Analisis Kesulitan-Kesulitan yang Dialami Guru Ekonomi SMA untuk Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) SKRIPSI

(1)

EKONOMI SMA UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

SKRIPSI

Oleh :

MAYANG RISQI PUTRIANI K7412112

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Juli 2016


(2)

i

EKONOMI SMA UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

SKRIPSI

Oleh :

MAYANG RISQI PUTRIANI K7412112

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Juli 2016


(3)

ii Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Mayang Risqi Putriani

NIM : K7412112

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS KESULITAN

-KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI SMA UNTUK

MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juni 2016

Yang Membuat Pernyataan Mayang Risqi Putriani


(4)

iii

EKONOMI SMA UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Oleh :

MAYANG RISQI PUTRIANI K7412112

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Juni 2016


(5)

iv Nama : Mayang Risqi Putriani

NIM : K7412112

Judul Skripsi : Analisis Kesulitan-Kesulitan yang Dialami Guru Ekonomi SMA untuk Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Sri Wahyuni, M,M Leny Noviani, S.Pd. M.Si


(6)

v Nama : Mayang Risqi Putriani

NIM : K7412112

Judul Skripsi : Analisis Kesulitan-Kesulitan yang Dialami Guru Ekonomi SMA untuk Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret pada hari Senin 13 Juni 2016 dengan hasil LULUS dan revisi maksimal 2 bulan. Skripsi telah direvisi dan mendapat persetujuan dari Tim Penguji.

Persetujuan hasil revisi oleh Tim Penguji:

Nama Penguji Tanda Tangan Tanggal

Ketua : Drs. Sunarto, M.M Sekretaris : Jonet Ariyanto, S.E, M.M Anggota I : Dra. Sri Wahyuni,M.M. Anggota II : Leny Noviani, S.Pd. M.Si

Skripsi disahkan oleh Kepala Program Studi Pendidikan Ekonomi pada

Hari :

Tanggal :

Mengesahkan

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kepala Program Studi Universitas Sebelas Maret, Pendidikan Ekonomi

Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. Drs. Sunarto, M.M


(7)

vi

Mayang Risqi Putriani. K7412112. ANALISIS KESULITAN-KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI SMA UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK; (2) upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi melakukan PTK.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus intrinsik dengan pendekatan penelitian kualitatif. Sumber data yang digunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dan data sekunder berupa data atau dokumen yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Teknik Pengumpulan data dilaksanakan dengan wawancara terencana tidak terstruktur dan dokumentasi. Teknik pengambilan subjek dipilih secara purposive sampling dan bersifat snowball sampling. Uji validitas data yang digunakan adalah uji kredibilitas dan ujidependabilitydengan teknik analisis data sebelum di lapangan dan analisis data di lapangan. Pada analisis di lapangan terdiri atas tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penyimpulan data.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dapat dikelompokkan menjadi dua yakni penyebab utama dan pendukung. Penyebab utama dikarenakan belum termotivasi untuk melakukan PTK. Penyebab pendukung adalah sebagai berikut: (a) mengalami kesulitan-kesulitan teknis dalam penyusunan PTK terkait dengan penyusunan rumusan masalah, kalimat ilmiah dan kajian teori, mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data dan menyusun lampiran yang dibutuhkan seperti nilai siswa, agenda mengajar, RPP, daftar siswa dan sebagainya; (b) adanya persepsi diri sibuk di dalam diri guru, PTK membutuhkan waktu yang lama dan anggaran dana yang cukup besar serta PTK dapat menjadi beban seorang guru; (c) adanya pelatihan PTK yang belum optimal; (d) kurangnya budaya membaca guru terkait buku penunjang kegiatan PTK; (e) kurangnya pengalaman guru dalam penelitian; (f) pengaruh usia dalam tindakan penelitian yang dilakukan oleh guru. Usia tersebut tidak berpengaruh sepenuhnya pada tindakan penelitian yang dilakukan guru. Ada faktor lain di luar faktor usia yang dapat mempengaruhi guru untuk melakukan PTK yaitu pengalaman guru, sikap guru dalam menyikapi peraturan yang berlaku dan motivasi guru untuk melakukan PTK. Kedua, upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendorong guru melakukan PTK adalah dengan memberikan sosialisasi, menginformasikan pentingnya pelaksanaan PTK pada saat rapat dinas dan mengingatkan serta menggerakkan guru termasuk guru ekonomi agar bisa melakukan PTK. Upaya mengatasi kesulitan yang dilakukan pihak sekolah adalah dengan menyediakan akses internet dan referensi buku PTK.


(8)

vii

Mayang Risqi Putriani. K7412112. THE ANALYSIS OF DIFFICULTIES FACED BY THE ECONOMIC TEACHERS OF SENIOR HIGH SCHOOL IN CONDUCTING CLASSROOM ACTION RESEARCH (CAR). Thesis. Surakarta. Faculty of Teacher Training and Education Sebelas Maret University. June2016.

This research was aimed to know (1) the reasons of majority economic teachers who have not conduct a Classroom Action Research (CAR), (2) the effort which has done by the school to encourage and overcome the difficulties faced by the teachers in conducting CAR, especially economic teachers.

The informants of this research were all of economic teachers and the headmaster of school. The technique of taking subject in this research was chosen by purposive sampling and snowball sampling characterized. This research used the methodology of case study research by using qualitative approach. The techniques of collecting data were used unstructured planning interview and documentation. The technique of data validity test used credibility and dependability test. The techniques of data analysis used analysis before at field and at field. The at field analysis included three step namely data reduction, data presentation, and data conclusion.

The result of this research was as following. First, the reasons of majority economic teachers who have not conduct a CAR could be divided into main reason and supporting reason. Main reason was that they were not motivated yet in conducting a CAR. The supporting reasons were as following: (a) facing technical difficulties in conducting CAR related to the composing of formulation of the problem, scientific sentences and theories, collecting, analyzing, and data conclusion, and also composing the appendixes such us students’ score, teaching schedule, lesson plan, students list, etc; (b) the perceptions which influenced the teachers who have not conduct a CAR such as busy, CAR was time and financial consuming so that it was burden the teacher; (c) the training of CAR was not optimal, (d) the lack of reading habit owned by the teacher related to the supporting books of CAR; (e)the lack of teachers’ experiences in research; (f) the influence of teachers’ age in conducting CAR. The age was influenced in research, but it is not fully influenced. There were other factors that influenced teacher in conducting CAR such as the teachers’ experience, manner toward the rule, and motivation. Second, the effort of school to encourage the teachers conducting CAR was by giving socialism, information, and reminding of the importance of CAR when the meeting held. The effort of school to overcome the teachers’ difficulties was by providing reference books of CAR, internet access to search any reference related to the CAR.


(9)

viii

“… dan jangan kamu berputus asa dari rahmatAllah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”

(Q.S. Yusuf:87)

“Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. Ar-Rahman:13)

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang–orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang

-orang yang beriman” (Q.S. Al-Imran:139)


(10)

ix Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Papa dan Ibu

“Terimakasih atas dukungannya selama ini, baik dukungan yang bersifat materil maupun non materil. Terimakasih juga atas doa, semangat dan motivasinya untuk menyelesaikan studi ini.”

2. Doni, Putri dan Tante-tante

“Terimakasih atas semangat, dukungan, doa dan motivasi yang selama ini diberikan.”

3. My Beloved Friend

“Terimakasih atas dukungan, bimbingan, semangat, motivasi selama ini. Terimakasih telah menjadi kakak, guru, tentor, teman sejati dan sahabat yang baik.”

4. Teman-Teman Pendidikan Angkatan 2012

“Terimakasih atas semangat dan dukungannya selama ini, semoga yangmasih mengerjakan skripsi diperlancar dan dipermudah oleh Allah SWT.”


(11)

x

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS KESULITAN-KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI SMA UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)”. Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberi ijin untuk menyusun skripsi.

2. Drs. Sunarto,M.M. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

3. Dra. Sri Wahyuni M.M selaku Pembimbing I yang telah berkenan memberikan arahan, bimbingan, kesabaran dalam membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Leny Noviani S.Pd M.Si selaku Pembimbing II yang telah berkenan mengoreksi, memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dr. Harini, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

pengarahan maupun semangat kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP yang telah memberi ilmu selama penulis belajar di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Bapak Kepala Sekolah yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

mengadakan penelitian dan kesediaannya untuk menjadi informan dalam penelitian ini.

