Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4 pengembangan sistem ketahanan pangan, dan peningkatan koordinasi lintas
subsektor dan sektor untuk mendukung pembangunan dan pengembangan sarana prasarana pedesaan.
Pada tahun 2006, Desa Karangcegak yang berada diwilayah Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga diberdayakan melalui program desa mandiri
pangan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Budi berikut ini: “...desa tersebut dipilih berdasarkan seleksi tingkat kerawanan pangan
yang tinggi dengan indikator tingkat kemiskinan masyarakat lebih dari 30, namun mempunyai sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang potensial untuk dikembangkan serta respon aparat desa yang baik untuk pengembangan ketahanan pangan” Budi, 2009.
Pelaksanaan program desa mandiri pangan di Desa Karangcegak dilakukan dengan membentuk kelompok afinitas sesuai dengan bidang usaha
anggotanya. Dalam Pedoman Umum Demapan Tahun 2012 disebutkan bahwa “kelompok afinitas adalah kelompok yang tumbuh atas dasar ikatan kebersamaan
dan kecocokan antar anggota yang mempunyai kesamaan visi dan misi dengan memperhatikan budaya setempat” Pedum Demapan, 2012: 3. Dengan demikian,
kelompok afinitas adalah kelompok yang dibentuk pada awal tahun kegiatan desa mandiri pangan atas dasar kebersamaan untuk melaksanakan kegiatan usaha
ekonomi secara bersama-sama. Anggota kelompok afinitas adalah rumah tangga miskin RTM hasil
survey data dasar rumah tangga DDRT yang dibina melalui kegiatan desa mandiri pangan. Kelompok afinitas ditetapkan oleh unit kerja yang menangani
ketahanan pangan kabupatenkota. Berdasarkan hasil pengamatan di Desa Karangcegak, program kegiatan desa mandiri pangan dalam rangka pemberdayaan
5 kelompok afinitas di Desa Karangcegak antara lain pelatihan keterampilan
pengolahan pangan berbasis potensi lokal, pelatihan membuat pupuk organik, pemberian bantuan ternak, dan kegiatan Pemanfaatan Tanah Pekarangan PTP.
Kegiatan pemanfaatan tanah pekarangan meliputi pemberian bantuan unggas, bibit ikan, bibit sayuran organik, bibit buah dan umbi-umbian.
Penelitian ini difokuskan pada pengembangan kegiatan usaha pengolahan pangan berbasis potensi lokal oleh masyarakat penerima program pasca mengikuti
program desa mandiri pangan. Potensi lokal yang dimaksud yaitu hasil sumber daya alam Desa Karangcegak berupa serealia seperti jagung, dan tanaman toga
serta umbi-umbian. Pemberdayaan kelompok afinitas binaan kegiatan desa mandiri pangan
Karangcegak dilakukan melalui pengetahuan dan pemahaman masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya dalam memanfaatkan sumber daya lokal
setempat secara berkelanjutan. Melalui pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah diperolehnya, masyarakat diharapkan mampu meningkatkan
penganekaragaman pangan dan produk-produk pangan olahan yang aman konsumsi bagi keluarga dan masyarakatnya sesuai dengan potensi sumber daya
yang tersedia. Pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia diupayakan guna memenuhi kebutuhan pangan keluarga serta diterapkan dalam kegiatan usaha
melalui kemampuannya dalam mengolah pangan berbasis sumber daya setempat. Hasil kegiatan desa mandiri pangan agar diterapkan melalui kegiatan
usaha. Kegiatan usaha tersebut merupakan salah satu upaya untuk menciptakan kemandirian masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya dengan mengupayakan
6 perluasan jaringan pemasaran guna memperoleh kemajuan sumber pendapatan.
Perlu adanya upaya pengembangan kegiatan usaha guna mewujudkan kegiatan usaha secara berkelanjutan.
Masyarakat yang mandiri tidak mungkin diwujudkan secara instan, melainkan melalui serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
direncanakan, dilaksanakan, dan dimanfaatkan oleh masyarakat itu sendiri. Arah pemberdayaan hendaknya disesuaikan dengan potensi dan kemampuan
masyarakat sehingga program yang diterapkan memiliki kebermanfaatan bagi masyarakat sasaran. Strategi untuk mempercepat kemandirian masyarakat
dilakukan dengan memperkuat kelembagaan dan permodalan kelompok guna meningkatkan volume usaha dan penganekaragaman produk usaha kelompok.
Peningkatan usaha kelompok ini akan meningkatkan perolehan pendapatan anggotanya yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemandirian pangan rumah
tangga dan masyarakat. Pendidikan nonformal sebagai subsistem pendidikan nasional, berperan
sebagai pendekatan dasar dalam setiap program pembangunan masyarakat baik pada tingkat lokal, daerah maupun nasional. Sebagai pendekatan dasar
dimaksudkan bahwa setiap pembangunan masyarakat diawali dengan proses edukasi melalui upaya komunikasi, penyadaran, motivasi, perubahan sikap dan
sebagainya. Sebagai bagian dari pendidikan nonformal melalui pemberdayaan masyarakat, kegiatan desa mandiri pangan di Desa Karangcegak merupakan
upaya untuk memberdayakan masyarakat miskin pedesaan agar mereka mampu meningkatkan kemampuannya dalam mengelola dan memanfaatkan potensi yang
7 dimilikinya. Pemanfaatan potensi lokal tersebut diarahkan sebagai upaya dalam
penganekaragaman produk pangan berbasis sumber daya lokal serta pengembangannya dalam kegiatan usaha pengolahan pangan. Dalam hal ini,
peneliti bermaksud mendeskripsikan pengembangan kegiatan usaha pengolahan pangan pasca pelaksanaan program desa mandiri pangan di Desa Karangcegak,
Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga.