Indikator Keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan

21 Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Pasal 1 Ayat 12 disebutkan pengertian desa sebagai berikut: “Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia” Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, 2004. Dari pengertian tersebut dapat diperoleh informasi bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki batas wilayahnya masing-masing dan memiliki kewenangan untuk mengatur kepentingan masyarakatnya berdasarkan adat istiadat setempat sebagai akar kebudayaan nasional Republik Indonesia. Desa dipimpin oleh seorang lurah atau kepala desa beserta perangkat desa yang memiliki kewenangan untuk mengatur pemerintahan desa, melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan desa Musrenbangdes, dan melaksanakan segala tugas dari pemerintah atas untuk kegiatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan Pasal 1 Ayat 1 disebutkan pengertian pangan, yakni: “Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman” Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, 1996. Terkait dengan pangan, dalam buletin ketahanan pangan disebutkan bahwa “pangan lokal merupakan pangan yang secara khas berkembang di suatu daerah dan diproduksi berbasis bahan lokalbukan import” Buletin Ketahanan Pangan, 22 hlm. 17, 2003. Pangan yang hendaknya dikembangkan oleh masyarakat yakni pangan lokal yang merupakan kekhasan dari daerahnya. Pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat yang didasarkan atas potensi lokal dapat mendorong upaya pemanfaatan sumber daya setempat secara optimal dan berkelanjutan. Dalam Peraturan Kepala Badan Ketahanan Pangan No. 006KptsOt.140K012011, disebutkan bahwa “desa mandiri pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi dengan memanfaatkan sumber daya setempat secara berkelanjutan” Peraturan Kepala Badan Ketahanan Pangan, 2011. Lebih lanjut, dalam pedoman umum desa mandiri pangan juga dipaparkan “adapun tujuan kegiatan Demapan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat miskin pedesaan dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki atau dikuasainya secara optimal, dalam mencapai kemandirian pangan rumah tangga dan masyarakat” Pedum Demapan, 2012: 4. Dapat disimpulkan bahwa desa mandiri pangan merupakan program pemberdayaan bagi masyarakat miskin pedesaan melalui pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola dan memanfaatkan potensi sumber daya yang dimilikinya guna mencapai kemandirian pangan. Melalui kegiatan desa mandiri pangan, masyarakat dibelajarkan untuk mengelola hasil pertanian secara optimal dengan mendistribusikannya melalui kegiatan usaha sebagai sumber perolehan pendapatan. Kegiatan usaha tersebut dapat beupa usaha pengolahan pangan dengan memanfaatkan hasil pertanian mereka. 23 Selain itu, dalam pedoman umum desa mandiri pangan disebutkan bahwa: “...kegiatan desa mandiri pangan bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat pedesaan dalam pengembangan usaha produktif berbasis sumber daya lokal, peningkatan ketersediaan pangan, daya beli dan akses pangan rumah tangga. Sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi yang pada akhirnya berdampak terhadap penurunan kerawanan pangan masyarakat miskin di pedesaan, sejalan dengan salah satu tujuan millenium development goals MDGs yaitu mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan di dunia sampai setengahnya di tahun 2015” Pedum Demapan, 2012: 1. Kegiatan desa mandiri pangan diupayakan sebagai program pembangunan ketahanan pangan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan Pasal 1 Ayat 17 disebutkan bahwa “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau”. Pembangunan ketahanan pangan dilakukan secara bertahap melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternatif peluang dan pemecahan masalah, serta mampu untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya setempat secara berkelanjutan. Kegiatan desa mandiri pangan dilakukan melalui pembangunan ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan untuk menyediakan lapangan kerja guna meningkatkan pendapatan sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat miskin di daerah rawan pangan. Kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan yang beragam berbasis sumber daya lokal nantinya diharapkan terdapat keberlanjutan melalui kegiatan usaha yang diharapkan mampu menciptakan kemakmuran, pemerataan pendapatan, dan kesempatan kerja sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian bagi masyarakat.