Dampak-dampak Konflik Pengertian Konflik Sosial, Penyebab Konflik, Macam-macam Konflik,

19 korupsi, dia akan dimusuhi oleh rakyat yang memilihnya, bahkan dari pihak calon kepala desa yang kalah. Demo akan digelar akibat tindakan yang dilakukan oleh kepala desa yang tidak terpuji. Permusuhan juga dapat terjadi antarkelompok yang ada, misalnya perebutan batas desa atau wilayah tempat tinggal mereka, konflik antarkeluarga mengenai batas pekarangan atau sawah, dan sebagainya. Ungkapan Jawa “Sedumuk bathuk senyari bumi” kurang lebih berarti sejengkal tanah akan dibela sampai mati adalah wujud permusuhan yang diakibatkan oleh konflik tersebut. c. Balas Dendam Dendam merupakan gejala yang banyak kita dapatkan dari konflik yang terjadi, mereka berharap suatu saat dapat membalas kekalahan yang dialaminya. Balas dendam biasanya menuggu kesempatan dimana lawan konflik dalam keadaan lengah atau tidak berdaya, atau sebaliknya yang merasa dikalahkan telah memiliki kemampuan dan merasa kuat untuk melakukan balas dendam. Di beberapa masyarakat, balas dendam sering merupakan kewajiban bagi keturunannya dan bahkan dianggap sebagai keharusan dalam menghormati orang tua atau leluhurnya, manakala keluarga atau kelompoknya pernah dipermalukan atau ada anggota keluarga yang dibunuh. Sirik, misalnya, di masyarakat Bugis adalah suatu kewajiban balas dendam yang harus dilakukan sebagai kewajiban manakala anggota keluarga atau kelompoknya ada yang dibunuh atau dipermalukan dihadapan umum. Jika balas dendam belum dilakukan sekarang, maka wajib bagi generasi penerus untuk membalaskan dendam keluarganya. Cerita-cerita film silat yang ada, biasanya jika ayahnya dibunuh oleh pendekar lain, maka anak diberikan tugas dan kewajiban untuk membalaskan dendam keluarganya dengan cara mengalahkan dan membunuh pendekar yang membunuh orang tuanya. d. Kekerasan Kekerasan merupakan tindakan fisik dan nonfisik yang ditujukan kepada 20 orang lain yang lebih lemah keberadaannya. Mereka yang lebih kuat dan lebih berkuasa melakukan tindakan kekerasan pada pihak lain yang lebih lemah atau yang berada dibawah kekuasaannya. Kekerasan fisik dapat berupa pemukulan, penyekapan, penganiayaan, pemerkosaan, pelecehan seksual, dan pemerasan. Kekerasan nonfisik dapat berupa ancaman atau intimidasi, umpatan atau makian, teror dan lain sebagainya. Kekerasan dapat terjadi di mana saja, seperti kekerasan dalam rumah tangga atau keluarga, kekerasan dalam tempat kerja, maupun di lembaga pendidikan semi militer dan militer. Premanisme merupakan salah satu bentuk kekerasan yang dapat terjadi di mana pun dan kapan pun. e. Perubahan Kepribadian 26 Perubahan dimungkinkan terjadi akibat konflik yang ada, hal ini terkait dengan keseimbangan psikologis dan sosiologis dari yang bersangkutan. Secara psikologis dapat dilihat dari ada atau tidaknya kekecewaan, tekanan batin, dan stres, ataupun perasaan bersalah yang berkepanjangan. Sementara itu, secara sosiologis dapat dilihat dari terganggu atau tidaknya hubungan sosial di antara mereka dan ada atau tidaknya orang yang dapat dijadikan perlindungan ataupun mencurahkan isi hati mereka. Misalnya, perceraian dalam keluarga yang menyebabkan berpisahnya Ayah dan Ibu dari anak-anaknya. Anak akan menjadi korban dari kehancuran keluarga. Mereka akan kehilangan figur seorang Ibu bagi yang tinggal sama Ayahnya dan kehilangan figur seorang Ayah bagi yang tinggal dengan Ibunya. Figur ini penting bagi tumbuh kembang kepribadian seorang anak. Figur bapak yang tidak ada dalam keluarga menyebabkan figur ibu lebih dominan, sehingga anak laki-laki yang mengikuti Ibu akan didominasi oleh perilaku yang cenderung mengikuti Ibu. Sebaliknya anak perempuan yang mengikuti bapak akan didominasi oleh perilaku yang cenderung mengikuti perilaku bapaknya sehingga anak perempuan tersebut perilakunya seperti laki-laki. Kepribadian bagi seorang Ibu yang menyandang predikat janda, ataupun kepribadian Bapak yang menyandang predikat duda akan berubah dan 26 Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar..., h. 95 21 berbeda dengan kepribadian mereka pada waktu mereka masih menjadi suami-istri. Misalnya, seorang ibu menjadi lebih genit atau lebih seksi dalam berdandan, seorang bapak sangat mungkin yang tadinya tidak merokok kemudian merokok untuk mengisi kekosongan hatinya, dan lain sebagainya. f. Jatuhnya Korban Manusia 27 Jatuhnya korban dapat dimungkinkan sebagai akibat dari konflik yang ada. Misalnya, anak-anak menjadi korban perceraian ayah ibunya, banyak orang yang meninggal dunia karena terkena senjata tajam pada waktu konflik terbuka antarsuku terjadi, dan sebagainya. Jatuhnya korban tidak selamanya berupa nyawa saja, tetapi juga dapat berupa barang, kekayaan harta benda, dan berbagai sarana dan prasarana yang menjadi sasaran tindak pengerusakan ketika konflik terjadi. Kekerasan dan tindakan brutal tersebut dapat terjadi manakala kerumunan masyarakat telah terbentuk. Kecendrungan yang terjadi adalah tindakan anarkis, destruktif, dan tidak bertanggung jawab. Kerumunan ini sukar dikendalikan karena tidak ada pemimpinnya dan cenderung terjadi di daerah perkotaan, karena mereka tidak mengenal satu dengan lainnya secara akrab. g. Dominasi yang Kuat Atas yang Lemah Hasil dari konflik yang ada adalah kemenangan atau kekalahan bagi salah satu pihak yang berkonflik. Kenyataan demikian membuat kelompok yang menang akan menguasai kelompok yang kalah dan kelompok yang kalah akan berada di bawah kekuasaan atau pengaruh kelompok yang menang. Misalnya, apabila terjadi konflik antarpreman pasar, maka seluruh anggota kelompok preman yang kalah akan tunduk kepada kelompok preman yang menang. Contoh lain, perang antarnegara yang berakhir dengan kekalahan salah satu negara, maka yang kalah dipaksa membayar kerugian akibat perang oleh pihak yang menang dan negara yang menang akan mendominasi dalam banyak hal pada negara yang dikalahkan. 27 Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar..., h. 95 22

