89 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima. Di bawah ini rincian hasil perhitungan uji
t: Tabel 27 Hasil Uji t Gain Keaktifan Belajar Kelompok Eksperimen-Kontrol
Data t hitung
Sig 2- tailed
Kesimpulan
Gain Keaktifan
Eksperimen- Kontrol
3,174 0,002
Ada beda
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 3,174 dan signifikansi 0,002. Oleh karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, atau dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari perubahan keaktifan belajar kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model
active learning
tipe bowling kampus mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keaktifan belajar siswa. Hasil uji t dari gain keaktifan belajar kedua
kelompok dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 214.
E. Pembahasan
1. Kondisi Sebelum Diberikan Perlakuan
Treatment
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gentan yang berjumlah 64 siswa, dengan rincian: 29 siswa kelas A dan 35 siswa kelas B. Kelas A ditetapkan
sebagai kelompok kontrol dan kelas B sebagai kelompok eksperimen. Kedua kelas tersebut memiliki tingkat keaktifan yang hampir sama. Hal ini dibuktikan
dengan hasil
pre observation
yang menunjukkan bahwa dari 12 aspek keaktifan
90 yang diamati, aspek keaktifan yang termasuk dalam kategori tinggi persentase
jumlah siswa pada setiap aspek 70 pada kedua kelompok adalah sama, yakni enam aspek. Sedangkan untuk kategori sedang 30 ≤ persentase jumlah siswa ≤
70 terdapat pada satu aspek pada kelompok eksperimen dan tiga aspek pada kelompok kontrol. Termasuk pada kategori rendah persentase jumlah siswa
30 pada kelompok eksperimen ada lima aspek dan tiga aspek pada kelompok kontrol. Uji t skor
pretest
skala keaktifan belajar pada kedua kelompok yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan.
Tingkat keaktifan belajar awal yang hampir sama dari kelompok eksperimen dan kontrol karena siswa dari kedua kelompok dalam pelaksanaan pembelajaran
sama-sama memperoleh pelajaran menggunakan metode yang sama, yakni ceramah bervariasi. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sardiman 2012 bahwa prinsip penting dalam proses pembelajaran adalah adanya aktivitas dari
siswa. Tanpa aktivitas siswa maka proses pembelajaran tidak akan efektif karena pembelajaran hanya berjalan satu arah, yakni dari guru ke siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, siswa hanya duduk mendengarkan guru dan mengerjakan tugas yang diberikan. Ketika guru memberikan pertanyaan
pun hanya siswa itu-itu saja yang mau tunjuk jari dan menjawab pertanyaan. Siswa lain terlihat diam dan ragu-ragu untuk menjawab. Ahmad Rohani 2004
menyatakan bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman siswa sendiri. Sekolah yang menjadi subjek penelitian telah
menerapkan kurikulum 2013 yang berarti bahwa pembelajaran tematik diterapkan
91 pada seluruh tingkatan kelas. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa Masnur Muslich, 2007.
Karakteristik dari pembelajaran tematik seperti yang dikemukakan oleh Hosnan 2014 di antaranya adalah berpusat pada siswa, memberikan pengalaman
langsung, serta menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Berdasarkan pengamatan, pembelajaran tematik yang berlangsung di kedua
kelompok belum mengindikasikan ketiga karakteristik tersebut. Hasil
pre observation
dan skor skala keaktifan yang menunjukkan bahwa keaktifan siswa belum maksimal dikarenakan pembelajaran yang berlangsung belum berpusat
pada siswa karena siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan dari guru dan metode yang digunakan guru belum mampu menciptakan prinsip belajar sambil
bermain dan menyenangkan. Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh Nana Sudjana 2013 bahwa untuk
melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat
dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lainguru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, melaksanakan diskusi kelompok sesuai
petunjuk guru, dan kemampuan melatih diri dalam memecahkan masalahsoal yang sejenis. Berdasarkan pengamatan, siswa dari kedua kelompok belum
mengindikasikan beberapa aspek tersebut. Siswa terlihat ragu-ragu untuk bertanya dan ada yang hanya diam saja. Siswa mengaku sudah paham dengan materi yang
disampaikan oleh guru, namun ketika mengerjakan soal latihan dan tidak dalam
92 pengawasan guru, siswa terlihat menoleh kanan-kiri untuk melihat jawaban teman
ataupun berdiskusi untuk menyelesaikan soal. Setelah memperoleh hasil keaktifan belajar awal dari kedua kelompok,
peneliti selanjutnya memberikan perlakuan
treatment
pada kelompok eksperimen, yaitu dengan menggunakan model
active learning
tipe bowling kampus pada pembelajaran tematik. Sementara untuk kelompok kontrol
menggunakan metode ceramah bervariasi.
2. Kondisi Setelah Diberikan Perlakuan