Analisis Peluang-pokok Linear PENGANTAR TEORI EKONOMI

PENGANTAR TEORI EKONOMI 158 Q TR TC TR-TC 150 -150 1 98 131 -33 2 192 114 78 3 282 100 182 4 368 92 276 5 450 91 359 6 528 98 430 7 602 115 487 8 672 144 528 9 738 185 553 10 800 240 560 11 858 311 547 12 912 400 512 13 962 507 455 14 1008 634 374 15 1050 784 266 16 1088 956 132 17 1122 1154 -32 18 1152 1378 -226 19 1178 1629 -451 20 1200 1910 -710 Diketahui TR = P Q dan P=100-2Q Dan untuk menghasilkan dibutuh biaya sbb TC = 150-10Q+0,5Q 2 +0,25Q 3

6.11. Analisis Peluang-pokok Linear

Dalam penerapan analisis peluang-pokok, hubungan yang linier biasanya digunakan untuk menyederhanakan analisis tersebut. Analisis peluang-pokok nonlinear cukup menarik secara intelektual karena alasan pokok yaitu: 1 tampaknya masuk akal untuk menduga bahwa banyak kasus kenaikan penjualan bisa dicapai hanya jika harga diturunkan, dan 2 analisis fungsi biaya menunjukkan bahwa biaya variabel rata-rata AVC akan turun pada kisaran output tertentu dan kemudian meningkat. Namun demikian, seperti tampak pada contoh, analisis linear cukup memadai untuk berbagai penggunaan. Grafik peluang-pokok memungkinkan seseorang memusatkan perhatiannya terhadap unsur-unsur pokok dari laba seperti: penjualan, biaya tetap FC, dan biaya variabel VC. Selain itu, walaupun grafik peluang-pokok linear dilukiskan mulai dari tingkat output sama dengan nol sampai dengan tingkat output yang paling tinggi, tetapi tak seorang pun yang menggunakan analisis ini yang akan PENGANTAR TEORI EKONOMI 159 memikirkan tingkat output yang tertinggi dan terendah tersebut. Dengan kata lain, para pengguna grafik peluang-pokok sesungguhnya hanya memperhatikan kisaran output yang relevan dan di dalam kisaran tersebut fungsi linear mungkin cukup tepat. Gambar 6.11 menunjukkan sebuah grafik peluang-pokok yang linear. Biaya tetap FQ sebesar Rp 60 juta ditunjukkan oleh sebuah garis horisontal. Biaya variabel VC dianggap sebesar Rp 1.800,- per unit, maka biaya total TQ akan meningkat sebesar Rp 1.800,- per unit untuk setiap satu unit tambahan output yang dihasilkan. Produk tersebut dianggap dijual dengan harga Rp 3.000,- per unit, jadi penerimaan total TR adalah sebuah garis lurus dari titik origin. Slope dari garis TR tersebut lebih curam daripada slope TC. Hal tersebut terjadi karena perusahaan tersebut akan menerima penghasilan sebanyak Rp 3.000,- untuk setiap unit produk yang dihasilkan, tetapi hanya mengeluarkan sebesar Rp 1.800,-untuk biaya tenaga kerja, bahan-bahan dan input-input variabel lainnya. Gambar 6.11 menunjukkan sebuah grafik peluang-pokok yang linear. Biaya tetap FQ sebesar Rp 60 juta ditunjukkan oleh sebuah garis horisontal. Biaya variabel VC dianggap sebesar Rp 1.800,- per unit, maka biaya total TQ akan meningkat sebesar Rp 1.800,- per unit untuk setiap satu unit tambahan output yang dihasilkan. Produk tersebut dianggap dijual dengan harga Rp 3.000,- per unit, jadi penerimaan total TR adalah sebuah garis lurus dari titik origin. Slope dari garis TR tersebut lebih curam daripada slope TC. Hal tersebut terjadi karena perusahaan tersebut akan menerima penghasilan sebanyak Rp 3.000,- untuk setiap unit produk yang dihasilkan, tetapi hanya mengeluarkan sebesar Rp 1.800,-untuk biaya tenaga kerja, bahan-bahan dan input-input variabel lainnya. PENGANTAR TEORI EKONOMI 160 Q TR TC TR-TC 50 -50 1 15 60 -45 2 30 70 -40 3 45 80 -35 4 60 90 -30 5 75 100 -25 6 90 110 -20 7 105 120 -15 8 120 130 -10 9 135 140 -5 10 150 150 11 165 160 5 12 180 170 10 13 195 180 15 14 210 190 20 15 225 200 25 16 240 210 30 Sampai titik peluang-pokok, yang ditunjukkan oleh perpotongan antara garis TR dan garis TC, perusahaan tersebut menderita kerugian. Selain melampaui titik tersebut, perusahaan itu mulai memperoleh laba. Gambar 6.11 menunjukkan titik peluang-pokok pada tingkat penjualan dan tingkat biaya sebesar Rp 150 juga yang terjadi pada tingkat produksi sebanyak 50.000 unit.

6.12. Struktur Biaya dan Perubahan Ceteris Paribus