6. Cara Mengatasi Konflik

Cara yang sering digunakan dalam penyelasain konflik adalah melalui cara akomodasi. Akomodasi adalah upaya yang dilakukan untuk mempertemukan pihak-pihak yang berkonflik guna menyelesaikan permasalahan yang ada. Ada beberapa metode dalam akomodasi yang sering digunakan dalam penyelesaian konflik yaitu coercion, compromise, arbitration, mediation, conciliation, toleration, adjudication. 28

a. PaksaanCoercion adalah upaya penyelesaian konflik dengan

menggunakan kekuatan atau kekuasaan dan pengaruh, terutama terhadap mereka yang lebih lemah kedudukannya. Pembersihan pedagang kaki lima di kota-kota besar biasanya diselesaikan dengan kekerasan atau paksaan. Mereka biasanya diperingatkan lebih dahulu untuk tidak berjualan dan diperintahkan untuk membongkar tenda dan lapak yang digunakan untuk berjualan. Pada hari yang sudah ditentukan apabila mereka tidak mengindahkan peringatan tersebut, maka Polisi Pamong Praja akan membongkar dengan paksa tenda dan lapak mereka. Biasanya mereka melakukan perlawanan seadanya dan berakhir dengan sia-sia karena mereka berada pada pihak yang salah dan lemah.