8. Guru-guru ekonomi yang telah berkenan untuk menjadi informan dalam penelitian ini.

9. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(12)

xi

yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini dengan kerendahan hati kami meminta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini serta mengucapkan terimakasih yang telah membantu kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat memberikan dorongan kepada kami. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca mengenai analisis kesulitan-kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK.

Surakarta, Juni 2016


(13)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PENGAJUAN... iii

HALAMAN PERSETUJUAN... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas... 10

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 10

b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas... 11

c. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ... 13

d. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas ... 14

e. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas... 16

f. Bentuk-Bentuk Penelitian Tindakan Kelas ... 17

2. Pentingnya Guru Melakukan Penelitian Tindakan Kelas ... 18


(14)

xiii

a. Pengertian Kompetensi Profesional ... 20

b. Indikator Kompetensi Profesional ... 21

c. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ... 21

d. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Kegiatan Pengem-bangan Keprofesian Berkelanjutan ... 25

e. Hubungan Kompetensi Profesional dan Penelitian Tindakan Kelas dengan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan... 26

5. Upaya yang dapat Dilakukan Pihak Sekolah ... 29

6. Analisis Kesulitan- Kesulitan yang Dialami Guru untuk Melakukan Penelitian Tindakan Kelas ... 30

B. Kerangka Berpikir... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 36

C. Data dan Sumber Data ... 37

D. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data... 39

F. Teknik Uji Validitas Data ... 40

G. Teknik Analisis Data... 41

H. Prosedur Penelitian ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 49

A. Hasil Penelitian ... 49

1. Lokasi Penelitian... 49

2. Deskripsi Data Ke-1... 50

3. Deskripsi Data Ke-2... 51

4. Deskripsi Data Ke-3... 54

5. Deskripsi Data Ke-4... 57


(15)

xiv

8. Deskripsi Data Ke-7... 61

9. Deskripsi Data Ke-8... 64

10. Deskripsi Data Ke-9... 69

11. Deskripsi Data Ke-10... 72

B. Pembahasan... 73

1. Penyebab Empat dari Lima Guru Ekonomi Belum Melakukan PTK ... 74

2. Upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah... 83

3. Temuan Data Lainnya ... 85

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Implikasi ... 92

C. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 107


(16)

xv

Gambar Halaman

1 Model PTK Menurut Kurt Lewis ... 16

2 Model PTK Menurut Kemmis dan Taggart ... 16

3 Kerangka Pengembangan Karir Guru ... 26

4 Desain Penilaian Kinerja dan PKB Guru ... 29

5 Skema Kerangka Berpikir... 34

5 Triangulasi Sumber ... 40

6 Triangulasi Teknik ... 41


(17)

xvi

Tabel Halaman

1 Angka Kredit Bagi Guru yang Melakukan Kegiatan PI dan KI ... 23

2 Nilai Angka Kredit untuk PKB... 24

3 Waktu Penelitian ... 36

4 Daftar Informan dan Keterangan ... 50

5 Rincian Daftar Informan Beserta Golongan dan Kewajiban Pembuatan PTK ... 74

6 Analisis Keoptimalan Pelatihan PTK yang diadakan Dinas DIKPORA Tingkat Provinsi... 79

7 Analisis Keoptimalan Pelatihan PTK yang diadakan MGMP Ekonomi Kota Surakarta ... 80

8 Pengalaman Mengajar Informan Beserta Permasalahan dalam Kegiatan Pembelajaran ... 85


(18)

xvii

Lampiran Halaman

1 Instrumen Penelitian ... 111

2 Transkip Hasil Wawancara ... 114

3 Catatan Pribadi WAKASEK Kurikulum ... 163

4 Triangulasi Teknik ... 164

5 Triangulasi Sumber Data ... 167

6 Analisis Kejenuhan Data... 173

7 Proses Analisis Data ... 175

a. Data Lapangan dan Proses Pereduksi Data... 177

b. Hasil Reduksi Data ... 205

c. Pembuatan Pola... 216

d. Memasukkan Data Hasil Reduksi Ke dalam Pola ... 217

e. Penggabungan dan Penyimpulan Pola ... 228

8 Syarat Kenaikan Pangkat IIIB ke IIIC ... 244

9 Surat Permohonan Izin Observasi Ke Dinas DIKPORA ... 248

10 Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ... 249


(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang bertujuan untuk mengembangkan potensi diri peserta didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut tidak dapat terlepas dari peran seorang guru. Guru menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 dalam Suharno, 2013:148).

Peran guru sangat penting dalam pendidikan. Hal ini dikarenakan guru berperan dalam mengajar, mendidik sekaligus membimbing atau mengarahkan dan membentuk karakter peserta didik. Mengingat peran guru yang sangat penting tersebut maka seorang guru dituntut untuk profesional dalam menjalankan tugas sebagai seorang tenaga pendidik. Berkaitan dengan keprofesionalan seorang guru, terdapat empat kompetensi pokok yang harus dimiliki yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Apabila keempat kompetensi pokok telah terpenuhi maka guru tersebut dapat disebut sebagai seorang guru yang profesional.

Kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional dapat ditingkatkan melalui beberapa cara. Supriatna (2013:3) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan keprofesionalan seorang guru dapat dilakukan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pernyataan yang dikemukakan oleh Supriatna (2013:3) tersebut diambil dari amanat Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa diantara standar isi kompetensi guru berupa kompetensi pedagogik,


(20)

kepribadian, sosial dan profesional terdapat unsur PTK sebagai ciri guru profesional atau kompeten.

Berdasarkan keempat kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru professional tersebut, PTK dapat berkontribusi terutama pada peningkatan kompetensi profesional guru. Kompetensi profesional guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup pada penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan.

Ada beberapa indikator untuk mengukur kompetensi profesional guru. Indikator-indikator tersebut adalah: (1) menguasai materi pembelajaran dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Berdasarkan kelima indikator kompetensi profesional tersebut, PTK berhubungan dengan indikator keempat yakni mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Salah satu bentuk tindakan reflektif pada pengembangan keprofesionalan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan PTK.

PTK merupakan suatu bentuk penelaahan melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu seperti guru dan kepala sekolah dalam situasi sosial (termasuk pendidikan). PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga peserta didik dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik (Bustari,2011:4 dan Ali serta Asrori, 2011:9).


(21)

Pengembangan keprofesian secara berkelanjutan diatur oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi (PERMENPAN-RB) Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala Badan Kepegawaian Nasional (BKN) Nomor 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kredit Guru (Widodo dkk, 2014:4). Berkaitan dengan peraturan pemerintah tentang jabatan fungsional guru dan angka kredit guru terdapat dua komponen yakni Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan Penilaian Kinerja Guru (PKG). PKB merupakan kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Komponen kedua dalam jabatan fungsional dan angka kredit guru adalah Penilaian Kinerja Guru (PKG). PKG merupakan penilaian terhadap tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatan. Penilaian PKG dilakukan oleh asesor PKG pada setiap tahun. Nilai yang didapatkan dari PKB dan PKG kemudian diakumulasi menjadi angka kredit yang diperoleh pada tahun penilaian tersebut.

PKB memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. PKB dapat diperoleh guru dari kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Pada kegiatan publikasi ilmiah, guru sangat disarankan membuat PTK daripada penelitian lainnya. Hal ini dikarenakan dengan melakukan PTK, guru dapat memperbaiki kualitas pembelajaran. Implikasi lebih lanjut dengan adanya perbaikan kualitas pembelajaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Akan tetapi pada kenyataannya tidak mudah bagi sebagian besar guru untuk membuat publikasi ilmiah seperti PTK. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar atau 42,31% guru saat ini menumpuk di pangkat golongan IVA. Selain itu, pelaksanaan PERMENPAN-RB Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 yang resmi berlaku pada 1 Januari 2013 dikhawatirkan akan terjadi penumpukan pangkat


(22)

guru pada golongan IIIB, karena mulai golongan IIIB seorang guru sudah diwajibkan untuk membuat publikasi ilmiah salah satunya dapat berupa PTK (Utomo, 2012:1).

Apabila dikaji lebih lanjut, adanya PERMENPAN-RB Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 yang menguatkan kedudukan PTK sebagai salah satu komponen yang harus dipenuhi untuk keperluan kenaikan pangkat guru bertujuan untuk mendorong minat dan meningkatkan kemampuan meneliti guru serta menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) terutama pada PTK. Peraturan tersebut diberlakukan pemerintah dengan pertimbangan bahwa PTK dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan profesionalisme guru sebagai tenaga pendidik.

