Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3
kelemahan tertentu pada fisik seseorang.
4
Bahwa seseorang yang melakukan suatu penyimpangan sosial dapat dilihat dari karateristik atau fisik tertentu
misalnya bentuk kepala, lengan, tubuh, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut teori-teori psikologis umumnya mengkaitkan penyimpangan dengan
kepribadian, motivasi, frustasi, perasaan bersalah, stress, atau kondisi-kondisi kejiwaan lainnya.
5
Menurut teori psikologis seseorang melakukan penyimpangan didasarkan pada masalah-masalah kejiwaan seperti yang
disebutkan di atas, misalnya ketika seseorang memiliki tingkat frustasi yang tinggi maka dirinya akan sangat agresif pada orang lain.
Penyimpangan sosial dapat pula terjadi di lingkungan sekolah, kalangan pelajarlah yang menjadi pelaku utama dalam hal ini. Bentuk-bentuk
penyimpangan sosial yang terjadi bisa berupa membolos, melanggar tata tertib sekolah, melakukan tawuran, merusak fasilitas sekolah, dan lain sebagainya.
Kalangan pelajar umumnya masuk kedalam kategori usia remaja, dimana pada usia ini merupakan proses pencarian jati diri mereka agar dianggap perannya
oleh masyarakat. Penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan dapat dikatakan
juga sebagai suatu bentuk kenakalan remaja atau dalam bahasa Latin disebut sebagai Juvenile Delinqeuncy
, yaitu “Juvenile delinquency ialah perilaku jahat dursila, atau kejahatankenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit
patologis secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk
tingkah- laku yang menyimpang.”
6
Hal ini berarti bahwa alasan mereka melakukan penyimpangan khususnya untuk mendapatkan pengakuan lebih
terhadap egonya yang merasa tersisih atau terlupakan dan tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat luas.
Tingkah laku delinkuen itu pada umumnya merupakan kegagalan sistem kontrol diri terhadap impuls-impuls yang kuat dan dorongan-dorongan
instinktif. Impuls-impuls kuat, dorongan primitif dan sentimen-
4
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama, 2008, Cet. 1, h. 206.
5
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar..., h.206.
6
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, h. 6.
4
sentimen hebat itu kemudian disalurkan lewat perbuatan kejahatan, kekerasan, dan agresi keras, yang dianggap mengandung nilai lebih
oleh anak-anak remaja tadi. Karena itu mereka merasa perlu memamerkan energi dan semangat hidupnya dalam wujud aksi bersama
atau perkelahian massal.
7
Berdasarkan pada penjelasan di atas, bentuk penyimpangan yang dimaksud adalah tawuran antarpelajar. Tawuran dapat diklasifikasikan sebagai
salah satu dari bentuk konflik antarkelompok. Konflik dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang kacau atau tidak teratur yang diakibatkan karena adanya
perbedaan-perbedaan yang mencolok. Banyak hal yang diakibatkan dengan terjadinya konflik, diantaranya dapat terjadi perpecahan antarkelompok,
kekerasan fisik, kerugian secara materil, hingga pada mengakibatkan kematian, dan lain sebagainya.
Seperti pendapat Sosiolog Indonesia “Soerjono Soekanto dalam buku
Andreas Soeroso, Sosiologi 2 yang mendefinisikan konflik sebagai proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.”
8
Konflik yang disertai dengan ancaman dan kekerasan tentu meresahkan siapa saja yang terlibat didalamnya. Baik bagi mereka yang
menjadi pelaku tawuran tersebut, maupun lingkungan sekitar dan warga yang berada di sekitar aksi tawuran tersebut.
Secara umum, para ilmuan sosiologi konflik lahir dari konteks masyarakat yang mengalami pergeseran-pergeseran nilai dan struktural, dan
dinamika kekuasaan dalam negara. Konteks sosiohistoris inilah yang membentuk pemikiran dalam sosiologi konflik. Istilah sosiologi konflik
pertama kali digunakan oleh Goerge Simmel, sehingga ia dijuluki sebagai Bapak dari sosiologi konflik.
9
Dalam konteks sosio historisnya teori konflik yang muncul pada abad 18 dan 19 dapat dimengerti sebagai respons dari lahirnya dual
revolution yaitu
demokratisasi dan
industrialisasi. Sehingga
7
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2..., h. 105.
8
Andreas Soeroso, Sosiologi 2, Jakarta: Quadra, 2008, h. 37
9
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Kontemporer, Jakarta : Kencana, 2009, h. 27
5
kemunculan konflik sosiologi modern merupakan akibat realitas konflik dalam masyarakat industrial. Selain itu, dalam konteks
akademis teori sosiologi konflik kontemporer adalah refleksi dari ketidakpuasaan terhadap fungsionalisme stuktural Talcot Parsons dan
Robert K. Merton, yang berlebihan dalam menilai masyarakat dengan paham konsensus dan integralistiknya.
10
Dalam konteks kekinian, “sosiologi konflik masih megikuti peta tiga
mazhab besar ilmu-ilmu sosial dan teori sosiologi konflik klasik. Aliran positivisme, humanisme, dan kritik dalam ilmu sosial sampai saat ini masih
menjadi perspektif yang sering dimanfaatkan dalam study konflik.”
