1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan
343
Karenanya harus diusahakan komposisi beton seoptimal mungkin dengan bahan-bahan dasar yang cocok.
Dari macam-macarn bahan kimia tambahan yang ada harus diadakan percobaan awal terlebih dahulu derni kepentingan apakah
takarannya memenuhi sifat-sifat yang dituju. Beberapa bahan tambahan mungkin mempunyai garis-garis besar atau norma yang menentukan
pemakaiannya. Suatu pemakaian dari bahan kimia tambahan yang penting adalah untuk menghambat pengikatan serta meninggikan konsistensinya
tanpa pertambahan air. Oleh karena itu, spesi mudah diangkut serta mempertinggi kelecakan agar pada bentuk-bentuk bekisting yang sulit pun
dapat terisi pula dengan baik.
Bahan kimia tambahan yang umum dipakai adalah: − super-plasticizer, untuk mempertinggi kelecakan zona konsistensi
dipertinggi, mengurangi jumlah air pencampur; − pembentuk gelembung udara meninggikan sifat kedap air,
meninggikan kelecakannya; − retarder, memperlambat awal pengikatan atau pengerasan,
memperpanjang waktu pengerjaan; digunakan pada siar ccr, membatasi panas hidratasi struktur tingkat berat;
− bahan warna, untuk memberi warna permukaan.
7.2.5. Tulangan
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami keretakan. Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan
baik dalam sistem struktur, beton perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang berfungsi menahan gaya tarik. Penulangan
beton menggunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis yang kuat menahan gaya tarik. Baja beton yang digunakan dapat berupa batang baja
lonjoran atau kawat rangkai las wire mesh yang berupa batang-batang baja yang dianyam dengan teknik pengelasan.
Baja beton dikodekan berurutan dengan: huruf BJ, TP dan TD, − BJ berarti Baja
− TP berarti Tulangan Polos − TD berarti Tulangan Deformasi Ulir
Angka yang terdapat pada kode tulangan menyatakan batas leleh karakteristik yang dijamin. Baja beton BJTP 24 dipasok sebagai baja beton
polos, dan bentuk dari baja beton BJTD 40 adalah deform atau dipuntir Gambar 7.4.
Baja beton yang dipakai dalam bangunan harus memenuhi norma persyaratan terhadap metode pengujian dan perneriksaan untuk bermacam-
macam mutu baja beton menurut Tabel 7.1.
1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan
344 Gambar 7.4. Jenis baja tulangan
Sumber: Sagel dkk, 1994
Tabel 7. 1. Karakteristik baja tulangan
Sumber: Sagel dkk, 1994
Jenis Mutu baja
Batas luluh Mpa
kgcm2 Kuat tarik
Mpa kgcm2
Regangan pada beban
maksimum
Polos Bj.Tp 24
240 2400
390 3900
3 Deform Bj.Td
40 400
4000 500
5000 5
Secara umum berdasarkan SNI 03-2847-2002 tentang Tata cara
perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung, baja tulangan yang
digunakan harus tulangan ulir. Baja polos diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon. Baja tulangan umumnya harus memenuhi persyaratan
yang berorientasi pada ASTM American Society for Testing Materials yang diantaranya memenuhi salah satu ketentuan berikut:
− “Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan beto
n” ASTM A615M. − “Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan
beto n” ASTM A617M.
− “Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan beto
n” ASTM A706M. Sedangkan di Indonesia, produksi baja tulangan dan baja struktur telah
diatur sesuai dengan Standar Industri Indonesia SII, antara lain adalah SII 0136-80 dan SII 318-80.
Di samping mutu baja beton BJTP 24 dan BJTD 40 seperti yang ditabelkan itu, mutu baja yang lain dapat juga spesial dipesan misalnya
BJTP 30. Tetapi perlu juga diingat, bahwa waktu didapatnya lebih lama dan harganya jauh lebih mahal. Guna menghindari kesalahan pada saat
pemasangan, lokasi penyimpanan baja yang spesial dipesan itu perlu dipisahkan dari baja Bj.Tp 24 dan Bj.Td 40 yang umum dipakai.
Sifat-sifat fisik baja beton dapat ditentukan melalui pengujian tarik, dengan diagram seperti pada gambar 10.4. Sifat fisik tersebut adalah:
− kuat tarik;
f
y