PENGANTAR TEORI EKONOMI
370
komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar internasional. Strategi ini secara
relatif lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja keras agar bisa bersaing di pasar internasional.
19.5. Gambaran Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Dengan tersedianya statistik pendapatan regional secara berkala di daerah dapat diketahui antara lain :
a
Tingkat Pertumbuhan ekonomi. Apabila angka-angka statistik pendapatan regional disajikan atas dasar harga
konstan, akan menunjukkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah, baik itu secara menyeluruh maupun sektor demi sektor.
b Tingkat kemakmuran suatu daerah.
Pertumbuhan perekonomian yang tinggi belum menjamin kemakmuran yang tinggi bagi masyarakatnya oleh karena mungkin perkembangan penduduknya
juga cukup tinggi. Tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita lebih menunjukkan perkembangan kemakmuran, sebab bila dilihat dari sudut
konsumsi, berarti masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk menikmati barang dan jasa yang lebih banyak atau yang lebih tinggi kwalitasnya. Untuk
mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah sedikit banyak harus mempunyai angka pembanding dengan daerah lainnya sedangkan untuk
mengetahui perkembangannya perlu diketahui angka perkembangan pendapatan secara berkala. Dengan adanya angka pembanding ini misalnya;
angka-angka pendapatan per kapita, maka dapat disimpulkan sepintas lalu bahwa tingkat kemakmuran suatu daerah lebih baik dibandingkan dengan
daerah lainnya, dan dapat dilihat apakah kemakmuran daerah tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
c Gambaran struktur perekonomian
Dari angka-angka yang disajikan menurut sektor dapat dilihat struktur perekonomian suatu daerah, apakah merupakan daerah agraris atau industri.
Berdasarkan data dari masing-masing sektor dapat dilihat peranan atau sumbangannya, terhadap jumlah pendapatan secara keseluruhan. Apabila
pendapatan suatu daerah disajikan berdasarkan penggunaannya maka dapat dilihat besarnya hubungan pendapatan dengan tingkat konsumsi,
pembentukan modal, perubahan stok, ekspor dan impor.
Dengan demikian statistik Pendapatan Regional merupakan gambaran dari perekonomian suatu daerah, dan akan berguna bagi para ahli yang bergerak di
bidang perencanaan dan pengambilan keputusan baik yang berhubungann dengan perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang, pembelanjaan
secara regional, perumusan perpajakan, keuangan, tenaga kerja sektoral dan lain kebijaksanaan ekonomi oleh pemerintah dan swasta. Selain itu tidak kurang
PENGANTAR TEORI EKONOMI
371
pentingnya bahwa dengan penghitungan pendapatan regional dapat dilihat konsistensi berbagai macam data dari berbagai sumber, dan bila perlu
menyarankan pada pengumpul data agar dapat melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan kebutuhan. Makin lengkap dan makin baik kwalitas data yang
tersedia, makin baik pula angka-angka pendapatan regional yang disajikan, dalam arti lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya, sehingga
penggunaannya dapat memenuhi sasaran yang diharapkan. Didukung oleh konsep dan cara estimasi yang baik dan konsisten antara satu dengan yang lain,
maka angka-angka pendapatan regional akan mempunyai nilai kegunaan yang cukup tinggi.
Tabel 19.1. Perkembangan PDRB Kota Yogyakarta Tahun 2009 sd 2013
Juta Rupiah
Keterangan 2009
2010 2011
2012 2013
1. Pertanian 17,359
17,455 17,755
17,939 18,190
2. Pertamb dan Penggalian 265
272 293
296 296
3. Industri Pengolahan 554,574
584,845 606,849
598,159 638,805
4. Listrik, gas dan Air bersih 67,212
68,725 71,777
75,936 79,699
5. Bangunan 413,965
426,740 449,854
475,073 504,309
6. Perdag, restoran dan hotel 1,334,570
1,393,111 1,460,971
1,559,070 1,649,536
7. Angkutan dan Komunikasi 1,048,667
1,098,383 1,185,006
1,268,866 1,366,604
8. Keu, Persew dan Jasa Persh 728,375
770,658 820,765
886,591 921,103
9. Jasa-jasa 1,079,864
1,135,751 1,203,297
1,269,751 1,318,358
PDRB ADHK
5,244,851 5,495,940 5,816,567 6,151,681 6,496,900
Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka , BPS berbagai terbitan
Dari tabel 19.1 dapat kita perhatikan pada tahun 2009 PDRB kota yogyakarta berdasarkan atas harga konstan sebesar Rp. 5.244.851.000.000 atau 5,24
Trilyun, sedangkan pada tahun 2013 PDRB kota yogyakarta berdasarkan atas harga konstan sebesar Rp. 6.496.900.000.000 atau 6,5 Trilyun atau meningkat
sebesar 23,87 persen atau rata-rata pertahun 5,97 persen. Pertumbuhan selama 4 tahun ini melebihi pertumbuhan propinsi DIY yang meningkat 22,54 persen
atau rata-rata pertahun pertumbuhan PDRB Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 5,64 persen.
PENGANTAR TEORI EKONOMI
372
Tabel 19.2. Pertumbuhan PDRB Kota Yogyakarta Tahun 2009 sd 2013
Keterangan 2011
2012 2013
1. Pertanian 1.72
1.04 1.40
2. Pertambangan dan Penggalian 7.72
1.02 0.00
3. Industri Pengolahan 3.76
-1.43 6.80
4. Listrik, gas dan Air bersih 4.44
5.79 4.96
5. Bangunan 5.42
5.61 6.15
6. Perdagangan, restoran dan hotel 4.87
6.71 5.80
7. Angkutan dan Komunikasi 7.89
7.08 7.70
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6.50
8.02 3.89
9. Jasa-jasa 5.95
5.52 3.83
PDRB ADHK 5.83
5.76 5.61
Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka , BPS berbagai terbitan Pertumbuhan PDRB Kota Yogyakarta tahun 2009 didominasi sektor Angkutan
dan Komunikasi 7,87 persen, kemudian diikuti sektor pertambangan 7,72 persen dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,5 persen.
Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan terendah adalah sektor pertanian 1,72 persen. Tahun 2013 Pertumbuhan PDRB Kota Yogyakarta
didominasi sektor Angkutan dan Komunikasi 7,7 persen, kemudian diikuti sektor industri pengolahan 6,8 persen dan sektor bangunan 6,15 persen.
Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan terendah adalah sektor pertambangan 0 persen. Dari tabel 19.2 dapat kita simpulkan pertumbuhan
PDRB kota Yogyakarta dari tahun 2011-2013 dari tahun ke tahun mengalami penurunan pertumbuhan, tahun 2011 sebesar 5,83, tahun 2012 5,76 dan tahun
2013 menjadi 5,61.
19.6. Pembangunan ekonomi