1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan
345
− batas luluhleleh; − regangan pada beban maksimal;
− modulus elastisitas konstanta material, E
s
Produk tulangan baja beton sangat bervariasi, untuk itu dalam pelaksanaan di lapangan diberlakukan beberapa toleransi terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Beberapa toleransi terhadap penyimpangan pada kondisi baja yang ada di lapangan disebutkan dalam
tabel 7.2 hingga tabel 7.5.
Tabel 7.2. Penyimpangan yang diizinkan untuk panjang batang
Sumber: Sagel dkk, 1994
Panjang Toleransi
Di bawah 12 meter Minus 0 mm
Plus 40 mm Mulai 12 meter ke atas
Minus 0 mm Plus 50 mm
Tabel 7.3. Penyimpangan atau toleransi yang diijinkan untuk massa teoretis per panjang
Sumber: Sagel dkk, 1994
Diameter mm Toleransi
Kurang dari 10 mm 10 mm – 16 mm
16 mm – 28 mm Lebih dari 28 mm
± 7 ± 6
± 5 ± 4
Tabel 7.4. Penyimpangan yang diizinkan untuk berat teoretis
Sumber: Sagel dkk, 1994
Diameter mm Toleransi
Kurang dari 10 mm 10 mm – 16 mm
16 mm – 28 mm Lebih dari 28 mm
± 6 ± 5
± 4 ± 3
Tabel 7.5. penyimpangan yang diizinkan dari diameter nominal
Sumber: Sagel dkk, 1994
Diameter mm Toleransi
Penyimpangan kebundaran
Sampai dengan 14 mm 16 mm – 25 mm
28 mm – 34 mm 36 mm – 50 mm
± 0,4 mm ± 0,5 mm
± 0,6 mm ± 0,8 mm
Maksimum 70 dari batas normal
1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan
346 Gambar 7.5. Diagram tegangan-regangan
Sumber: Sagel dkk, 1994 0 – 1
1 – 2 2 – 3
3 – 4 4 – 5
Daerah elastis Daerah di mana – besar tegangan hampir tak berubah – terjadi plastis
deformasi yang besar meleleh Daerah, untuk memperbesar regangan dibutuhkan pertambahan
tegangan daerah penguatan Daerah dimana regangan membesar sampai 15-20 tanpa memberi
pertambahan tegangan yang berarti Terjadi penyempitan konstraksi – perubahan bentuk setempat yang
besar – dimana suatu penampang batang mengecil sedemikian sehingga batang akan patah di tempat ini
1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan
347 2.3.
Konstruksi dan Detail Beton Bertulang Sistem struktur dengan konstruksi beton sampai saat ini masih
menjadi pilihan utama dalam pengerjaan bangunan. Selain karena kemudahan pengerjaan dan kuat tekan yang tinggi, beberapa pertimbangan
lain diantaranya adalah kemudahan untuk mendapatkan material penyusun serta kelangsungan proses pengadaan beton pada proses produksinya.
2.2.1. Sistem Konstruksi Beton Bertulang
Sistem konstruksi beton yang digunakan antara lain:
a Slab dan Balok
Di antara semua sistem beton bertulang, yang paling sederhana adalah slab satu arah konvensional [Gambar 7.6 a]. Salah satu
keuntungan sistem ini adalah mudah dalam pelaksanaannya. Sistem dengan tinggi konstan ini khususnya cocok untuk bentang kecil. Untuk
bentang besar, berat sendiri slab menjadi sangat besar sehingga akan lebih efisien kalau menggunakan slab ber-rusuk [Gambar 7.6b]
Gambar 7.6. Sistem konstruksi untuk struktur beton
Sumber: Schodek, 1999
1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan
348
Sistem balok satu arah dengan slab satu arah melintang dapat digunakan untuk bentang yang relatif panjang khususnya apabila balok
tersebut post-tensioned dan memikul bentang besar. Sistem demikian biasanya tinggi. Jarak balok biasanya ditentukan berclasarkan kebutuhan
untuk menumpu slab melintang.
