru memiliki pengaruh dalam melakukan penelitian. Akan tetapi, usia tidak berpengaruh
sepenuhnya terhadap kegiatan penelitian yang dilakukan. Ada faktor lain di luar usia yang dapat mempengaruhi guru melakukan PTK yaitu pengalaman,
motivasi dan sikap guru dalam menyikapi peraturan yang berlaku.
B. Pembahasan
Berdasarkan pada deskripsi data penelitian maka dapat diketahui penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK, upaya–upaya yang
dilakukan pihak sekolah untuk mendorong maupun mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK, serta temuan lainnya yang masih
terkait dengan penelitian ini. Ketiga data tersebut akan dibahas secara lebih rinci pada point pembahasan. Pada point pembahasan peneliti berusaha untuk
74 membandingkan antara temuan penelitian dengan kajian teoretik dan kajian
empirik yang ada. Berikut pembahasan atas data–data yang telah didapatkan:
1. Penyebab Sebagian Besar Guru Ekonomi Belum Melakukan PTK a. Guru Kurang Termotivasi untuk Melakukan PTK
Berdasarkan pada deskripsi data ke-1 dapat diketahui bahwa motivasi sebagian besar guru ekonomi melakukan PTK adalah untuk keperluan
kenaikan pangkat. Hal ini dikarenakan adanya peraturan pemerintah yaitu PERMENPAN-RB No 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas
Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 yang menguatkan kedudukan PTK sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat guru.
Pada peraturan tersebut guru yang berada pada golongan kenaikan kepangkatan dari IVA ke IVB diharuskan memiliki minimal satu PTK
yang sudah diseminarkan secara nasional ataupun pada MGMP. Adanya peraturan tersebut berimplikasi pada guru yang berada pada
golongan IVA memiliki motivasi untuk melakukan PTK sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk keperluan kenaikan pangkat ke
golongan IVB. Akan tetapi, guru yang belum mencapai golongan IVA belum termotivasi atas adanya peraturan tersebut. Dari kelima guru
ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini sebagian besar guru belum mencapai pada golongan IVA. Hanya satu dari lima guru yang
sudah mencapai golongan IVA. Berikut rincian guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini beserta golongan dan kewajiban
pembuatan PTK untuk keperluan kenaikan pangkat. Tabel 5. Rincian Daftar Informan Beserta Golongan dan Kewajiban
Pembuatan PTK No
Inisial Informan Golongan
Kewajiban Membuat PTK 1
WK IIIB
Belum Wajib 2
SI IIIC
Belum Wajib 3
TY -
- 4
ET IIIC
Belum Wajib 5
ES IVA
Sudah Wajib Sumber: Data Hasil Penelitian
75 Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari lima guru, ada tiga guru
yang belum disyaratkan untuk melakukan PTK untuk keperluan kenaikan pangkat. Hal ini dikarenakan ketiga guru belum berada pada kenaikan
pangkat yang mengharuskan adanya PTK. Ketiga guru tersebut adalah informan WK, SI, dan ET. Sedangkan untuk informan TY merupakan
guru yayasan. Sistem pengangkatan yang berlaku untuk informan TY adalah dengan mengajukan kepada kepala sekolah dan kemudian kepala
sekolah mengajukan kepada yayasan sekolah. Informan yang sudah diwajibkan melakukan PTK adalah informan
ES. Informan ES merupakan salah satu guru senior. Pada tahun 2010 informan ES sudah melakukan PTK dan sudah diajukan sebagai salah
satu syarat untuk kenaikan pangkat dari golongan IVA ke IVB namun hingga kini belum ada konfirmasi dari pihak DIKPORA Kota Surakarta
baik untuk penerimaan ataupun penolakan terhadap PTK. Motivasi lain informan ES melakukan PTK selain untuk keperluan kenaikan pangkat
adalah memperbaiki proses pembelajaran yang dapat berimplikasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik.
