ToleransiToleration adalah upaya penyelesaian konflik yang
25
bagian atau komponen-komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dimana komponen yang satu berusaha untuk menaklukan
komponen yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh kepentingan sebesar-besarnya
.
30
Teori konflik sebagian berkembang sebagai reaksi terhadap fungsionalisme sturktural dan akibat berbagai kriktik yang ada. Teori
konflik ini berasal dari berbagai sumber lain seperti teori Marxian dan pemikiran konflik sosial dari Simmel. Pada 1950-an dan 1960-an, teori
konflik menyediakan alternatif terhadap fungsionalisme sturktural, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah digantikan oleh berbagai
macam teori neo-Marxian. Salah satu kontribusi utama teori konflik adalah meletakan landasan untuk teori-teori yang lebih memanfaatkan
pemikiran Marx. Masalah mendasar dalam teori konflik adalah teori itu tak pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar sturktural
fungsionalnya. Teori ini lebih merupakan sejenis fungsionalisme struktural
yang angkuh
ketimbang teori
yang benar-benar
berpandangan kritis terhadap masyarakatnya.
31
Dari pengertian teori konflik di atas, bahwa konflik terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan-perbedaan kepentingan antara komponen
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, dengan jalan mengalahkan pihak lawan agar memperoleh kepentingan-kepentingan
kelompoknya sebesar-besarnya. Selain karena adanya perbedaan kepentingan, konflik juga bisa terjadi karena adanya perbedaan pendapat, perbedaan
pandangan, perbedaan kebudayaan, akibat perubahan sosial dan lain sebagainya. “Konflik lebih banyak dipahami sebagai keadaan tidak
berfungsinya, komponen-komponen masyarakat sebagaimana mestinya atau gejala penyakit dalam masyarakat yang terintegrasi secara tidak sempurna.”
32
1.
Teori Konflik Karl Marx
Menurut Karl Marx, hakekat kenyataan sosial adalah konflik. Konflik adalah satu kenyataan sosial yang bisa ditemukan dimana-mana.
33
Marx menekankan dasar ekonomi untuk kelas sosial.
30
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, Cet. 1, h. 71.
31
Goerge Ritzer Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern..., h. 153
32
Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 1, h. 107.
33
Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, Cet. 1, h.73
26
Marx mengajukan konsepsi penting tentang konflik, yaitu tentang masyarakat kelas dan perjuangan kelas. Marx menyatakan
“.... of all instruments of production the greatest force of production is the
revolutionary class itself” .... dari semua instrumen-insturmen priduksi yang paling besar kekuatan produksi itu adalah kelas
revolusioner itu sendiri dikutipp oleh Dahrendorf. Pernyataan Marx melalui artikelnya The Clasess tersebut memberi penekanan
bahwa perubahan sosial dalam sejarah masyarakat manusia adalah akibat perjuangan revolusioner kelas. Kelas revolusioner yang
dimaksudkan oleh Marx adalah kelas proletariat. Kelas, menurut Marx adalah entitas dari perubahan-perubahan sosial. Kelas dan
perjuangan kelas kemudian, dalam konteks masyarakat kapitalis Marx, berada dalam kontradiksi sistem ekonomi kapitalis. Bryan
Turner merangkum efek dari proses kontradiksi sistem ekonomi kapitalis: 1 polarisasi radikal dari sistem kelas kedalam dua kelas
bermusuhan, yaitu borjuis dan kapitalis; 2 proses segregasi sistem kelas, yaitu kelas pemilik modal kaum borjuis yang kikir dan
pemiskinan kelas pekerja; dan 3 radikalisasi kelas pekerja yang ditransformasikan melalui perjuangan polistis.
34
Dalam teori ini Marx membagi dua kelompok masyarakat yaitu masyarakat Borjuis dan masyarakat Proletar.
35
Masyarakat Borjuis adalah masyarakat golongan kaya raya yang menguasai seluruh alat-alat produksi,
untuk mendapatkan keuntungan capital yang sebesar-besarnya. Sedangkan masyarakat Proletar yaitu masyarakat miskin yang bekerja
sebagai buruh pada alat-alat produksi tersebut. Dalam pelaksanaannya kaum Borjuis menindas kaum Proletar dengan cara mempekerjakan tenaga
mereka dengan mendapatkan upah, tanpa mendapatkan hasil dari alat-alat produksi. “Sehingga kaum kapitalis dan kaum proletar terlibat dalam
konflik yang tak terelakkan lagi. Alasannya ialah karena guna mendapat keuntungan sebesar-besarnya, para kapitalis berusaha menekan upah buruh
serendah- rendahnya.”
36