Bagaimana kelanjutan dari program desa mandiri pangan tersebut?
164
8. Bagaimana pengembangan kegiatan usaha yang dilakukan?
S : “Kegiatan usaha pengolahan pangan pada awalnya hanya membuat nasi jagung instan. Setelah dirasa produk laku dipasaran dan dikenal banyak
orang, kami berupaya untuk membuat produk olahan lainnya dengan bahan dasar yang sama”.
PW : “Pelatihan keterampilan pengolahan pangan yang dilakukan oleh kelompok itu bermacam-macam seperti gethuk ganyong, emping irut,
dan lain-lain. Keterampilan mengolah pangan yang dipelajari kelompok beragam jenisnya agar pengetahuan yang diperoleh kelompok lebih
banyak lagi”.
Kesimpulan: Pengembangan kegiatan usaha yang diupayakan oleh kelompok usaha
pengolahan pangan antara lain melalui pengembangan jenis produk pengolahan pangan agar penjualan produk tidak hanya satu jenis saja namun
dilakukan pengembangan produk lain dengan bahan dasar sejenis.
9. Bagaimana cara pemasaran atau promosi produk yang dilakukan?
AS : “Awalnya saya sebatas mempromosikan produk disaat olahraga bulutangkis di lingkungan sekitar dan baru membawa secukupnya
kemudian usaha untuk mengembangkan pemasaran produk dilakukan melalui kerjasama dengan pihak yang bersedia untuk memasarkan hasil
produk kelompok kami. Produk Gula Crystal Jahe biasa dititipkan warung tempat wisata seperti Owabong dan Sanggaluri Park, bahkan
sudah terjual sampai ke luar kota seperti Bogor dan Jakarta oleh tenaga pemasaran”.
PW : “Usaha untuk memromosikna produk, kelompok usaha mengikuti kegiatan pameran produk pangan lokal seperti pameran yang diadakan
oleh pihak BRI dan pameran produk pangan lokal di desa sekitar”. S
: “Pertama kali kelompok usaha menjalankan kegiatan usaha itu menjual nasi jagung beserta lauk dan peyek di alun-alun kota setiap pagi hari.
Berhubung peminatnya banyak baik dari kalangan masyarakat maupun pegawai pemerintahan setempat, maka kelompok berinisiatif untuk
membuat nasi jagung instan yang siap masak. Setelah produk kelompok dikenal masyarakat, banyak dari mereka bahkan pegawai pemerintahan
di Kabupaten Purbalingga datang ke rumah untuk membeli nasi jagung instan karena mereka sangat menyukai produk kami”.
165 Kesimpulan:
Promosi produk yang dilakukan kelompok diawali dengan menjual produk yang matang dan siap santap untuk dijual kepada para konsumen. Setelah
produk dikenal oleh masyarakat umum, kelompok mengupayakan dengan membuat produk yang bersifat kering dan siap pakai nasi jagung instan.
Selain itu, kelompok juga mempromosikan produknya dengan cara mengikuti kegiatan pameran produk pangan lokal.
10. Adakah hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan usahanya?
Jika ada, apa saja hambatan-hambatan tersebut?
AS : “Selama mengelola usaha ini yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan antara lain modal dan pemasaran mbak. Meskipun setiap
hari mampu berproduksi namun untuk modal kami masih memerlukan tambahan. Pemasaran produk masih kami percayakan pada satu sales
yang enak untuk diajak kerjasama, rencananya kami perlu sales lagi agar pemasaran produk kami lebih luas lagi”.
WH : “Dalam mengelola usaha ini, kami masih terkendala pada tenaga kerja karena setiap anggota memiliki kesibukannya masing-masing”.
EP : “Penghambatnya itu dari anggota kelompoknya itu sendiri. Awalnya saya ditunjuk untuk mencari warga belajar yang benar-benar miskin, jadi
saya mengajak para penerima bantuan langsung tunai BLT yang rata- rata manula untuk mengikuti kegiatan kelompok pemberdayaan program
desa mandiri pangan. Tetapi karena kelompok membutuhkan kepengurusan maka mencari warga belajar lagi dengan mengajak remaja
yang masih berusia produktif untuk menjadi pengurus inti kelompok. Selain itu, pemberian materi pada saat penyuluhan perlu diperjelas jika
warga belajar belum bisa memahami materi yang disampaikan”.
Kesimpulan:
Hambatan yang dihadapi warga belajar dalam mengembangkan kegiatan wirausahanya antara lain, sumber daya manusia dalam hal kepengurusan dan
kegiatan wirausaha kelompok, modal dan relasi atau kerjasama pemasaran