Pembentukan dan Perubahan Sikap

16 d. Ego defense function, yaitu sikap berfungsi untuk melindungi diri, menutupi kesalahan, agresi dan lain-lain dalam rangka mempertahankan diri. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap memiliki fungsi yang sangat penting dalam diri kita. Sikap berfungsi untuk membantu kita mengolah stimulus yang baru untuk menampilkan respon yang sesuai. Untuk menampilkan respon yang sesuai tersebut, diperlukan suatu penilaian dan pemilihan agar respon yang muncul dapat sesuai dengan etika, nilai, serta moral yang berlaku di masyarakat. Sikap juga berfungsi sebagai identitas diri. Kepribadian seseorang dapat dilihat dari sikap yang ditunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sikap juga dapat menjaga diri kita agar tidak dinilai negatif oleh orang lain dan menjaga harga diri kita. Sikap juga berfungsi untuk mengarahkan orang lain untuk memberikan penilaian yang positif tentang kita. Terakhir, sikap berfungsi sebagai pertahanan diri. Hal ini terjadi saat individu belum bisa menyelesaikan permasalahannya, sehingga individu tersebut mempertahankan dirinya secara tidak wajar. Hal ini dilakukan karena ia takut kehilangan statusnya dalam masyarakat.

4. Pembentukan dan Perubahan Sikap

Dalam bukunya yang berjudul Psikologi Sosial, Eko A. Meinarno dan Sarlito W. Sarwono 2009: 84 menyatakan bahwa sikap manusia tidak dibentuk sejak lahir. Pembentukan sikap tersebut diperoleh melalui pembelajaran yang meliputi: a. Pengkondisian klasik Pengkondisian klasik terjadi ketika suatu stimulus diikuti oleh stimulus berikutnya. Stimulus yang pertama tersebut menjadi suatu isyarat bagi stimulus 17 yang kedua. Lama kelamaan orang akan belajar, apabila stimulus pertama muncul, maka akan diikuti oleh stimulus yang kedua. b. Pengkondisian instrumental Pembelajaran akan terjadi apabila suatu perilaku mendatangkan hasil yang menyenangkan bagi seseorang. Apabila perilaku mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan, maka perilaku tersebut akan ditinggalkan atau dihindari. Sebagai contoh, seorang ibu memberikan pujian kepada anak yang berkata halus kepada temannya, dan memarahinya ketika si anak berbicara kasar kepada temannya. Melalui perlakuan tersebut anak belajar melalui pengkondisian instrumental. Ketika dewasa kelak, ia akan terbiasa untuk berbicara halus dengan temannya. c. Belajar melalui pengamatan Belajar melalui pengamatan yaitu pembelajaran yang terjadi dengan cara mengamati perilaku orang lain, kemudian perilaku tersebutdijadikan contoh untuk berperilaku sama seperti yang diamatinya. d. Perbandingan sosial Pembelajaran melalui perbandingan sosial yaitu pembelajaran dengan cara membandingkan orang lain untuk mengecek apakah pandangan kita mengenai suatu hal benar atau salah. Sejalan dengan uraian di atas, Yeni Widyastuti 2014: 68 mengemukakan bahwa sikap bukan merupakan suatu pembawaan. Sikap merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan. Oleh sebab itu, sikap bersifat dinamis. Pembentukan sikap sebagian besar dipengaruhi oleh pengalaman. Selain itu,sikap juga dapat dikatakan sebagai hasil belajar. oleh karena itu, sikap dapat berubah- 18 ubah. Perubahan sikap terjadi karena adanya kondisi atau pengaruh yang diberikan. Selanjutnya, Saifuddin Azwar 1998: 30 mengemukakan bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap manusia, yaitu: a. Pengalaman pribadi Hal-hal yang telah atau sedang di alami oleh seseorang akan membentuk dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial. Rangsangan dari stimulus sosial tersebut merupakan salah satu dasar pembentukan sikap. Penghayatan yang dilakukan akan melahirkan sikap yang positif atau negatif. Hal itu dipengaruhi oleh berbagai faktor lain. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar turut berpengaruh dalam pembentukan sikap seseorang terhadap sesuatu. Seseorang yang dianggap penting akan banyak mempengaruhi sikap orang tersebut. Orang yang dianggap penting itu misalnya orangtua, teman dekat, teman sebaya, guru, orang yang status sosialnya lebih tinggi, dan lain-lain. Pada umumnya seseorang akan bersikap searah dengan orang yang dianggapnya penting tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Oleh karena itulah, orang lain yang dianggap penting berpengaruh terhadap sikap kita terhadap sesuatu. c. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan berpengaruh terhadap sikapnya. Apabila seseorang hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan kelompok, maka orang tersebut akan memiliki sikap 19 negatif terhadap kehidupan individualisme. Begitu juga sebaliknya, apabila seseorang lahir dan dibesarkan dalam budaya sosial yang individual maka orang tersebut akan memiliki sikap negatif teradap kehidupan sosial. d. Media massa Berbagai macam media massa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini seseorang. Selain menyampaikan berita, media massa juga memberikan informasi sugestif yang mengarahkan opini seseorang tentang suatu hal. Adanya informasi baru yang diterima oleh seseorang dapat menjadi landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Apabila pesan-pesan yang dibawa oleh media massa tersebut mengandung unsur sugestif yang kuat, maka akan menjadi dasar afektif dalam menilai sesuatu sehingga membentuk arah sikap tertentu. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh terhadap pembentukan sikap seseorang. Kedua lembaga tersebut meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Konsep moral dan agama sangat menentukan konsep kepercayaan, sehingga konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. f. Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh keadaan lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu sikap merupakan pernyataan yang didasarioleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi 20 atau pengalihan mekanisme pertahanan ego. Sikap ini merupakan sikap yang bersifat sementara dan akan segera berlalu ketika frustasi telah hilang. Sejalan dengan hal tersebut, Tri Dayaskini dan Hudaniah 2012: 82 menegemukakan bahwa pembentukan dan perubahan sikap itu disebabkan oleh dua faktor, yaitu: a. Faktor internal individu yaitu cara individu tersebut menghadapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak. b. Faktor eksternal yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan rangsangan untuk membentuk atau mengubah sikap. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan sikap dilakukan melalui belajar dan pengkondisian. Selain itu, dalam pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor- faktor tersebut antara lain adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta pengaruh faktor emosional.

B. Kajian tentang Toleransi