Upaya pemerintah dalam mendorong guru melakukan PTK ternyata belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari belum banyak guru yang melakukan PTK. Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Nasional pada tahun 2015 tercatat bahwa dari 1.461.124 guru, 22,87% adalah guru golongan IVA, 0,16% golongan IVB, 0,006% guru golongan IVC, 0,001% golongan IVD, dan 0,00% guru golongan IVE, sedangkan sisanya golongan IVA ke bawah. Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa golongan kepangkatan guru mengalami stagnasi pada golongan IVA. Stagnasi tersebut disebabkan karena untuk naik ke jenjang kepangkatan berikutnya guru diharuskan menulis KTI salah satunya dapat berupa PTK (Ekowati, 2011:1).

Belum banyaknya guru yang melakukan PTK juga terjadi di salah satu SMA di Surakarta, dimana pada sekolah tersebut berdasarkan pernyataan Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum diketahui bahwa dari 60 guru hanya tiga guru yang sudah melakukan PTK. Ketiga guru tersebut berasal dari mata pelajaran sains seperti Matematika dan Biologi. Selain dari mata pelajaran sains, guru yang sudah melakukan PTK lainnya berasal dari mata pelajaran bahasa yaitu Bahasa Inggris. Sedangkan untuk mata pelajaran yang bersifat social science seperti Ekonomi, berdasarkan hasil wawancara lebih lanjut kepada guru ekonomi dapat diketahui bahwa satu dari lima guru ekonomi


(23)

sudah pernah melakukan PTK sedangkan keempat guru ekonomi lainnya belum melakukan PTK.

PTK tidak hanya penting dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran sains dan bahasa saja, tetapi juga penting dilakukan oleh guru mata pelajaran social science seperti Ekonomi. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK dapat membantu guru ekonomi mendiagnosis permasalahan yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, manfaat lain yang didapatkan guru ekonomi ketika melakukan PTK yaitu dapat menunjang angka kredit guru. Implikasi lebih lanjut dengan naiknya angka kredit guru melalui PTK tersebut adalah dapat menunjang kenaikan pangkat guru. Adanya kenaikan pangkat guru tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan guru sebagai tenaga pendidik.

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dan mengetahui upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. Atas dasar permasalahan tersebut peneliti mengambil judul yaitu“ANALISIS KESULITAN–KESULITAN YANG DIALAMI GURU

EKONOMI UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN

KELAS (PTK)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengapa sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK?

2. Bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi melakukan PTK?


(24)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK.

2. Upaya-upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi melakukan PTK.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian mengenai analisis kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK dapat memberikan manfaat secara teoretis maupun secara praktis. Berikut uraian manfaat penelitian baik secara teoretis maupun secara praktis:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi teori mengenai kesulitan yang dialami guru mata pelajaran ekonomi untuk melakukan PTK. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi atau bahan rujukan untuk studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan konsep mengenai analisis kesulitan yang dialami guru ekonomi SMA untuk melakukan PTK.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru ekonomi untuk mengetahui kesulitan yang selama ini dialami dalam melakukan PTK dan menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan tersebut. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan pula mampu mendorong guru ekonomi untuk melakukan PTK yang dapat memperbaiki proses pembelajaran serta menunjang angka kredit untuk kenaikan pangkat atau jabatan fungsional dan kompetensi profesional guru.

b. Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian ini secara tidak langsung akan berdampak pada peserta didik, terutama berkaitan dengan proses pembelajaran yang


(25)

dijalankan. Hal ini dikarenakan dengan adanya hasil penelitian diharapkan dapat mendorong guru untuk melakukan PTK. Adanya PTK yang dilakukan guru tersebut dapat membantu guru mendiagnosis dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran serta menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran. Implikasi lebih lanjut dengan adanya PTK adalah guru mampu meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan dapat mendorong keaktifan peserta didik serta mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu rekomendasi bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi sekolah. Hal ini dikarenakan dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu mendorong guru khususnya guru ekonomi untuk dapat melakukan PTK. Adanya PTK yang dilakukan guru tersebut dapat meningkatkan profesionalisme guru dan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Peningkatan pada kualitas pembelajaran tersebut diharapkan dapat berimplikasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Implikasi lebih lanjut dari kenaikan hasil belajar peserta didik adalah dapat menaikkan grade sekolah untuk dapat lebih kompetitif dalam menghasilkan peserta didik yang lebih berkualitas.

d. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada kepala sekolah mengenai kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK dan diharapkan kepala sekolah mampu membantu mengatasi kesulitan yang dialami guru khususnya guru ekonomi untuk melakukan PTK. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan evaluasi dan bahan referensi bagi kepala sekolah dalam meningkatkan upaya-upaya yang dapat dilakukan pihak


(26)

sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami guru khususnya pada guru ekonomi melakukan PTK.

e. Bagi Musyarawah Guru Mata Pelajaran Ekonomi Tingkat Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi Musyarawah Guru Mata Pelajaran Ekonomi Tingkat Sekolah mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami guru khususnya pada guru ekonomi untuk melakukan PTK dan diharapkan pula Musyarawah Guru Mata Pelajaran Ekonomi Tingkat Sekolah dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK.

f. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti karena dengan adanya penelitian dapat menambah khasanah keilmuan peneliti mengenai penyebab guru belum melakukan PTK dan upaya-upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami guru khususnya guru ekonomi untuk melakukan PTK. Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan antisipasi preventif bagi peneliti sebagai calon guru untuk dapat mengatasi jika menemukan kesulitan yang sama dengan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK.

g. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau bahan rujukan bagi penelitian sejenis namun dengan pokok bahasan yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan pula ini dapat menjadi bahan referensi atau bahan rujukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai pokok bahasan yang sama dan pendekatan penelitian yang sama namun dengan tempat penelitian dan kondisi samplingyang berbeda.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas atau PTK merupakan suatu penelitian yang berasal dari permasalahan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran. Penelitian tersebut dilakukan sebagai bentuk refleksi guru yang bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran. Hal ini sependapat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bustari (2011:4) bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelaahan melalui refleksi diri yang dilakukan oleh guru yang bertujuan untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan dari praktik sosial atau kependidikan.

PTK menurut Ali dan Asrori (2011:9) merupakan:

“Suatu bentuk penelitian yang reflektif dengan melakukan tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.”

PTK dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk pencermatan atas kegiatan belajar yang dilakukan di kelas. Hal ini sependapat dengan pernyataan Arikunto (2012:3) menyatakan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama. Lebih lanjut, Arikunto (2012:3) menyatakan makna “kelas” padaPTK tidak terikat pada pengertian ruang kelas saja melainkan dapat diartikan sebagai sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.

Berdasarkan ketiga definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelaahan melalui refleksi diri yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki dan meningkatkan


(28)

praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga peserta didik dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Makna “kelas” pada PTK dapat diartikan sebagai sekelompok peserta didik dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.

b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemendikbud (2011:9) sebagai berikut:

1) PTK Tidak Saja Berupaya Memecahkan Masalah, Tetapi Sekaligus Mencari Dukungan Ilmiah

Dukungan ilmiah dalam PTK dapat bersumber dari teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Teori tersebut dapat diambil dari buku, artikel maupun jurnal. Dukungan ilmiah juga dapat berasal dari kajian empirik seperti hasil dari penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kedudukan kajian teoretik dan kajian empirik dalam PTK digunakan sebagai pedoman dan pendukung ilmiah atas pemecahan permasalahan yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran.

2) Permasalahan yang Dikaji dalam PTK Bukan Dihasilkan dari Kajian Teoretik dan atau Empirik

Permasalahan yang dikaji dalam PTK bukan hasil dari kajian teoretik dan atau penelitian terdahulu. Permasalahan yang dikaji pada PTK berasal dari adanya permasalahan nyata dan aktual yang terjadi di dalam pembelajaran. Atas dasar tersebut maka PTK fokus pada pemecahan masalah praktis bukan masalah teoretis.