Atas dasar tersebut maka dapat diketahui bahwa motivasi guru untuk melakukan PTK ada dua yaitu untuk keperluan kenaikan pangkat dan
memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukan. Kedua motivasi tersebut dimiliki oleh informan ES untuk melakukan PTK sedangkan
keempat informan lain yaitu informan ET,TY,WK dan SI motivasi untuk melakukan PTK adalah untuk keperluan kenaikan pangkat dan belum
berorientasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Dari data tersebut maka dapat diketahui bahwa penyebab utama sebagian besar
guru ekonomi belum melakukan PTK karena belum termotivasi untuk melakukan PTK. Belum termotivasinya guru untuk melakukan PTK
dikarenakan belum berada pada golongan kepangkatan yang
mengharuskan adanya PTK untuk keperluan kenaikan pangkat. Terdapat persamaan dan perbedaan antara data temuan dengan kajian
empirik dan kajian teoretik yang digunakan. Kesamaannya terletak pada
76 motivasi sebagian besar guru untuk melakukan PTK untuk keperluan
kenaikkan pangkat. Pada penelitian Anggraeni 2014:100 menyatakan bahwa faktor utama terlaksananya PTK adalah motivasi untuk keperluan
kenaikan jabatan. Sedangkan perbedaannya terletak bahwa motivasi guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini melakukan PTK
tidak hanya untuk kenaikan pangkat saja namun sudah ada satu informan yang mempunyai motivasi melakukan PTK untuk peningkatan kualitas
pembelajaran yang akan berimplikasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik.
Perbedaan antara kajian teoretik dan kajian empirik dengan data temuan penelitian dapat disebabkan karena salah satu sifat atau
karakteristik penelitian kualitatif yang menyatakan bahwa hasil penelitian kualitatif hanya dapat digunakan sepenuhnya pada situasi yang
sama Devetak dkk, 2010:77 dan Saebani, 2008:125. Mengacu pada teori tersebut, perbedaan antara penelitian yang dilakukan Anggraeni
2014:100 dengan hasil penelitian ini dapat disebabkan adanya perbedaan situasi yang diteliti meliputi tempat yang digunakan sebagai
penelitian dan karakteristik informan yang diteliti.
b. Kesulitan Teknis yang Dialami Guru untuk Melakukan PTK
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari lima guru ekonomi ada satu guru ekonomi yang sudah
melakukan PTK. Guru tersebut adalah informan ES. Secara garis besar, informan ES mengalami kesulitan yang bersifat teknis pada penyusunan
tahap perencanaan. Sedangkan pada penyusunan kalimat ilmiah, kajian teori, hipotesis, lembar observasi kegiatan, proses pengumpulan data,
pengolahan data, penyajian data dan penyimpulan data informan ES tidak mengalami kesulitan.
Upaya informan ES dalam menangani permasalahan teknis terkait penyusunan tahap perencanaan adalah dengan mempelajari pedoman
PTK dan memperbanyak membaca referensi PTK sedangkan untuk teknis PTK lainnya seperti penyusunan kalimat ilmiah, kajian teori,
77 hipotesis, lembar observasi kegiatan informan ES tidak mengalami
kesulitan karena dapat dipelajari dari pedoman yang sudah ada. Terdapat dua guru lain yang sedang dalam proses melakukan dan
menyusun PTK. Kedua guru tersebut adalah informan TY dan ET. Berdasarkan pada data penelitian dapat diketahui bahwa informan TY
mengalami kesulitan yang bersifat teknis pada penyusunan rumusan masalah, kalimat ilmiah dan kajian teori, mengumpulkan, mengolah, dan
menyimpulkan data. Upaya yang dilakukan informan TY untuk mengatasi kesulitan yang dialami adalah dengan melihat contoh PTK
yang sudah ada sebagai bahan referensi. Kesulitan teknis yang dialami oleh informan ET terkait dengan
penyusunan kajian teori dan lampiran-lampiran yang dibutuhkan seperti nilai siswa sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan, agenda
mengajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, daftar siswa dan sebagainya. Upaya informan ET untuk mengatasi kesulitan teknis yang
dialami adalah dengan memperbanyak membaca referensi yang dapat membantu mengatasi kesulitan dalam penyusunan PTK.
Terdapat kesamaan dan perbedaan antara data temuan penelitian yang dilakukan Trisdiono 2014:1 yang digunakan sebagai kajian teoretik dan
kajian empirik dengan hasil penelitian ini. Kesamaan diantara keduanya adalah kesulitan teknis yang menyebabkan guru belum melakukan PTK
yaitu karena mengalami kesulitan dalam penyusunan kalimat ilmiah dan kajian teori. Adanya kesulitan dalam penyusunan kalimat ilmiah dan
kajian teori tersebut dapat disebabkan karena terbatasnya buku penunjang PTK yang dibaca.
Sedangkan perbedaan antara data temuan dengan kajian teoretik dan kajian empirik yaitu terdapat kesulitan teknis lain yang dialami guru
untuk melakukan PTK yang
terkait dengan penyusunan tahap perencanaan, rumusan masalah, mengumpulkan, mengolah dan
menyimpulkan data dan menyusun lampiran-lampiran yang dibutuhkan seperti nilai siswa, agenda mengajar, RPP, daftar siswa dan sebagainya.
78 Perbedaan antara kajian teoretik dan kajian empirik dengan data
temuan penelitian dapat disebabkan karena salah satu sifat atau karakteristik penelitian kualitatif yang menyatakan bahwa hasil
penelitian kualitatif hanya dapat digunakan sepenuhnya pada situasi yang sama. Teori ini dikemukakan oleh Devetak dkk 2010:77 dan Saebani
2008:125. Mengacu pada teori tersebut, perbedaan antara penelitian yang dilakukan Trisdiono dengan hasil penelitian ini dapat disebabkan
adanya perbedaan situasi yang diteliti meliputi tempat yang digunakan sebagai penelitian, karakteristik informan yang diteliti dan kemampuan
informan untuk melakukan PTK.
c. Pelatihan PTK yang Belum Optimal
Berdasarkan pada hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari kelima guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini sudah
mendapatkan pelatihan mengenai PTK. Pelatihan tersebut diadakan oleh DIKPORA Tingkat Provinsi dan MGMP Ekonomi Kota Surakarta. Pada
pelatihan yang diadakan oleh DIKPORA Tingkat Provinsi membahas mengenai konsep dasar PTK dan sistematika penyusunan PTK
sedangkan untuk cara pembuatan yang lebih rinci belum dijelaskan. Selain diadakan oleh DIKPORA Tingkat Provinsi, pelatihan PTK juga
pernah dilakukan oleh MGMP Ekonomi Kota Surakarta. Pelatihan oleh MGMP diadakan berdasarkan inisiatif dari guru-guru ekonomi di kota
Surakarta yang ingin mengetahui penyusunan PTK secara lebih rinci. Pada pelatihan tersebut, guru-guru ekonomi mengundang narasumber
eksternal dari LPMP untuk memberikan bimbingan cara penyusunan PTK yang benar.
Luaran yang didapatkan pada pelatihan yang dilakukan oleh DIKPORA Tingkat Provinsi adalah guru diarahkan untuk membuat judul
PTK. Ada dua informan yang mengikuti pelatihan yang diadakan oleh DIKPORA Tingkat Provinsi. Kedua informan tersebut adalah informan
WK dan SI. Informan WK sudah membuat judul PTK namun belum dikembangkan sedangkan untuk informan SI belum membuat judul PTK.
79 Selanjutnya, luaran dari pelatihan yang diadakan oleh MGMP Kota
Surakarta adalah guru diarahkan untuk membuat proposal PTK. Ada tiga informan yang mengikuti pelatihan dari MGMP tersebut yaitu informan
ET, ES, dan TY. Informan ET dan TY sedang dalam proses membuat PTK. Informan ET sudah membuat proposal PTK hingga bab II dan
informan TY sedang mencoba membuat latar belakang masalah pada bab I. Sedangkan untuk informan ES sudah membuat proposal dari bab I
hingga III kemudian mengembangkan hingga pada bab V. Menurut Efendi dalam Herdiana 2011:1 menyatakan bahwa
pelatihan yang optimal adalah pelatihan yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai. Mengacu pada
teori tersebut, dapat dianalisis bahwa pelatihan yang diikuti oleh guru- guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini belum
optimal. Hal ini dikarenakan pada kedua pelatihan tersebut belum dapat meningkatkan semua indikator pelatihan yang optimal.
Pada pelatihan yang diadakan oleh DIKPORA Tingkat Provinsi sudah dapat meningkatkan pengetahuan guru mengenai penyusunan
judul PTK namun belum sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan untuk menyusun judul PTK. Data ini dapat dilihat pada
tabel 6 yang berisi mengenai analisis keoptimalan pelatihan PTK yang diadakan oleh Dinas DIKPORA Tingkat Provinsi.
Tabel 6. Analisis Keoptimalan Pelatihan PTK yang diadakan Dinas DIKPORA Tingkat Provinsi
Informan Indikator
Pengetahuan Kemampuan
Keterampilan Konsep
Dasar Sistematika
Membuat Judul
Mengembangkan Judul
WK √
√ √
- SI
√ √
- -
Sumber: Data Penelitian Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pelatihan PTK
yang diadakan oleh Dinas DIKPORA Tingkat provinsi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan informan WK namun belum
80 dapat meningkatkan keterampilan untuk mengembangkan judul PTK
yang telah dibuat. Sedangkan untuk informan SI, pelatihan tersebut sudah dapat meningkatkan pengetahuan
namun belum dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan untuk membuat dan
mengembangkan judul PTK. Belum tercapainya semua indikator keoptimalan dari sebuah pelatihan mengindikasikan bahwa pelatihan
yang diadakan oleh Dinas DIKPORA Tingkat Provinsi belum optimal. Pelatihan terkait PTK juga pernah diadakan oleh MGMP Ekonomi
Kota Surakarta. Pada pelatihan tersebut guru diarahkan untuk membuat judul kemudian dikembangkan menjadi proposal PTK. Apabila dilihat
dari ketiga indikator keoptimalan suatu pelatihan dapat dilihat bahwa pelatihan yang diadakan oleh MGMP Ekonomi sebenarnya sudah
memenuhi salah satu indikator tersebut yaitu dapat meningkatkan pengetahuan namun belum sepenuhnya dapat meningkatkan dua
indikator lainnya yaitu keterampilan dan kemampuan guru terkait dengan pembuatan proposal PTK. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7 yang berisi
mengenai analisis keoptimalan pelatihan PTK yang diadakan oleh MGMP Ekonomi Kota Surakarta.
Tabel 7. Analisis Keoptimalan Pelatihan PTK yang diadakan MGMP Ekonomi Kota Surakarta
Infor- man
Indikator Pengetahuan
Kemampuan Keterampilan
Konsep Dasar
Sistema- tika
Mampu Menyusun
Bab I Mampu
Menyusun Bab II
Mampu Menyusun
Bab III Mengembang-
kan proposal yang terdiri
atas bab I,II, dan III
ES √
√ √
√ √
√ ET
√ √
√ √
- -
TY √
√ o
- -
-
Keterangan: o=sedang dalam proses Sumber: Data Penelitian
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa belum semua peserta pelatihan dapat menyusun proposal PTK hingga selesai. Dari data
informan yang mengikuti pelatihan tersebut dapat diketahui bahwa ada
81 informan yang sedang dalam proses membuat bab I, sudah menyusun
bab II dan bahkan sampai bab III. Belum terpenuhinya semua indikator pelatihan yang optimal mengindikasikan bahwa pelatihan yang diadakan
oleh MGMP Ekonomi Kota Surakarta belum optimal. Adanya pelatihan yang belum optimal tersebut dapat menjadi salah
satu penyebab guru belum melakukan PTK. Data temuan pada penelitian ini sama dengan kajian teoretik dan kajian empirik yang digunakan. Pada
penelitian yang dilakukan Anggraeni 2014:100 menyatakan bahwa kegiatan pelatihan yang belum optimal dapat menjadi salah satu
penyebab guru belum melakukan PTK.