b. KompromiCompromise adalah upaya penyelesaian konflik dengan

melakukan tawar – menawar terhadap bentuk penyelesaian dari konflik tersebut. Kesepakatan mereka adalah hasil dari kompromi antara kedua belah pihak yang bersengketa. Misalnya, sengketa atas tanah dan rumah tinggal. Dengan membayar ganti rugi sejumlah uang kepada pihak lain yang bersengketa, dan ganti rugi tersebut diterima dengan senang hati, maka hal tersebut adalah bentuk kompromi yang dilakukan guna menyelesaikan konflik yang ada. c. ArbitrasiArbitration adalah cara penyelesaian konflik jika kedua belah pihak yang berkonflik tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan membutuhkan bantuan pihak ketiga, pihak ketiga mencoba 28 Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar..., h. 70 23 untuk mencarikan penyelesaian dari keduanya. Jika mencapai kata sepakat, maka pihak ketiga berhasil dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Arbitrasi bisa dilakukan oleh perwakilan dari kedua belah pihak yang berkonflik, ataupun oleh perseorangan yang memiliki kapasitas sebagai juru damai. Diplomasi yang dilakukan oleh negara lain untuk mencegah terjadinya perang antara dua negara dapat digolongkan dalam arbitrasi tersebut.

d. MediasiMediation adalah upaya penyelesaian konflik dengan

mendatangkan orang lain yang dapat memberikan nasihat pada keduanya agar tercapai kata sepakat. Orang tersebut disebut mediator. Mediator tidak berpihak pada salah satu dari mereka yang berkonflik, tetapi berdiri netral diantara keduanya dan memberikan beberapa alternatif jalan keluar dari konflik yang ada. Mediator dapat berasal dari suatu lembaga yang berkepentingan dengan hal itu maupun orang yang biasanya memiliki pengaruh atas mereka yang berkonflik.

e. KonsiliasiConciliation merupakan salah satu cara penyelesaian

konflik agar tidak terjadi kerugian pada kedua belah pihak yang berkonflik. Misalnya, konflik antara karyawan perusahaan dengan perusahaan direksi. Konsiliasi dilakukan agar perusahaan tidak dirugikan dan buruh tidak dirumahkan. Perselisihan yang ada misalnya menuntut kenaikan upah, sambil menunggu penyelesaian dari perusahaan, mereka tetap bekerja dan perusahaan tetap memberikan gaji sesuai dengan gaji sebelumnya. Karyawan melakukan tuntutan dan perusahaan memikirkan karyawannya, sehingga konflik yang terjadi diantara keduanya dapat diselesaikan tanpa menimbulkan kerugian pada kedua belah pihak.

f. ToleransiToleration adalah upaya penyelesaian konflik yang

didasarkan pada pemahaman perbedaan yang terdapat pada mereka yang bermasalah. Kesadaran diri ini sebagai perwujudan dari perbedaan yang ada pada pihak lain. Misalnya, seorang perokok menghentikan kebiasaan merokoknya ketika berada disebuah bus. 24 Alasanya bukan karena tidak mempunyai rokok, melainkan menyadari bahwa asap rokok akan menganggu seluruh penumpang bus tersebut. Kesadaran untuk tidak merokok di dalam bus tersebut adalah bentuk toleransi kepada orang yang tidak merokok, dan perokok tersebut menghargai perbedaan dengan orang yang tidak merokok.

g. Penyelesaian di pengadilanAdjudication jika berbagai macam

konflik tidak dapat diselesaikan melalui metode-metode di atas, maka cara terakhir adalah membawa masalah tersebut ke pengadilan. Penyelesaian konflik akan dilakukan oleh lembaga pengadilan berdasarkan fakta dan bukti-bukti penyidikan yang ada. Keputusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat mereka yang berkonflik, sehingga kedua belah pihak harus menerima dan menjalankan sesuai dengan keputusan pengadilan yang ada. Jika pada tingkat Pengadilan Negeri yang ada mereka belum puas atas putusan pengadilan, maka mereka berhak mengajukan banding ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

C. Teori Konflik Sosial

Konflik merupakan suatu kedaan atau permasalahan sosial yang sering terjadi dan kita lihat sehari-hari dilingkungan sekitar kita, karena konflik sosial tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tidak akan muncul konflik sosial tanpa adanya manusia dan kelompok manusia. Karena konflik itu muncul dari persepsi-persepsi yang berbeda pandangan dan pemikiran mengenai suatu hal. Untuk memahami apa itu konflik, maka kita harus mengkaji terlebih dahulu apa itu teori konflik. “Teori konflik muncul sebagai reaksi atas teori fungsionalisme struktural yang kurang memperhatikan fenomena konflik di dalam masyarakat.” 29 Teori konflik adalah satu perspektif di dalam Sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem sosial yang terdiri dari bagian- 29 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama, 2008, Cet. 1, h.40