3) Dimulai dari Permasalahan yang Nyata, Jelas, dan Tajam Permasalahan yang dikaji dalam PTK merupakan permasalahan yang nyata. Permasalahan tersebut benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang dikaji dalam PTK juga bersifat jelas, artinya jelas seperti apa permasalahan yang dihadapi,


(29)

oleh siapa dan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut, selain itu PTK juga dimulai dari kepekaan guru dalam mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Pada proses identifikasi permasalahan sangat diperlukan kecermatan. Adanya kecermatan ini dapat membantu guru dalam merumuskan solusi yang tepat sehingga dapat mengatasi permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran secara optimal.

4) Adanya Kolaborasi Antara Praktisi dengan Peneliti

Kolaborasi antara peneliti dengan praktisi dilakukan dalam beberapa hal yaitu pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan dan pengambilan keputusan yang akhirnya menciptakan kesamaan tindakan. Adanya kolaborasi antara praktisi dengan peneliti dapat membantu mengurangi subjektivitas dalam melakukan penelitian serta dapat membagi peran dan tanggungjawab sehingga dapat mengurangi persepsi yang menyatakan bahwa PTK membebani tugas seorang guru.

5) Tujuan Melakukan PTK

Salah satu ciri khas dari PTK terletak pada tujuan melakukan PTK. Pada PTK, setidaknya mempunyai tiga tujuan yaitu untuk meningkatkan profesionalisme guru, mengetahui alasan pokok ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan dan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan serta sebagai upaya pemecahan masalah yang terjadi di dalam proses pembelajaran.

6) PTK Bagian Penting dalam Pengembangan Profesi Guru PTK merupakan bagian penting dalam upaya pengembangan profesi guru. Pengembangan profesi guru meliputi kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Salah satu bentuk tindakan reflektif pada publikasi ilmiah dapat dilakukan dengan mengadakan PTK.


(30)

Selain itu, PTK juga dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan dan pengembangan aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis. Adanya kontribusi tersebut diharapkan dapat lebih mengoptimalkan upaya guru dalam pengembangan profesi.

c. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

PTK merupakan sebuah tindakan penelitian yang dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yaitu bagi siswa dan pembelajaran, guru dan sekolah. Hal ini sependapat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Sukardiyono (2015:7) menyatakan bahwa ada tiga komponen yang harus menjadi sasaran utama PTK yaitu:

1) Manfaat Bagi Siswa dan Pembelajaran

Adanya PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran akan lebih cepat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan lebih menarik dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Keduanya dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan PTK.

2) Manfaat bagi guru

Beberapa manfaat PTK bagi guru menurut Daryanto dalam Sukardiyono (2015:7) yaitu:

a. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di dalam proses pembelajaran. Keberhasilan dalam perbaikan akan memberikan kepuasan bagi guru karena telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi peserta didik.

b. Guru dapat mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya secara professional melalui PTK. Hal ini dikarenakan melalui


(31)

PTK guru mampu menilai, merefleksi diri dan memperbaiki kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

c. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Hal ini dikarenakan pada PTK, guru tidak hanya sebagai penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru juga dapat berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut sehingga diharapkan dapat menghasilkan perbaikan atas praktik pembelajaran yang dilakukan.

d. Guru akan merasa lebih percaya diri dengan melakukan PTK. Hal ini dikarenakan melalui PTK, guru dapat merefleksi diri, melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya sendiri dalam kelas. Hal ini dapat membantu guru untuk menemukan kekuatan, kelemahan dan tantangan pembelajaran dan mengembangkan alternatif dalam kegiatan pembelajaran. 3) Manfaat Bagi Sekolah

Manfaat adanya PTK bagi sekolah adalah dapat memperbaiki kualitas pembelajaran sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan secara nasional. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk melakukan PTK. Jika suatu sekolah memiliki guru yang berkompeten dalam melaksanakan PTK maka akan memperoleh manfaat yang besar. Hal ini dikarenakan melalui PTK guru mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.

d. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai peneliti dalam pelaksanaan PTK yaitu (Kemendikbud, 2011:11): 1) Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan

diharapkan tidak mengganggu kegiatan utama guru. Guru tidak diperkenankan mengorbankan kegiatan pembelajaran. Pekerjaan


(32)

utama guru adalah mengajar, apapun jenis PTK yang diterapkan seharusnya tidak mengganggu tugas guru sebagai pengajar.

2) Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukan guru dan berdasarkan pada tanggung jawab profesional. Guru harus memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang akan menuntut kerja ekstra dibandingkan dengan pelaksanaan tugas rutin. Pendorong utama PTK adalah komitmen untuk memberikan layanan yang terbaik kepada peserta didik; 3) Metode pengumpulan data yang digunakan dapat menuntut waktu

cukup lama sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran. Guru dalam hal ini perlu mempertimbangkan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri dan tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik perekaman data yang sederhana namun dapat menghasilkan informasi yang bermakna;

4) Permasalahan harus berdasarkan fakta, menarik dan berada dalam jangkauan kewenangan guru sebagai peneliti untuk melakukan perubahan. Guru harus merasa terdorong melakukan PTK untuk meningkatkan kompetensi sebagai tenaga pendidik;

5) Guru ketika berperan sebagai peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata karma penelitian yang berlaku secara umum. Pada penyelenggaraan PTK, guru harus peduli terhadap etika yang berkaitan dengan profesi. Hal ini penting ditekankan karena PTK hadir dalam suatu konteks organisasi sehingga penyelenggaraannya harus memperhatikan tata krama berorganisasi;

6) Kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan guru sepanjang waktu; 7) Kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab guru namun

tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu melainkan juga dalam perspektif misi


(33)

sekolah. Hal ini perlu ditekankan apabila dalam suatu PTK terlibat lebih dari seorang peneliti, misalnya kolaborasi antarguru dalam satu sekolah atau dengan dosen dan pengawas sekolah.

e. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa model PTK yang dapat digunakan yaitu model PTK yang dikemukakan oleh Kurt Lewin dan Kemmis serta Taggart. Pada kedua model PTK tersebut terdapat empat tahapan yang dilakukan pada setiap siklus PTK meliputi; 1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap pengamatan, dan 4) tahap refleksi. Adapun model dan penjelasannya untuk masing-masing tahap menurut Koida N (2013:53) dan Arikunto S (2012:74) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Model PTK Menurut Kemmis dan Taggart

Refleksi SIKLUS I

Perencanaan

Pelaksanaan Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS II

Pengamatan Refleksi

Gambar 1. Model PTK Menurut Kurt Lewin

Refleksi

Pengamatan Pelaksanaan


(34)

1) Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap ini adalah tahapan dimana peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan;

2) Tahap Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan atau mengimplementasikan isi rancangan yang telah dibuat pada tahap perencanaan;

3) Tahap Pengamatan (Observing)

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pengamatan atas tindakan yang dilakukan;

4) Tahap Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini peneliti merefleksikan kembali apa yang sudah dilakukan.

f. Bentuk-Bentuk PTK

Menurut Oja dan Smulyan dalam Sumini (2016:5) menyatakan bahwa PTK memiliki macam-macam bentuk yaitu:

1) Guru Sebagai Peneliti

Pada bentuk yang pertama merupakan bentuk PTK yang memandang guru sebagai peneliti yang utuh. Pada bentuk ini memiliki ciri sangat berperannya guru dalam proses PTK. Tujuan utama PTK bentuk ini ialah meningkatkan praktik pembelajaran di kelas dimana guru terlibat secara penuh dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada bentuk penelitian ini, guru mengidentifikasi masalah sendiri untuk dipecahkan melalui PTK. Keterlibatan pihak lain dari luar hanya bersifat konsultatif dalam mempertajam atau mencari problema pembelajaran di kelas. Peran pihak luar sangat kecil dalam proses penelitian.

2) Penelitian Tindakan Kolaboratif

Pada bentuk penelitian kedua, PTK kolaboratif melibatkan beberapa pihak baik guru, kepala sekolah maupun dosen secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan praktik pembelajaran,


(35)

menyumbang pada perkembangan teori dan karier guru. Model penelitian kolaboratif ini dirancang dan dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri dari guru, dosen ataupun kepala sekolah. Hubungan antara ketiga pihak tersebut bersifat kemitraan yang dapat secara bersama-sama memikirkan persoalan-persoalan yang dihadapi untuk diteliti melalui penelitian kolaboratif. Kelebihan dari bentuk ini adalah dapat mengurangi subjektivitas dalam melakukan penelitian.

