Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang bertujuan untuk mengembangkan potensi diri peserta didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut tidak dapat terlepas dari peran seorang guru. Guru menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 dalam Suharno, 2013:148. Peran guru sangat penting dalam pendidikan. Hal ini dikarenakan guru berperan dalam mengajar, mendidik sekaligus membimbing atau mengarahkan dan membentuk karakter peserta didik. Mengingat peran guru yang sangat penting tersebut maka seorang guru dituntut untuk profesional dalam menjalankan tugas sebagai seorang tenaga pendidik. Berkaitan dengan keprofesionalan seorang guru, terdapat empat kompetensi pokok yang harus dimiliki yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Apabila keempat kompetensi pokok telah terpenuhi maka guru tersebut dapat disebut sebagai seorang guru yang profesional. Kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional dapat ditingkatkan melalui beberapa cara. Supriatna 2013:3 menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan keprofesionalan seorang guru dapat dilakukan dengan Penelitian Tindakan Kelas PTK. Pernyataan yang dikemukakan oleh Supriatna 2013:3 tersebut diambil dari amanat Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa diantara standar isi kompetensi guru berupa kompetensi pedagogik, 1 2 kepribadian, sosial dan profesional terdapat unsur PTK sebagai ciri guru profesional atau kompeten. Berdasarkan keempat kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru professional tersebut, PTK dapat berkontribusi terutama pada peningkatan kompetensi profesional guru. Kompetensi profesional guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 1 adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup pada penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Ada beberapa indikator untuk mengukur kompetensi profesional guru. Indikator-indikator tersebut adalah: 1 menguasai materi pembelajaran dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu; 2 menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu; 3 mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; 4 mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; 5 memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Berdasarkan kelima indikator kompetensi profesional tersebut, PTK berhubungan dengan indikator keempat yakni mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan PKB adalah kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Salah satu bentuk tindakan reflektif pada pengembangan keprofesionalan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan PTK. PTK merupakan suatu bentuk penelaahan melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu seperti guru dan kepala sekolah dalam situasi sosial termasuk pendidikan. PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga peserta didik dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik Bustari,2011:4 dan Ali serta Asrori, 2011:9. 3 Pengembangan keprofesian secara berkelanjutan diatur oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi PERMENPAN-RB Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala Badan Kepegawaian Nasional BKN Nomor 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kredit Guru Widodo dkk, 2014:4. Berkaitan dengan peraturan pemerintah tentang jabatan fungsional guru dan angka kredit guru terdapat dua komponen yakni Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan PKB dan Penilaian Kinerja Guru PKG. PKB merupakan kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Komponen kedua dalam jabatan fungsional dan angka kredit guru adalah Penilaian Kinerja Guru PKG. PKG merupakan penilaian terhadap tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatan. Penilaian PKG dilakukan oleh asesor PKG pada setiap tahun. Nilai yang didapatkan dari PKB dan PKG kemudian diakumulasi menjadi angka kredit yang diperoleh pada tahun penilaian tersebut. PKB memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. PKB dapat diperoleh guru dari kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Pada kegiatan publikasi ilmiah, guru sangat disarankan membuat PTK daripada penelitian lainnya. Hal ini dikarenakan dengan melakukan PTK, guru dapat memperbaiki kualitas pembelajaran. Implikasi lebih lanjut dengan adanya perbaikan kualitas pembelajaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Akan tetapi pada kenyataannya tidak mudah bagi sebagian besar guru untuk membuat publikasi ilmiah seperti PTK. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar atau 42,31 guru saat ini menumpuk di pangkat golongan IVA. Selain itu, pelaksanaan PERMENPAN-RB Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 yang resmi berlaku pada 1 Januari 2013 dikhawatirkan akan terjadi penumpukan pangkat 4 guru pada golongan IIIB, karena mulai golongan IIIB seorang guru sudah diwajibkan untuk membuat publikasi ilmiah salah satunya dapat berupa PTK Utomo, 2012:1. Apabila dikaji lebih lanjut, adanya PERMENPAN-RB Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 yang menguatkan kedudukan PTK sebagai salah satu komponen yang harus dipenuhi untuk keperluan kenaikan pangkat guru bertujuan untuk mendorong minat dan meningkatkan kemampuan meneliti guru serta menulis Karya Tulis Ilmiah KTI terutama pada PTK. Peraturan tersebut diberlakukan pemerintah dengan pertimbangan bahwa PTK dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan profesionalisme guru sebagai tenaga pendidik. Upaya pemerintah dalam mendorong guru melakukan PTK ternyata belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari belum banyak guru yang melakukan PTK. Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Nasional pada tahun 2015 tercatat bahwa dari 1.461.124 guru, 22,87 adalah guru golongan IVA, 0,16 golongan IVB, 0,006 guru golongan IVC, 0,001 golongan IVD, dan 0,00 guru golongan IVE, sedangkan sisanya golongan IVA ke bawah. Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa golongan kepangkatan guru mengalami stagnasi pada golongan IVA. Stagnasi tersebut disebabkan karena untuk naik ke jenjang kepangkatan berikutnya guru diharuskan menulis KTI salah satunya dapat berupa PTK Ekowati, 2011:1. Belum banyaknya guru yang melakukan PTK juga terjadi di salah satu SMA di Surakarta, dimana pada sekolah tersebut berdasarkan pernyataan Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum diketahui bahwa dari 60 guru hanya tiga guru yang sudah melakukan PTK. Ketiga guru tersebut berasal dari mata pelajaran sains seperti Matematika dan Biologi. Selain dari mata pelajaran sains, guru yang sudah melakukan PTK lainnya berasal dari mata pelajaran bahasa yaitu Bahasa Inggris. Sedangkan untuk mata pelajaran yang bersifat social science seperti Ekonomi, berdasarkan hasil wawancara lebih lanjut kepada guru ekonomi dapat diketahui bahwa satu dari lima guru ekonomi 5 sudah pernah melakukan PTK sedangkan keempat guru ekonomi lainnya belum melakukan PTK. PTK tidak hanya penting dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran sains dan bahasa saja, tetapi juga penting dilakukan oleh guru mata pelajaran social science seperti Ekonomi. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK dapat membantu guru ekonomi mendiagnosis permasalahan yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, manfaat lain yang didapatkan guru ekonomi ketika melakukan PTK yaitu dapat menunjang angka kredit guru. Implikasi lebih lanjut dengan naiknya angka kredit guru melalui PTK tersebut adalah dapat menunjang kenaikan pangkat guru. Adanya kenaikan pangkat guru tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan guru sebagai tenaga pendidik. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dan mengetahui upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. Atas dasar permasalahan tersebut peneliti mengambil judul yaitu “ANALISIS KESULITAN–KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengapa sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK? 2. Bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi melakukan PTK? 6

C. Tujuan Penelitian