d. Kurangnya Budaya Membaca Guru Terkait dengan Buku Penunjang Kegiatan PTK
Salah satu penyebab guru belum melakukan PTK adalah karena budaya membaca guru untuk buku yang terkait dengan PTK masih
kurang. Membaca buku penunjang kegiatan PTK dapat memberikan pengetahuan serta dapat dijadikan bahan referensi terkait dengan
penyusunan PTK. Budaya membaca guru-guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini masih terfokus pada buku penunjang
materi pembelajaran sedangkan buku mengenai metode, model dan media pembelajaran dan buku terkait dengan PTK masih jarang untuk
dibaca. Adanya budaya kurang membaca khususnya pada buku yang terkait
dengan PTK dapat menjadi salah satu penyebab guru belum melakukan PTK. Hal ini dikarenakan dengan membaca buku penunjang PTK dapat
menjadi referensi dan pedoman dalam menyusun PTK yang baik dan benar. Kurangnya pedoman atau sumber referensi mengenai PTK akan
membuat guru mengalami kesulitan melakukan PTK. Data temuan mengenai budaya kurang membaca dapat menjadi salah
satu penyebab guru belum melakukan PTK sama dengan kajian teoretik dan kajian empirik yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan
Anggraeni 2014:100 dan Trisdiono 2014:1 menyatakan bahwa salah
82 satu penyebab guru belum melakukan PTK karena kurangnya budaya
membaca terkait dengan buku penunjang PTK. Implikasi dari kurangnya budaya membaca buku penunjang PTK ini akan menimbulkan kesulitan
bagi guru untuk melakukan PTK terutama pada penyusunan kajian teori.
e. Kurangnya Pengalaman Guru dalam Penelitian
Pengalaman guru dalam melakukan penelitian menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan guru–guru ekonomi yang menjadi
informan dalam penelitian ini belum melakukan PTK. Berdasarkan pada data penelitian diketahui bahwa empat dari lima informan belum
melakukan penelitian, terakhir melakukan penelitian untuk keperluan penyusunan skripsi. Pengalaman meneliti dapat memberikan referensi
bagi guru untuk mengadakan penelitian berikutnya baik berupa PTK maupun jenis penelitian lainnya yang dapat digunakan dalam bidang
pendidikan. Data temuan mengenai kurangnya pengalaman guru dalam meneliti
dapat menjadi salah satu penyebab guru belum melakukan PTK sama dengan kajian teoretik dan kajian empirik yang digunakan. Menurut
Saipurrahman 2015:1 menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan guru belum melakukan PTK adalah karena minimnya
pengalaman guru dalam melakukan tindakan penelitian.
f. Persepsi-Persepsi Guru Terkait dengan PTK
Faktor lain yang menyebabkan guru belum melakukan PTK karena adanya persepsi diri sibuk, PTK membutuhkan waktu yang lama dan
anggaran dana yang cukup besar serta PTK dapat membebani tugas seorang guru. Adanya persepsi–persepsi tersebut dapat menyebabkan
guru belum melakukan PTK. Data temuan mengenai persepsi guru terkait PTK dapat menyebabkan
guru belum melakukan PTK sama dengan kajian teoretik dan kajian empirik yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan Pati 2014:67
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi guru dengan kemampuan untuk melakukan PTK. Lebih lanjut Pati
83 2014:67 menyatakan bahwa persepsi guru mengenai PTK dapat
mempengaruhi kemampuan guru untuk melakukan PTK sehingga jika guru memiliki persepsi bahwa PTK dapat menjadi beban bagi guru, PTK
membutuhkan waktu yang lama, membutuhkan dana yang cukup besar, dan adanya persepsi diri sibuk maka persepsi-persepsi tersebut dapat
menyebabkan guru belum melakukan PTK.
2. Upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah