92 pengawasan guru, siswa terlihat menoleh kanan-kiri untuk melihat jawaban teman
ataupun berdiskusi untuk menyelesaikan soal. Setelah memperoleh hasil keaktifan belajar awal dari kedua kelompok,
peneliti selanjutnya memberikan perlakuan
treatment
pada kelompok eksperimen, yaitu dengan menggunakan model
active learning
tipe bowling kampus pada pembelajaran tematik. Sementara untuk kelompok kontrol
menggunakan metode ceramah bervariasi.
2. Kondisi Setelah Diberikan Perlakuan
Treatment
Kondisi kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan menunjukkan peningkatan keaktifan belajar. Hal ini dibuktikan dengan hasil
post observation
yang menunjukkan bahwa aspek keaktifan yang termasuk dalam kategori tinggi terdapat pada sembilan aspek, satu aspek pada kategori sedang, dan dua aspek
pada kategori rendah. Kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan seperti kelompok eksperimen juga mengalami peningkatan namun tidak setinggi
kelompok eksperimen. Hal ini dibuktikan dengan hasil
post observation
yang menunjukkan bahwa yang termasuk dalam kategori tinggi terdapat pada tujuh
aspek, dua aspek pada kategori sedang, dan tiga aspek pada kategori rendah. Sementara berdasarkan hasil
posttest
skala keaktifan belajar, kedua kelompok mengalami peningkatan. Skor rata-rata mean awal dari kelompok eksperimen
adalah 30,91
pretest
meningkat menjadi 33,66
posttest
. Skor rata-rata mean awal dari kelompok kontrol adalah 31,66
pretest
meningkat menjadi 31,76.
93 Skor rata-rata mean
pretest
dan
posttest
kedua kelompok mengalami peningkatan. Namun setelah diuji menggunakan uji t, diperoleh nilai signifikansi
0,935 untuk kelompok kontrol dan 0,006 untuk kelompok eksperimen. Besar nilai sig kelompok eksperimen lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan
yang signifikan dari skor
pretest
dan
posttest.
Sementara untuk kelompok kontrol, nilai sig yang lebih besar dari 0,05 berarti bahwa tidak ada peningkatan yang
signifikan pada skor
pretest
dan
posttest
kelompok kontrol. Perbedaan hasil observasi dan skor keaktifan belajar akhir siswa disebabkan
oleh perbedaan pemberian perlakuan
treatment
pada kedua kelompok.
Treatment
yang diberikan untuk kelompok eksperimen adalah menerapkan model
active learning
tipe bowling kampus, sementara untuk kelompok kontrol menggunakan metode ceramah bervariasi.
Active learning
adalah model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran yang dikembangkan oleh Silberman. Tipe bowling kampus
adalah salah satu dari 101 teknik belajar yang terdapat pada
active learning
. Pada bowling kampus siswa diajak untuk belajar sambil bermain. Siswa secara
berkelompok bersaing untuk mendapatkan skor terbanyak dengan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan guru. Pertanyaan yang diajukan seputar materi
yang telah dipelajari. Dalam
active learning
tipe bowling kampus, siswa tidak hanya memperoleh pembelajaran dengan mendengarkan penjelasan guru, tetapi
juga dengan berdiskusi dengan teman. Seperti yang dikemukakan oleh Silberman 2013 bahwa tanpa peluang untuk mendiskusikan, mengajukan pertanyaan,
94 mempraktikkan, dan bahkan mengajarkannya kepada siswa lain, proses belajar
yang sesungguhnya tidak akan terjadi. Pada kelompok eksperimen yang menerapkan pembelajaran aktif, siswa
diberikan kesempatan untuk lebih aktif melalui kegiatan pengamatan media, diskusi kelompok, presentasi, dan permainan bowling kampus. Pada permainan
bowling kampus, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan guru agar mendapatkan skor terbanyak
dan menjadi pemenang. Siswa terlihat antusias untuk menjawab pertanyaan guru. Sebelum dimulai permainan, siswa berusaha sebaik mungkin memahami materi
yang telah disampaikan guru sehingga ketika permainan berlangsung, siswa dapat menjawab pertanyaan guru.
Menurut Desmita 2012, anak-anak usia sekolah memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok. Selain itu,
Syaiful Bahri 2008 juga mengatakan bahwa karakteristik anak-anak usia sekolah, khususnya kelas V yang masuk dalam kategori kelas tinggi adalah gemar
membentuk kelompok sebaya. Pembelajaran tematik yang menggunakan model
active learning
tipe bowling kampus mengajak siswa belajar dalam kelompok dan belajar sambil bermain, sehingga setelah diberikan perlakuan selama tiga kali
pertemuan, peningkatan keaktifan belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Pada kelompok kontrol, siswa belajar menggunakan metode yang biasa digunakan oleh guru, yaitu ceramah bervariasi. Metode ini disebut ceramah
bervariasi karena selain digunakan metode ceramah sebagai metode utama,
95 digunakan juga metode lain untuk mencapai tujuan pembelajaran W. Gulo,
2004. Selain menggunakan metode ceramah, guru juga menggunakan metode tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Pada metode ini siswa duduk di tempat
duduk dan berperan untuk mendengarkan materi yang disampaikan guru serta menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Ketika diberikan tugas mandiri dan
tidak dalam pengawasan guru, beberapa siswa terlihat mengobrol dengan teman sebangku dan melakukan kegiatan lain di luar pembelajaran, seperti memainkan
alat tulis. Siswa yang berani tunjuk jari untuk menjawab pertanyaan guru pun siswa yang itu-itu saja, siswa lain hanya diam. Ini terjadi karena tidak adanya
variasi baru dari metode yang digunakan guru. Siswa menerima pelajaran menggunakan metode yang biasa digunakan oleh guru.
Dalam penerapan metode ceramah bervariasi, guru perlu memperhatikan empat unsur dari metode ini, yaitu variasi metode, variasi media, variasi
penampilan, dan variasi bahan sajian W. Gulo, 2004. Keempat unsur tersebut dapat memaksimalkan pelaksanaan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Apabila guru kurang memperhatikan keempat unsur tersebut, maka sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suyono dan Hariyanto 2015 bahwa salah
satu kelemahan pembelajaran menggunakan metode ini adalah seringkali menjadi membosankan dan kurang menarik. Hal ini terbukti ketika proses pembelajaran
berlangsung, guru terlihat mendominasi kegiatan pembelajaran serta hanya siswa itu-itu saja yang aktif. Padahal seharusnya pada pembelajaran tematik integratif
kegiatan dipusatkan kepada siswa.
96 Sementara kelebihan dari ceramah bervariasi di antaranya adalah menghemat
dalam penggunaan waktu dan alat, membantu siswa mengembangkan kemampuan mendengar, serta bisa untuk menyampaikan informasi pengetahuan yang baru
Wuri Wuryandani dan Fathurrohman, 2012. Namun dalam pelaksanaannya, apabila metode ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan
kebosanan sehingga materi pelajaran tidak sepenuhnya diterima dengan baik oleh siswa.
3. Pengaruh Penerapan Model