Gambar 7.6. Sistem konstruksi untuk struktur beton lanjutan
Sumber: Schodek, 1999
b Sistem Plat Ber-rusuk Satu Arah
Sistem plat dengan rusuk satu arah adalah plat berusuk yang dibuat dengan mengecor menuang beton pada perancah baja atau fiberglass
berbentuk khusus [lihat gambar 7.6c]. Balok melintang dengan berbagai tinggi dapat dengan mudah dicor di tempat sehingga pada sistem ini pola
denah kolom dapat sangat bervariasi. Balok longtudinal memanjang juga dapat dengan mudah dicor di tempat, yaitu dengan mengatur jarak pan. Plat
1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan
349
ber-rusuk ini dapat mempunyai bentang lebih besar dibandingkan dengan plat masif, terlebih lagi kalau plat ber-rusuk itu diberi pasca tegangan post-
tensioned . Penumpu vertikal pada sistem ini dapat berupa kolom-kolom
atau dinding bata pernikul beban. Sistem kolom dan plat ber-rusuk mempunyai kernampuan besar
dalam memikul beban horizontal karena balok membujur maupun melintang dicor secara monolit dengan sistem lantai. Dengan demikian, aksi rangka
frame action akan diperoleh pada kedua arah tranversal dan longitudinal.
c Konstruksi Plat Datar
Plat datar adalah sistem slab beton bertulang dua arah bertinggi konstan [lihat Gambar 7.6d]. Konstruksi ini cocok digunakan untuk beban
atap dan lantai ringan dan bentang relatif pendek. Sistem demikian banyak digunakan pada konstruksi rumah. Meskipun sistem demikian lebih cocok
digunakan dengan pola kolom teratur, kita dapat saja membuat pola kolom tidak teratur. Plat datar sering digunakan apabila ortogonalitas kaku yang
disyaratkan pada banyak sistem lain terhadap pola tumpuan vertikal tidak dikehendaki atau tidak mungkin dilaksanakan. Tetapi, pada konstruksi ini
bentangnya tidak dapat sebesar sistem yang menggunakan balok maupun yang menggunakan rusuk.
Dengan konstruksi plat datar ini kita dapat memperoleh jarak plafon ke lantai yang lebih kecil daripada sistem-sistem lainnya. Pada sistem plat
datar ini diperlukan tulangan baja lebih banyak sebagai akibat tipisnya plat yang digunakan. Faktor desain yang menentukan pada plat datar umumnya
geser pons pada plat di pertemuannya dengan kolom. Dengan demikian, untuk mengatasinya di daerah ini diperlukan tulangan khusus. Selain itu,
kolom yang terletak di tepi plat biasanya diletakkan agak ke dalam untuk menjamin bahwa luas kritis pons tetap besar.
Kestabilan lateral untuk keseluruhan susunan plat dan kolom juga perlu diperhatikan. Karena plat dan kolom dicor secara monolit, titik
hubungnya relatif kaku sehingga memberi kontribusi pada tahanan lateral struktur, dan hal ini sudah cukup untuk gedung bertingkat rendah. Akan
tetapi, karena tipisnya elemen plat, tahanan ini sangat terbatas. Untuk struktur bertingkat tinggi, kestabilan terhadap beban lateral baru terpenuhi
dengan menggunakan dinding geser atau elemen inti yang dicor di tempat pada gedung, yang biasanya terdapat di sekitar elevator lift atau di sekitar
tangga.
Pada sistem ini, keuntungan lain yang dapat diperoleh adalah mudahnya membuat perancah. Perilaku planar pada permukaan bawah juga
memudahkan desain dan penempatan komponen gedung lainnya. Sistem ini sering digunakan pada gedung apartemen dan asrama yang umumnya
membutuhkan ruang fungsi yang tidak besar, tetapi banyak.
d Konstruksi Slab Datar