11
Konflik yang bisa muncul pada skala yang berbeda seperti konflik antarindividu, konflik antarkelompok, konflik antarkelompok dengan negara,
dan konflik antarnegara. Setiap skala memiliki latar belakang dan arah perkembangannya. Masyarakat manusia di dunia pada dasarnya memiliki
sejarah konflik dalam skala antarperorangan sampai antarnegara. Seperti aksi tawuran yang terjadi dikalangan pelajar dapat
diklasifikasikan sebagai konflik antarkelompok, juga diartikan sebagai bentuk solidaritas mereka sebagai teman satu sekolah. Sudah jelas bahwa bentuk
solidaritas yang mereka lakukan adalah salah, karena solidaritas tersebut mengarah pada hal-hal yang bersifat negatif dan bersifat menghancur
destruktif. Aksi sedemikian ini khususnya bertujuan untuk mendapatkan prestige individual dan menjunjung tinggi nama kelompok dengan dalih
menjunjung tinggi nama sekolah. Bukankah hal itu merupakan pencitraan yang salah untuk mereka? Seharusnya jika mereka ingin mendapatkan prestige
atau penghormatan dari sekolah-sekolah lain, mereka harus mendapatkannya dengan menoreh prestasi-prestasi yang baik dalam bidang akademik ataupun
non akademik. Tawuran yang terjadi dikalangan pelajar juga dapat mengakibatkan
dampak-dampak negatif bagi siswa yang melakukan aksi dan Guru serta nama baik sekolah. Secara lahir akibat yang mereka dapatkan dari tawuran ini bisa
10
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer..., h. 47.
11
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan isu-isu Konflik Kontemporer..., h. 47.
6
berupa luka fisik karena benda-benda tumpul, yang bisa menyebabkan mereka terluka parah. Sedangkan secara batiniah akibat dari aksi tawuran ini
berdampak pada perubahan sikap dan perilaku serta tabiat mereka menjadi negatif. Hal ini bisa menjadikan mereka sebagai pribadi yang anarki, keras,
dan susah diatur. Jika dalam usia sekolah sudah seperti ini, bagaimana jika mereka menjadi bagian dari masyarakat yang lebih kompleks.
Hal lain yang juga bisa diakibatkan oleh tawuran antarpelajar ini adalah pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa, yang menyebabkan
mereka tidak naik kelas ataupun tidak bisa dinyatakan lulus. Memang kebanyakan dari mereka yang melakukan aksi tawuran prestasi belajarnya
cenderung akan turun, namun bisa saja mereka yang melakukan aksi tawuran ini adalah mereka yang berprestasi di sekolahnya, karena mereka ikut dalam
aksi ini untuk membantu teman-temannya. Hal lain yang juga telah disebutkan di atas, bahwa dampak negatif dari aksi tawuran ini adalah terjadinya
perubahan sikap anak, anak akan cenderung bersifat keras, anarki, dan susah diatur. Hal ini juga dapat mempengaruhi perkembangan psikologi anak.
Lalu mengapa aksi tawurn ini mereka lakukan? Padahal sangat jelas dampak negatif yang ditimbulkan. Bukankah seharusnya sebagai seorang
pelajar tugas mereka adalah belajar dan menuntut ilmu? Apa yang menyebabkan mereka melakukan aksi ini? Mungkin perbedaan kepentingan
diantara mereka juga bisa menjadi biang keladi mereka melakukan aksi tawuran ini, misalnya ketika seorang pelajar pria tertarik pada seorang wanita
yang bersekolah di tempat lain sedangkan ada seorang pria juga yang tertarik kepada wanita yang bersekolah di tempat yang sama, ketika mereka
mengunggulkan kepentingannya masing-masing untuk mendapatkan wanita tersebut, maka terjadilah konflik diantara mereka. Kemudian, masalah ini juga
bisa melebar menjadi konflik antarkelompok, ketika kedua belah pihak yang berkonflik melapor kepada teman-teman di sekolahnya masing-masing.
7
Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyelesaikan masalah ini. Sekolah sebagai sarana mereka untuk menuntut
ilmu sering juga dikatakan sebagai agen perubahan, yang akan merubah nasib seseorang menjadi lebih baik.
Keberhasilan study yang dimiliki seseorang adalah modal yang sangat berharga dalam mewujudkan cita-cita. Pedidikan akhlak budi pekerti
hakikatnya menjadi sebuah komitmen mengenai langkah-langkah apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengarahkan
generasi muda kepada pemahaman dan internalisasi values dan kebajikan virtues yang akan membentuknya menjadi manusia yang
baik good poeple.
12
Sekolah sebagai tempat para siswa belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas serta dapat menjunjung tinggi akhlak dan budi pekerti
yang baik, haruslah diimbangi dengan tenaga pengajar atau Guru yang baik dan berkompeten dalam mengajar dan membimbing siswanya.
Secara umum tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan. Adapun tujuan pendidikan di Indonesia berlandaskan pada falsafah dan pandangan
hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, bahwa dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan adalah sebagai berikut :
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
13
Begitu juga peran orang tua dalam mendidik anak-anak mereka di rumah. Karena pendidikan pertama yang mereka dapatkan adalah pendidikan
yang diberikan oleh para orang tua di rumah. Bagaimana anak tergantung pada
12
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 8.
13
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, tentang SISDIKNAS, Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007.
8
orang tua yang mendidiknya. Perhatian khusus dan kasih sayang yang cukup akan mempengaruhi perkembangan para siswa untuk menjadi manusia yang
baik. Jika hal ini sering diabaikan oleh para orang tua dan Guru, maka besar kemungkinan seorang anak akan melakukan penyimpangan-penyimpangan
baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan sosialnya. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa konflik
antarkelompok atau dalam hal ini adalah tawuran antarpelajar mungkin saja berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolahnya, apakah prestasi
belajar mereka menurun atau mungkin saja tidak. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan konflik
antarkelompok dalam hal ini aksi tawuran antarpelajar dengan judul penelitian yaitu
“Pengaruh Konflik Antarkelompok Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren Tangerang Selatan
”.