3) Simultan Terintegratif

Tujuan utama dalam bentuk PTK yang ketiga adalah untuk memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran praktis dan untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas. Pada bentuk penelitian ini guru dilibatkan pada proses penelitian kelas, terutama pada tahap pelaksanaan dan refleksi terhadap praktik-praktik pembelajaran di kelas. Sedangkan tahap perencanaan (termasuk pada proses identifikasi masalah) dan tahap pengamatan dilakukan oleh peneliti dari luar. Pada PTK jenis ini, kedudukan peneliti dari luar adalah sebagai inovator pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

4) Administrasi Sosial Eksperimental

Pada bentuk PTK yang keempat lebih menekankan dampak kebijakan dan praktik. Pada pelaksanaannya guru tidak dilibatkan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengamatan maupun refleksi terhadap praktik pembelajarannya. Guru tidak banyak memberikan masukan pada proses penelitian ini. Tanggung jawab penelitian sepenuhnya ada pada pihak luar. Pada bentuk ini peneliti bekerja atas dasar hipotesis tertentu, kemudian melakukan bentuk tes dalam sebuah eksperimen.

2. Pentingnya Guru Melakukan Penelitian Tindakan Kelas

Danoebroto (2012:1) menyatakan bahwa PTK penting dilakukan oleh guru. Hal ini dikarenakan melalui PTK guru mampu meningkatkan,


(36)

memperbaiki, dan mengoptimalkan proses pembelajaran. Tujuan utama PTK yang dilakukan oleh guru adalah untuk membantu siswa belajar dan memberdayakan potensi siswa. Lebih lanjut, Danoebroto (2012:2) mengemukakan bahwa pertimbangan lain jika guru melakukan PTK adalah tindakan penelitian yang dilakukan bersamaan dengan tugas utama guru yaitu mengajar. Atas dasar tersebut sebenarnya sudah tidak ada alasan bagi guru untuk tidak melakukan PTK karena khawatir terganggu tugas mengajarnya.

PTK juga dapat memberikan manfaat lain bagi guru. Manfaat tersebut berkaitan dengan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang dapat dicapai dengan melakukan PTK. Hal ini dikarenakan melalui PTK, masalah dalam kegiatan pembelajaran dapat dikaji dan dituntaskan sehingga dapat menciptakan suatu proses pembelajaran yang lebih berkualitas. Hal ini sependapat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Pulungan (2015:2) yang menyatakan bahwa dengan melaksanakan PTK masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji dan dituntaskan sehingga dapat menghasilkan proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik. Lebih lanjut Pulungan (2015:3) menyatakan bahwa guru lebih utama melakukan perbaikan melalui PTK. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran yang berlangsung guru mengetahui permasalahan yang dihadapi secara spesifik di kelas.

PTK juga dapat memberikan kesempatan bagi guru untuk mengembangkan kinerja dan menciptakan sebuah budaya belajar pada kalangan guru. Hal ini dikarenakan pada PTK menempatkan guru tidak hanya sebagai pendidik namun juga sebagai agen perubahan yang mempunyai pola kerja yang kolaboratif. Hal ini sependapat dengan pernyatakan yang dikemukakan oleh Permana (2011:7) menyatakan bahwa PTK diperlukan untuk dapat menciptakan sebuah budaya belajar pada kalangan guru. PTK memberikan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pada pendekatan penelitian ini


(37)

menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti dan sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.

Berdasarkan ketiga pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya seorang guru melakukan PTK adalah untuk meningkatkan, memperbaiki dan mengoptimalkan proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan permasalahan yang diteliti adalah masalah yang menjadi perhatian guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Guru lebih utama untuk melakukan perbaikan karena mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi secara spesifik di kelas. Melalui PTK masalah yang terjadi dalam pembelajaran dapat dikaji dan dituntaskan, sehingga dapat menghasilkan pembelajaran dan hasil belajar yang lebih baik.

Selain itu, dengan adanya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar pada kalangan guru dan dapat dilakukan sebagai salah satu upaya yang terkait dengan pengembangan kinerja yang akan berimplikasi pada angka kredit guru. Peningkatan pada angka kredit guru tersebut dapat berkontribusi pada kenaikan pangkat atau golongan dan jabatan fungsional guru.

3. Motivasi Guru Melakukan PTK

Motivasi merupakan suatu dorongan kehendak yang dapat menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan atau tindakan tertentu untuk mencapai sebuah tujuan. Berkaitan dengan motivasi guru untuk melakukan PTK berdasarkan penelitian yang dilakukan Anggraeni (2014:100) diketahui bahwa guru yang memiliki motivasi untuk kenaikan pangkat atau jabatan ternyata melaksanakan PTK, sedangkan guru yang tidak memiliki motivasi untuk naik jabatan ternyata tidak melaksanakan PTK. Motivasi untuk kenaikan pangkat atau jabatan merupakan satu-satunya faktor pendukung pelaksanaan PTK.

4. Kompetensi Profesional

a. Pengertian Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat (1) adalah:


(38)

“Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup pada penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi, penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan.”

b. Indikator Kompetensi Profesional

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat (1) ada beberapa indikator untuk mengukur kompetensi profesional guru. Indikator-indikator tersebut adalah:

“(1) menguasai materi pembelajaran dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.”

Berdasarkan kelima indikator kompetensi profesional tersebut, PTK berhubungan dengan indikator keempat yakni mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif.

c. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

PKB menurut Kemendikbud (2012:8) mencakup tiga hal yaitu: 1) Pelaksanaan Pengembangan Diri

Pengembangan diri (PD) adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundangan agar mampu melaksanakan tugas pokok dan kewajiban dalam pembelajaran atau pembimbingan termasuk pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah. Kegiatan PD terdiri atas diklat fungsional dan kegiatan kolektif

Diklat fungsional adalah diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenjang


(39)

jabatan fungsional guru. Kegiatan diklat fungsional dapat dilakukan dengan mengikuti kursus, pelatihan dan sebagainya. Hasil diklat fungsional digunakan untuk kenaikan jabatan fungsional guru.

Kegiatan kolektif adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau kegiatan bersama yang dilakukan guru baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan tujuan untuk mencapai standar atau di atas standar kompetensi profesi yang telah ditetapkan. Kegiatan kolektif dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan lokakarya atau MGMP, mengikuti kegiatan ilmiah seperti seminar, diskusi panel atau bentuk pertemuan ilmiah yang lain dan mengikuti kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru.

2) Pelaksanaan Publikasi Ilmiah

Publikasi ilmiah (PI) adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. PI mencakup tiga kelompok kegiatan, yaitu: a) presentasi pada forum ilmiah, sebagai narasumber pada seminar, lokakarya ilmiah dan diskusi ilmiah; b) publikasi ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal mencakup pembuatan laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolah, tulisan ilmiah popular pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan; c) publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, buku bidang pendidikan, karya hasil terjemahan dan buku pedoman guru.

Dari ketiga kelompok kegiatan pada PI tersebut, PTK berkaitan dengan kelompok kedua yakni publikasi ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada pendidikan formal mencakup pembuatan laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolah. Pada kegiatan PI, guru sangat disarankan membuat PTK


(40)

daripada penelitian lainnya. Hal ini dikarenakan dengan melakukan PTK, guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Implikasi lebih lanjut dengan adanya peningkatan kualitas pembelajaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Setelah guru melakukan PTK, maka PTK tersebut harus diseminarkan pada tingkat MGMP maupun nasional kemudian setelah diseminarkan, PTK tersebut dibuat jurnal sebagai bentuk kajian ilmiah yang telah dilakukan guru. 3) Pelaksanaan Karya inovatif

Karya inovatif (KI) adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan, sains atau teknologi, dan seni. Karya inovatif ini mencakup: a) penemuan teknologi tepat guna kategori kompleks atau sederhana; b) penemuan atau penciptaan atau pengembangan karya seni kategori kompleks atau sederhana; c) pembuatan atau modifikasi alat pelajaran, peraga, praktikum kategori kompleks atau sederhana; d) penyusunan standar, pedoman, dan soal pada tingkat nasional maupun provinsi. Karya yang dihasilkan secara bersama, dilaksanakan maksimum oleh empat orang guru, yang terdiri atas peneliti utama dan peneliti pembantu. Jumlah peneliti pembantu paling banyak tiga orang.

