PaksaanCoercion adalah upaya penyelesaian konflik dengan KompromiCompromise adalah upaya penyelesaian konflik dengan

24 Alasanya bukan karena tidak mempunyai rokok, melainkan menyadari bahwa asap rokok akan menganggu seluruh penumpang bus tersebut. Kesadaran untuk tidak merokok di dalam bus tersebut adalah bentuk toleransi kepada orang yang tidak merokok, dan perokok tersebut menghargai perbedaan dengan orang yang tidak merokok.

g. Penyelesaian di pengadilanAdjudication jika berbagai macam

konflik tidak dapat diselesaikan melalui metode-metode di atas, maka cara terakhir adalah membawa masalah tersebut ke pengadilan. Penyelesaian konflik akan dilakukan oleh lembaga pengadilan berdasarkan fakta dan bukti-bukti penyidikan yang ada. Keputusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat mereka yang berkonflik, sehingga kedua belah pihak harus menerima dan menjalankan sesuai dengan keputusan pengadilan yang ada. Jika pada tingkat Pengadilan Negeri yang ada mereka belum puas atas putusan pengadilan, maka mereka berhak mengajukan banding ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

C. Teori Konflik Sosial

Konflik merupakan suatu kedaan atau permasalahan sosial yang sering terjadi dan kita lihat sehari-hari dilingkungan sekitar kita, karena konflik sosial tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tidak akan muncul konflik sosial tanpa adanya manusia dan kelompok manusia. Karena konflik itu muncul dari persepsi-persepsi yang berbeda pandangan dan pemikiran mengenai suatu hal. Untuk memahami apa itu konflik, maka kita harus mengkaji terlebih dahulu apa itu teori konflik. “Teori konflik muncul sebagai reaksi atas teori fungsionalisme struktural yang kurang memperhatikan fenomena konflik di dalam masyarakat.” 29 Teori konflik adalah satu perspektif di dalam Sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem sosial yang terdiri dari bagian- 29 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, Ciputat:Laboratorium Sosiologi Agama, 2008, Cet. 1, h.40 25 bagian atau komponen-komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dimana komponen yang satu berusaha untuk menaklukan komponen yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh kepentingan sebesar-besarnya . 30 Teori konflik sebagian berkembang sebagai reaksi terhadap fungsionalisme sturktural dan akibat berbagai kriktik yang ada. Teori konflik ini berasal dari berbagai sumber lain seperti teori Marxian dan pemikiran konflik sosial dari Simmel. Pada 1950-an dan 1960-an, teori konflik menyediakan alternatif terhadap fungsionalisme sturktural, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah digantikan oleh berbagai macam teori neo-Marxian. Salah satu kontribusi utama teori konflik adalah meletakan landasan untuk teori-teori yang lebih memanfaatkan pemikiran Marx. Masalah mendasar dalam teori konflik adalah teori itu tak pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar sturktural fungsionalnya. Teori ini lebih merupakan sejenis fungsionalisme struktural yang angkuh ketimbang teori yang benar-benar berpandangan kritis terhadap masyarakatnya. 31 Dari pengertian teori konflik di atas, bahwa konflik terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan-perbedaan kepentingan antara komponen masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, dengan jalan mengalahkan pihak lawan agar memperoleh kepentingan-kepentingan kelompoknya sebesar-besarnya. Selain karena adanya perbedaan kepentingan, konflik juga bisa terjadi karena adanya perbedaan pendapat, perbedaan pandangan, perbedaan kebudayaan, akibat perubahan sosial dan lain sebagainya. “Konflik lebih banyak dipahami sebagai keadaan tidak berfungsinya, komponen-komponen masyarakat sebagaimana mestinya atau gejala penyakit dalam masyarakat yang terintegrasi secara tidak sempurna.” 32 1. Teori Konflik Karl Marx Menurut Karl Marx, hakekat kenyataan sosial adalah konflik. Konflik adalah satu kenyataan sosial yang bisa ditemukan dimana-mana. 33 Marx menekankan dasar ekonomi untuk kelas sosial. 30 Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, Cet. 1, h. 71. 31 Goerge Ritzer Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern..., h. 153 32 Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 1, h. 107. 33 Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, Cet. 1, h.73