Panjang Malai Jumlah Gabah Berisi

46 tanpa diberi naungan, pada varietas Situ Patenggang dan Situ Bagendit terdapat pada dosis bahan organik 25 gpolibag dengan tanpa diberi naungan dan pada varietas Tuwoti terdapat pada dosis 25 dan 50 gpolibag tanpa diberi naungan.

10. Panjang Malai

Panjang malai per tanaman dipengaruhi sangat nyata oleh perlakuan varietas Lampiran Tabel 131. Panjang malai tertinggi terdapat pada varietas Sikembiri dibandingkan dengan 3 varietas lainnya Tabel 13. Tabel 13. Panjang Malai Menurut Perlakuan Varietas Varietas Panjang Malai cm V1 = Sikembiri 24.94aA V2 = Situ Patenggang 20.95bB V3 = Situ Bagendit 20.79bB V4 = Tuwoti 20.53bB Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom dan atau baris yang sama, berbeda nyata pada taraf uji 5 huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 huruf besar menurut uji jarak Duncan. Panjang malai antara varietas Situ Patenggang, Situ Bagendit dan Tuwoti relatif sama tidak berbeda nyata.

11. Jumlah Gabah Berisi

Jumlah gabah berisi per malai dipengaruhi sangat nyata oleh interaksi varietas, naungan dan bahan organik Lampiran Tabel 132. Terdapat perbedaan respon jumlah gabah berisi per malai dari setiap varietas terhadap perlakuan naungan dan dosis bahan organik. Umumnya tiap varietas cenderung menghasilkan jumlah gabah berisi semakin turun dengan meningkatnya intensitas naungan pada setiap dosis pemberian bahan organik dari 0 – 75 gpolibag Tabel 14. Universitas Sumatera Utara 47 Tabel 14. Jumlah Gabah Berisi Menurut Varietas pada Berbagai Tingkatan Naungan dan Dosis Bahan Organik Varietas Naungan Dosis Bahan Organik gpolibag B0 = 0 B1 = 25 B2 = 50 B3 = 75 V1 = Si Kembiri 20 40 132.10jEF 106.37nGH 89.33tuH 141.23hE 90.23tH 97.67rH 138.23iEF 116.00lGH 142.80hD 117.23llG 118.37lG 100.80pqH V2 = Situ Patenggang 20 40 175.80bB 164.87cC 142.23hDE 172.60cB 149.77gD 163.00cC 161.03eC 176.53aA 174.00bA 168.33dC 153.43fD 151.20fgD V3 = Situ Bagendit 20 40 110.80mGH 92.00sH 71.00wI 116.77lG 93.53rsH 118.87lG 103.10pH 128.33kFG 102.23pH 109.23mGH 118.00lG 100.83pqH V4 = Tuwoti 20 40 90.10tH 87.23uH 77.97vI 95.47rH 93.47rsH 92.00stH 103.67pH 95.33rH 67.33xJ 95.90rH 92.00stH 91.00tH Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom dan atau baris yang sama, berbeda nyata pada taraf uji 5 huruf kecil dan berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 huruf besar menurut uji jarak Duncan. Varietas yang memiliki penurunan jumlah gabah berisi lebih rendah dengan makin meningktnya intensitas naungan ditunjukkan oleh varietas Situ Patenggang. Hal ini lebih lanjut mengindikasikan bahwa varietas Situ Patenggang lebih adaftif terhadap naungan dibandingkan 3 varietas lainnya. Di antara empat varietas yang diteliti jumlah gabah berisi tertinggi pada semua level perlakuan naungan dan dosis bahan organik ditunjukkan oleh varietas Situ Patenggang dan terendah pada varietas Tuwoti. Pemberian dosis bahan organik terhadap varietas pada setiap level perlakuan naungan menunujukkan respon jumlah gabah berisi yang berbeda-beda. Pada varietas Sikembiri jumlah gabah tertinggi terdapat pada dosis 50 gpolibag dengan naungan 40 dan tidak beda nyata dengan dosis 25 gpolibag dengan perlakuan tanpa naungan. Pada varietas Situ Patenggang jumlah gabah tertinggi terdapat pada dosis 50 gpolibag dengan naungan 20 yang tidak beda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian bahan organik dan tanpa naungan serta dengan dosis bahan organik 50 gpolibag dan naungan 40. Pada varietas Situ Bagendit jumlah gabah tertinggi terdapat pada dosis 25 gpolibag dengan naungan 20. Pada varietas Tuwoti jumlah gabah berisi terdapat pada dosis 50 gpolibag tanpa naungan. Universitas Sumatera Utara 48

12. Persentase Gabah Hampa