Besaran nilai angka kredit yang diberikan atas kegiatan PI dan KI yang dilakukan oleh beberapa guru dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Angka Kredit Bagi Guru yang Melakukan Kegiatan PI dan KI

Jumlah Guru yang Melakukan Kegiatan

PI dan KI

Pemberian Angka Kredit Peneliti

Utama

Peneliti Pembantu I

Peneliti Pembantu II

Peneliti Pembantu III

1 orang 100%

2 orang 60% 40%

3 orang 50% 25% 25%

4 orang 40% 20% 20% 20%


(41)

Sumber: Kemendiknas dalam Rahmatiah (2013:4)

Besaran nilai angka kredit untuk PKB sebagai syarat kenaikan jabatan guru disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Nilai Angka Kredi untuk PKB Dari Jabatan Ke Jabatan Jumlah angka

kredit

Macam PI/KI

yang wajib ada

Guru Pertama golongan III/a Guru Pertama golongan III/b - -Guru Pertama golongan III/b

Guru Muda golongan III/c

4 (empat)

Bebas pada jenis karya publikasi ilmiah & karya inovatif

Guru Muda golongan III/c

Guru Muda golongan III/d

6 (enam)

Bebas pada jenis karya publikasi ilmiah & karya inovatif

Guru Muda golongan III/d

Guru Madya golongan IV/a

8

(delapan)

Minimal terdapat 1(satu) laporan hasil penelitian Guru Madya

golongan IV/a

Guru Madya golongan IV/b

12

(duabelas)

Minimal terdapat 1(satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) Artikel yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN Guru Madya

golongan IV/b

Guru Madya golongan IV/c

12

(duabelas)

Minimal terdapat 1(satu) laporan hasil pene-litian dan 1 (satu) Artikel yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN Guru Madya

golongan IV/c

Guru Utama golongan IV/d

14

(empatbelas)

Minimal terdapat 1(satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN dan 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber-ISBN

Guru Utama golongan IV/d

Guru Utama golongan IV/e

20

(duapuluh)

Minimal terdapat 1(satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN dan 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber-ISBN


(42)

d. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Salah Satu Bentuk Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Salah satu bentuk tindakan reflektif pada publikasi ilmiah dapat dilakukan dengan mengadakan PTK. PTK merupakan salah satu bentuk publikasi ilmiah yang dapat dilakukan guru. Dari berbagai jenis publikasi ilmiah yang ada, guru sangat disarankan untuk melakukan PTK. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK, guru mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat berimplikasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik dan kompetensi professional guru sebagai tenaga pendidik (Widoyoko, 2012:4 dan Pulungan, 2015:2).

Tujuan utama melakukan PTK adalah untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan (Kemendikbud dalam Widoyoko, 2012:4). Mengingat PTK penting dilakukan guru maka kedudukan PTK diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kredit Guru. Pada kedua aturan tersebut menegaskan bahwa bagi guru yang ingin naik pangkat dari golongan IIIB ke IIIC harus sudah melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Pada publikasi ilmiah guru sangat disarankan untuk melakukan PTK.


(43)

Rasionalitas dari adanya kedua peraturan tersebut menurut Kemendikbud (2014:3) dikarenakan mulai golongan IIIB ke IIIC kegiatan PKB guru fokus pada peningkatan kompetensi guru. Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan dengan mengadakan PTK. Penjelasan lebih lengkap mengenai pengembangan karir guru sesuai dengan golongan kepangkatan dan jabatan fungsional guru dapat dilihat pada gambar kerangka pengembangan karir guru berikut ini:

Gambar 3. Kerangka Pengembangan Karir Guru

e. Hubungan Kompetensi Profesional dan Penelitian Tindakan Kelas dengan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Guru profesional adalah guru yang memiliki empat kompetensi pokok yakni kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional dapat ditingkatkan melalui beberapa cara. Supriatna (2013:3) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan profesionalisme seorang guru dapat dilakukan dengan melakukan PTK. Pernyataan yang dikemukakan oleh


(44)

Supriatna (2013:3) tersebut diambil dari amanat Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa diantara standar isi kompetensi guru berupa kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional terdapat unsur PTK sebagai ciri guru profesional.

Berdasarkan keempat kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional tersebut, PTK dapat berkontribusi terutama pada peningkatan kompetensi profesional guru. Ada beberapa indikator untuk mengukur kompetensi profesional guru. Indikator-indikator tersebut adalah: (1) menguasai materi pembelajaran dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Berdasarkan kelima indikator kompetensi profesional guru tersebut, PTK berhubungan dengan indikator keempat yakni mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

Tindakan reflektif pada PKB terdiri atas tiga hal yaitu mengembangkan diri, melakukan publikasi ilmiah dan karya inovatif. PTK termasuk salah satu tindakan reflektif yang dapat dilakukan pada kegiatan publikasi ilmiah. Pada publikasi ilmiah menurut Kemendikbud (2014:11) terdapat sepuluh tindakan reflektif yang dapat dilakukan oleh guru yaitu presentasi di forum ilmiah, hasil penelitian berupa PTK, melakukan tinjauan ilmiah, menulis ilmiah populer, artikel ilmiah, membuat buku pelajaran, modul/diktat, buku dalam bidang penddikan, membuat karya terjemahan dan buku pedoman guru. Dari kesepuluh tindakan


(45)

reflektif yang dapat dilakukan guru dalam publikasi ilmiah, guru disarankan untuk melakukan penelitian berupa PTK. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK, guru mampu mendiagnosis permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang dapat berimplikasi pada peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.

Adanya PTK sebagai salah satu bentuk PKB mempunyai dua tujuan yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran dan terpenuhinya tujuan administratif guru. Adanya PTK dapat membantu guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Implikasi lebih lanjut dengan adanya perbaikan kualitas pembelajaran tersebut adalah mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Tujuan administratif adanya PTK bagi guru adalah terpenuhinya salah satu syarat kenaikan pangkat pada golongan tertentu. Tujuan administratif lainnya yang dapat didapatkan guru yang melakukan PTK adalah dapat berkontribusi pada penilaian kinerja dan PKB guru. Penilaian kinerja guru dapat diukur melalui kegiatan Uji Kompetensi Guru (UKG). Pada UKG guru yang mempunyai nilai penilaian kinerja di bawah standar minimal maka diwajibkan untuk mengikuti PKB. Kegiatan PKB yang diikuti dapat berupa diklat lanjutan dan diklat pengembangan. Pada kedua diklat tersebut guru dapat mengikuti diklat mengenai PTK yang dapat meningkatkan pemahaman guru terkait dengan PTK. Desain penilaian kinerja dan PKB guru selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Kemendikbud, 2014:22):


(46)

Gambar 4. Desain Penilaian Kinerja dan PKB Guru 5. Upaya yang Dapat Dilakukan Pihak Sekolah

Menurut Anggraeni (2014:45) upaya yang dapat dilakukan pihak sekolah untuk mendorong guru untuk melakukan PTK dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi dan menginformasikan pentingnya pelaksanaan PTK dan mengingatkan serta menggerakkan guru agar bisa melakukan PTK. Pihak sekolah juga dapat berkontribusi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. Salah satu cara untuk berkontribusi dalam mengatasi kesulitan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan program PTK di sekolah.

Program PTK di sekolah dapat dibimbing langsung oleh pihak yang telah berkompeten melakukan PTK seperti kepala sekolah ataupun bekerjasama dengan instansi lain seperti LPMP dan LPTK. Upaya lebih lanjut yang dilakukan pihak sekolah untuk melancarkan program PTK dapat dilakukan dengan menyelenggarakan pelatihan komputer bagi guru-guru yang masih mengalami kesulitan dalam mengoperasikan komputer,


(47)

mengadakan pelatihan melaksanakan PTK dan bimbingan penyusunan laporan penelitian serta menyediakan buku-buku penelitian.

6. Analisis Kesulitan–Kesulitan yang dialami Guru untuk Melakukan Penelitian Tindakan Kelas

Adanya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 yang telah resmi berlaku pada 1 Januari 2013 pada kenyataannya justru membuat golongan kepangkatan guru mengalami stagnasi pada golongan IVA. Hal ini dikarenakan untuk naik ke jenjang kepangkatan berikutnya, guru diharuskan menulis karya ilmiah seperti PTK. Selain karena belum melakukan PTK, stagnasi kenaikan pangkat guru juga disebabkan hal lain seperti PTK yang diajukan guru merupakan hasiljiplakandari skripsi,tesis atau laporan penelitian lainnya (Suhardjono dalam Widoyoko, 2012:3).

Atas dasar uraian tersebut, dapat diketahui bahwa masih banyak guru yang mengalami kesulitan untuk melakukan PTK. Berikut peneliti paparkan teori penyebab kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. Penyusunan data ini berasal dari artikel ilmiah, jurnal maupun penelitian terdahulu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2014:100), Pati (2014:67), Drajati (2015:240), Trisdiono (2014:1) dan artikel ilmiah yang ditulis oleh Saipurrahman (2015:1) dapat diketahui bahwa kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK disebabkan oleh hal–hal berikut:

a. Adanya persepsi sibuk di dalam benak guru dan adanya persepsi bahwa PTK dapat membebani tugas seorang guru, memerlukan banyak waktu dan biaya;

b. Minimnya pengalaman guru dalam melakukan kegiatan penelitian; c. Belum memiliki pemahaman yang baik mengenai PTK sehingga

permasalahan yang dihadapi di kelas tidak mampu guru deskripsikan dalam bentuk tulisan untuk dilakukan penelitian guna memperoleh solusinya. Implikasi lebih lanjut dari kurangnya pemahaman guru


(48)

adalah terhambatnya proses kenaikan pangkat karena kurangnya komponen penelitian yang dilakukan;

d. Adanya pemahaman yang kurang mengenai profesi yang digeluti, utamanya yang berhubungan dengan PKB yang menunjang angka kredit guru;

e. Adanya budaya kurang membaca; f. Tidak ada anggaran dana;

g. Usia guru yang sudah tidak memungkinkan melakukan PTK; h. Kegiatan penataran atau pelatihan PTK yang belum optimal;

i. Sulit menyusun kalimat ilmiah yang disebabkan terbatasnya tulisan ilmiah yang dibaca;

j. Sulit menyusun kajian teori yang disebabkan karena tidak cukup tersedianya referensi dalam berbagai bentuk seperti buku, jurnal, akses internet, dan perpustakaan.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teoritik dapat diketahui bahwa dalam keprofesionalan seorang guru terdapat empat kompetensi pokok yang harus dimiliki yaitu kompetensi pedagogik, professional, sosial dan kepribadian. Kompetensi pokok tersebut dapat ditingkatkan melalui beberapa cara salah satunya dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dari keempat kompetensi pokok tersebut, PTK dapat berkontribusi terutama pada peningkatan kompetensi profesional guru. Ada beberapa indikator untuk mengukur kompetensi profesional guru yaitu (1) menguasai materi pembelajaran dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Berdasarkan kelima indikator


(49)

kompetensi profesional tersebut, PTK berhubungan dengan indikator keempat yakni mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

Tindakan reflektif yang dapat dilakukan oleh guru pada Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) ada tiga yaitu Pengembangan Diri (PD), melakukan Publikasi Ilmiah (PI) dan Karya Inovatif (KI). Pada PI ada sepuluh macam tindakan reflektif yang dapat dilakukan guru yakni presentasi di forum ilmiah,hasil penelitian berupa PTK, melakukan tinjauan ilmiah,tulisan ilmiah populer,artikel ilmiah, buku pelajaran, modul/diktat, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan dan buku pedoman guru. Dari berbagai tindakan reflektif pada kegiatan publikasi ilmiah, guru sangat disarankan untuk melakukan PTK. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK guru mampu memperbaiki kualitas pembelajaran yang dapat berimplikasi pada peningkatan hasil belajar siswa dan profesional guru. Implikasi lebih lanjut dari peningkatan keprofesionalan seorang guru adalah dapat berpengaruh pada perolehan angka kredit guru.

Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan akumulasi nilai butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatan guru. Angka kredit guru terdiri atas dua komponen yaitu Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan PKB. PKG merupakan penilaian terhadap kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatan. Sedangkan PKB merupakan kegiatan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah, dan atau membuat karya inovatif. Nilai yang didapatkan dari PKG dan PKB kemudian diakumulasi menjadi angka kredit guru. Angka kredit tersebut akan berpengaruh dalam kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru.

Kedudukan PTK sebagai salah satu komponen yang harus dipenuhi untuk keperluan kenaikan pangkat guru diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010. Tujuan adanya kedua peraturan tersebut yaitu mampu mendorong minat


(50)

dan meningkatkan kemampuan meneliti guru serta menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) terutama pada PTK. Adanya kedua peraturan baru yang telah resmi diberlakukan pemerintah pada 1 Januari 2013 pada kenyataannya justru membuat golongan kepangkatan guru mengalami stagnasi pada golongan IVA. Hal ini dikarenakan untuk naik ke jenjang kepangkatan berikutnya, guru diharuskan menulis KTI terutama berupa PTK. Selain karena belum melakukan PTK, stagnasi kenaikan pangkat guru juga disebabkan hal lain seperti PTK yang diajukan guru merupakan hasil jiplakan dari skripsi, tesis atau laporan penelitian lainnya (Suhardjono dalam Widoyoko, 2012:3).

Belum banyaknya guru yang melakukan PTK juga terjadi pada guru yang mengajar mata pelajaran ekonomi pada salah satu SMA di Surakarta, dimana dari lima orang guru ekonomi hanya ada satu guru yang melakukan atau mempublikasikan PTK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dan upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. Berikut disajikan kerangka berpikir dalam bentuk skema agar mempermudah pembaca untuk memahami alur pemikiran pada penelitian ini.


(51)

Kompetensi Guru Profesional Peningkatan hasil belajar peserta didik

Gambar 5. Skema Kerangka Berpikir

Publikasi ilmiah yang dapat dilakukan guru ada sepuluh. Dari berbagai tindakan reflektif pada publikasi ilmiah tersebut, guru disarankan untuk melakukan PTK. Kompetensi Kepribadian Kompetensi Pedagogik Kompetensi Profesional Kompetensi Sosial Indikator Ke1 Indikator Ke 4 Indikator Ke 3 Indikator Ke 2 Indikator Ke5 Memperbaiki kualitas pembelajaran Peningkatan Keprofesionalan Guru PKG PD KI PI Kenaikan Pangkat Guru Kenaikan Jabatan Guru

Angka Kredit Guru

PKB

PTK

PD PI KI

Belum banyak guru yang melakukan PTK

Adanya penemuan hasil PTK yang diajukan guru merupakan hasil jiplakan

dari skripsi/tesis atau laporan penelitian lainnya

(Suhardjono dalam

Widoyoko, 2012:3). Belum banyak guru yang melakukan

PTK juga terjadi pada salah satu SMA di Surakarta, dimana dari lima ekonomi hanya ada satu guru yang telah melakukan PTK.

Kedudukan PTK sebagai penunjang kenaikan pangkat guru diperkuat dengan Permenpan-RB No 16 Tahun 2009 dan Permendiknas bersama Kepala BKN No 3 Tahun 2010 yang resmi berlaku secara efektif pada 1 Januari 2013

Penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK?

Upaya yang sudah dilakukan pihak sekolah dalam mendorong dan mengatasi kesulitan guru untuk melakukan PTK?


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu SMA yang ada di Surakarta. Alasan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Alasan pertama dikarenakan sebagian besar guru ekonomi pada sekolah tersebut belum melakukan penelitian berupa PTK. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara kepada guru ekonomi dapat diketahui bahwa empat dari lima guru ekonomi belum melakukan PTK.

b. Alasan kedua dikarenakan pada sekolah tersebut mempunyai empat guru yang belum melakukan PTK dengan prosentase dua guru baru berencana melakukan PTK sedangkan dua guru lainnya sedang berusaha untuk membuat proposal PTK dan satu guru yang sudah melakukan PTK. Adanya ketiga prosentase tersebut dapat menjadi pembanding bagi peneliti untuk mengetahui penyebab kesulitan-kesulitan yang dialami untuk melakukan PTK.

c. Alasan ketiga karena belum ada penelitian mengenai kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK pada sekolah tersebut. Hal ini dapat menghindarkan penelitian ulang pada tempat penelitian yang sama.


(53)

2. Waktu Penelitian

Waktu yang direncanakan untuk penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3. Waktu Penelitian

B. Metode dan Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus dengan pendekatan penelitian kualitatif. Metode penelitian studi kasus menurut Yusuf (2014:339) adalah:

“Suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari suatu kasus tertentu. Fokus dari studi kasus terletak pada paradigma yang bersifat naturalistik dan holistik, Jenis studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus intrinsik. Studi kasus intrinsik merupakan suatu usaha penelitian yang bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai suatu kasus tertentu.”

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif menurut Yusuf (2014:329) adalah:

Jenis Kegiatan Jan

2016 Feb 2016 Mar 2016 Apr 2016 Mei 2016 Juni 2016 1. Tahap Pra-Lapangan

a. Menemukan Permasalahan yang akan Diteliti

b. Merumuskan masalah c. Penyusunan Proposal d. Perijinan

e. Penyusunan Instrumen Penelitian

2. Tahap Pekerjaan Lapangan a. Memasuki Lapangan b. Mengumpulkan,

Menyeleksi, dan Menyimpulkan Data, 3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan

Data

4. Tahap Penyusunan Laporan a. Menyusun Laporan

Penelitian b. Review


(54)

“Suatu strategi inkuiri yang menekankan pada pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol maupun deskripsi yang bersifat alami dan holistik serta disajikan secara naratif. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menemukan jawaban terhadap suatu pertanyaan melalui aplikasi prosedur ilmiah secara sistematis.”

Alasan peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus intrinsik dengan pendekatan penelitian kualitatif karena permasalahan yang diteliti oleh peneliti bersifat holistik, kompleks dan penuh makna sehingga untuk lebih mudah memahami latar belakang suatu persoalan mengenai suatu kelompok individu secara mendalam, holistik dan naturalistik maka peneliti memilih untuk menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.

C. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah berbagai informasi dan keterangan yang diperoleh langsung dari sumbernya, yaitu para pihak yang dijadikan informan penelitian. Informan penelitian yang menjadi sumber data primer pada penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Metode purposive samplingmenurut Sugiyono (2013:220) adalah, “Suatu metode yang ditentukan berdasarkan pada pertimbangan penguasaan masalah yang relevan dengan subjek penelitian.” Berdasarkan kriteria tersebut maka yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah guru ekonomi dan kepala sekolah.

Data yang ingin didapatkan dari informan tersebut adalah data guru yang sudah dan belum melakukan PTK serta mengikuti pelatihan PTK, penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dan upaya yang sudah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru khususnya pada guru ekonomi untuk melakukan PTK.


(55)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah berbagai teori dan informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Sumber data sekunder dapat berasal dari buku, jurnal serta beberapa hasil penelitian yang relevan yang berisi mengenai teori dan informasi yang terkait dengan variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian (Sugiyono, 2013:220). Berdasarkan pada teori tersebut, data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku, jurnal dan hasil penelitian yang relevan yang berisi mengenai teori yang terkait dengan variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kesulitan – kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. Selain menggunakan buku, jurnal dan hasil penelitian yang relevan, data sekunder lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang berisi data guru yang sudah dan belum melakukan PTK dan syarat kenaikan pangkat guru dari IIIB ke IIIC.

D. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian

Sampel pada penelitian kualitatif disebut sebagai narasumber atau partisipan, informan dalam penelitian. Teknik pengambilan subjek dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling dan bersifat snowball sampling.Purposive samplingadalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan bahwa sampel yang dipilih mengetahui permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti. Sedangkan snowball samplingadalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama –lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari informasi dan narasumber lagi sebagai sumber data. Jumlah sampel sumber data akan semakin besar seperti bola salju yang menggelinding lama– lama menjadi besar (Sugiyono, 2013:219).

Mengacu pada teori tersebut, maka subjek penelitian ini adalah guru ekonomi dan kepala sekolah. Hal ini dikarenakan guru ekonomi dan kepala sekolah mengetahui permasalahan yang dikaji oleh peneliti yaitu penyebab


(56)

sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dan upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK.

Kegiatan snowball sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan menambah sumber data hingga titik jenuh. Penambahan sumber data tersebut dikarenakan jumlah data yang didapatkan belum mampu memberikan data yang memuaskan. Sedangkan titik jenuh dalam penelitian ini diukur dari penambahan sumber data yang tidak menambah data penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi.

1. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terencana-tidak terstruktur. Wawancara terencana-tidak terstruktur menurut Yusuf (2014:377) adalah, “Apabila peneliti menyusun rencana wawancara yang mantap, tetapi tidak menggunakan format dan urutan yang baku.” Alasan memilih jenis wawancara terencana-tidak terstruktur dikarenakan agar dapat mengembangkan informasi atas jawaban yang diberikan dari narasumber sehingga memungkinkan untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci dan mendalam.

2. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Yusuf, 2014:31). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan milik wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang berisi mengenai daftar guru yang sudah dan belum melakukan PTK dan syarat kenaikan pangkat guru dari IIIB ke IIIC. Selain itu, dokumen yang digunakan lainnya adalah hasil rekaman, transkip hasil rekaman dan foto yang diambil pada saat proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan.

Alasan peneliti menggunakan dokumen sebagai salah satu teknik pengumpulan data dikarenakan melalui dokumentasi dapat menjadi


(1)

244 yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan teknis Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersangkutan

5. Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/Kota yang menduduki jabatan Guru Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d untuk menjadi Guru Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a dan pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b, ditetapkan oleh Gubernur yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan teknis Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersangkutan

Jumlah angka kredit kumulatif minimal yang harus dipenuhi oleh setiap Pegawai Negeri Sipil untuk pengangkatan dan kenaikan jabatan/pangkat Guru adalah sebagaimana tersebut pada Lampiran II Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 dengan ketentuan:

a. paling kurang 90% (sembilan puluh persen) angka kredit berasal dari unsur utama; dan

b. paling banyak 10% (sepuluh persen) angka kredit berasal dari unsur penunjang

1. Untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi dari Guru Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Guru Utama, pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e wajib melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang meliputi sub unsur pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif

2. Guru Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a yang akan naik pangkat menjadi Guru Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat, paling sedikit 3 (tiga) angka kredit dari sub unsur pengembangan diri

3. Guru Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b yang akan naik jabatan/pangkat menjadi Guru Muda, pangkat Penata,golongan ruang III/c angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat,


(2)

paling sedikit 4 (empat) angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif, dan paling sedikit 3 (tiga) angka kredit dari sub unsur pengembangan diri.

4. Guru Muda, pangkat Penata, golongan ruang III/c yang akan naik pangkat menjadi Guru Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat, paling sedikit 6 (enam) angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif, dan paling sedikit 3 (tiga) angka kredit dari sub unsur pengembangan diri

5. Guru Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d yang akan naik jabatan/pangkat menjadi Guru Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat, paling sedikit 8 (delapan) angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif, dan paling sedikit 4 (empat) angka kredit dari sub unsur pengembangan diri

6. Guru Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a yang akan naik pangkat menjadi Guru Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat, paling sedikit 12 (dua belas) angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif, dan paling sedikit 4 (empat) angka kredit dari sub unsur pengembangan diri. 7. Guru Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b yang akan

naik pangkat menjadi Guru Madya, pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat, paling sedikit 12 (dua belas) angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif, dan paling sedikit 4 (empat) angka kredit dari sub unsur pengembangan diri

8. Guru Madya, pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/c yang akan naik jabatan/pangkat menjadi Guru Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d, angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat, paling sedikit 14 (empat belas) angka kredit dari sub unsur publiksi ilmiah dan/atau karya inovatif, dan paling sedikit 5 (lima) angka kredit dari sub unsur pengembangan diri.


(3)

246 9. Guru Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d yang akan naik pangkat menjadi Guru Utama, pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat, paling sedikit 20 (dua puluh) angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif, dan paling sedikit 5 (lima) angka kredit dari sub unsur pengembangan diri.

10. Guru Madya, pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c yang akan naik jabatan/pangkat menjadi Guru Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d wajib melaksanakan presentasi ilmiah

11. Kenaikan pangkat bagi Guru dalam jenjang jabatan yang lebih tinggi dapat dipertimbangkan apabila kenaikan jabatannya telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan 12. Guru yang memiliki angka kredit melebihi angka kredit yang ditentukan untuk

kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi, kelebihan angka kredit tersebut secara kumulatif diperhitungkan untuk kenaikan jabatan/ pangkat berikutnya


(4)

(5)

249


(6)

250 Skripsi