Hubungan dengan Tuhan Praktek spiritual

semangat pada pasien supaya dia tidak bosan, dimana jika pasien merasa jenuh kita harus memberi semangat, contohnya kalau dia bosan kita bisa bawa cerita, tukar pikiran, lebih-lebih dari itu kita bisa juga bawa ketawa, lelucon, tersenyum selain kita memberi semangat , kita masukkan sedikit dari kita perawat, kita bilanglah:bapak masih berarti bagi keluarga, bapak harus semangat walaupundengan bapak cuci darah dua kali seminggu tapi keluarga, anak-anak masih membutuhkan bapak.” [P3] Selain hubungan dengan keluarga dan perawat, informan juga mengungkapkan bahwa pasien penyakit terminal butuh dikunjungi dan didoakan oleh pemuka agamanya. Hal ini sesuai dengan kutipan informan dibawah ini: “misalnya yang Kristen adakunjungan Pendeta,kita ijinkan untuk panggil Pendeta, Bibelvrow,jadi bisa memotivasi pasien, baca ayat- ayat sucifirman Tuhan.”[P6] Kebutuhan untuk dikunjungi oleh pemuka agama diungkapkan juga oleh informan lainnya, seperti kutipan dibawah ini: “Ada yang memanggil pemuka agama, minta didoakan.” [P8]

b. Hubungan dengan Tuhan

Bagi pasien penyakit terminal, hubungan dengan Tuhan menjadi kebutuhan yang sangat penting yang dapat membantu pasien menghadapi masa- masa sulit tentang penyakitnya. Hal ini diungkapkan perawat sebagai berikut: “...ketika sakit keras dan masa terminal, dia pasti mengatakan, aduhTuhan,tolong aku,pasti saja dia akan teringat kepada penciptanya, lebih intensmembutuhkan,lebih terasa, aku kenapa ya Tuhan.” [P4] Pernyataan informan diatas didukung oleh informan lainnya yang mengatakan bahwa pasien harus mendekatkan diri pada Tuhan, berdoa, minta ampun atas segala dosa-dosanya. Hal ini sesuai dengan kutipan pernyataan informan berikut ini: Universitas Sumatera Utara “dia mendekatkan diri kepada Tuhan, mungkin dengan berdoa dia bisa mintaampun dengan segala dosa-dosanya.” [P7]

c. Praktek spiritual

Pasien penyakit terminal mempunyai keinginan untuk dapat melakukan kegiatan spiritualnya. Karena dengan melakukan kegiatan tersebut pasien dapat meningkatan hubungannya dengan Tuhan, dan selama sakit pasien berharap kebutuhan ini bisa terpenuhi. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan informan sebagai berikut: “tapi ada juga waktu itu pasien kami,udah sakit tetapi dia masih ingin tetap melakukan ibadah, maksudku sholat, ya kami silahkan aja, ada juga waktu itu dia sebenarnya udah susah untuk sholat, tapi dia maksa biar sholat, ya aku bantu dia, untuk sholat, pegang dia, jaga dia, sampai dia selesai sholatnya.”[P8] Pernyataan tersebut didukung oleh seorang informan lainnya yang mengatakan bahwa perawat memberikan kesempatan kepada pasien dan keluaga untuk berdoa bersama seperti pernyataan informan dibawah ini: “menurut saya pada pasien yang terminal ya, kita ngasi kesempatan keluarga dan pasien berdoa, melakukan ibadahnya.” [P5]

C. Pelaksanaan siritual care belum maksimal

Tema pelaksanaan spiritual care belum maksimal terbentuk dari beberapa subtema yaitu: a spiritual care jarang dilakukan, b fokus pada perawatan fisik, c tidak didokumentasikan. Masing-masing subtema dijelaskan sebagai berikut:

a. Spiritual care jarang dilakukan