informasi tentang penyakit pasien, melibatkan keluarga untuk mendampingi pasien, mengajarkan dan menganjurkan pasien untuk menggunakan tehnik
relaksasi, mendengarkan pasien dengan aktif, membantu pasien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan, mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan persepsi. c. Membantu pasien untuk beradaptasi terhadap perubahan atau ancaman dalam
kehidupan, meningkatkan hubungan interpersonal pasien, memberikan rasa aman.
2.2.4. Implementasi keperawatan
Perawat dapat menggunakan empat alatinstrumen spiritual untuk membantu perawat dalam melaksanakan spiritual care yaitu perawat perlu
mendengarkan pasien, perawat perlu hadir setiap saat untuk pasien, kemampuan perawat untuk menerima apa yang disampaikan pasien, dan menyikapi dengan
bijaksana keterbukaan pasien pada perawat. Perawat perlu menyadari bahwa memberikan spiritual care bukan hanya tugas dari pemuka agama, oleh karena itu
perawat juga harus mengenali keterbatasan pada diri sendiri dan harus bekerjasama dengan disiplin ilmu lain seperti pembimbing rohani yang ada di
rumah sakit, sehingga dapat berperan penting dalam memberikan dukungan terhadap kebutuhan spiritual pasien Govier, 2000.
Penelitian Cavendish 2003 dan Narayanasamy 2004 menyimpulkan bahwa kegiatan perawat dalam implementasi spiritual pasien adalah antara lain :
mendukung spiritual pasien, pendampingankehadiran, mendengarkan dengan aktif, humor, terapi sentuhan, meningkatkan kesadaran diri, menghormati privasi,
Universitas Sumatera Utara
dan menghibur misalnya dengan terapi musik. Kozier et al 2004 mengatakan bahwa perawat perlu mempertimbangkan praktek keagamaan tertentu yang akan
mempengaruhi asuhan keperawatan, seperti keyakinan pasien tentang kelahiran, kematian, berpakaian, berdoa, dan perawat perlu mendukung spiritual pasien.
Kehadiran menurut Zerwekh 1997 dalam Kozier et al, 2004 diartikan bahwa perawat hadir dan menyatu dengan pasien. Osterman dan Schwartz-Barcott
1996 dalam Kozier et al, 2004 mengidentifikasi empat cara pendampingan untuk pasien yaitu presensi yakni ketika perawat secara fisik hadir tetapi tidak fokus
pada pasien, presensi parsial yakni ketika perawat secara fisik hadir dan mulai berusaha fokus pada pasien, presensi penuh yakni ketika perawat hadir disamping
pasien baik secara fisik, mental maupun emosional, dan dengan sengaja memfokuskan diri pada pasien, presensi transenden yakni ketika perawat hadir
baik secara fisik, mental, emosional, maupun spiritual. Membantu berdoa atau mendoakan pasien juga merupakan salah satu
tindakan keperawatan terkait spiritual pasien. Berdoa melibatkan rasa cinta dan keterhubungan. Pasien dapat memilih untuk berpartisipasi secara pribadi atau
secara kelompok dengan keluarga, teman atau pemuka agama. Pada situasi ini peran perawat adalah memastikan ketenangan lingkungan dan privasi pasien
terjaga. Keadaan sakit dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk berdoa.
Pada beberapa rumah sakit pasien dapat meminta perawat untuk berdoa dengan mereka dan ada yang berdoa dengan pasien hanya bila ada kesepakatan antara
pasien dengan perawat. Karena berdoa melibatkan perasaan yang dalam, perawat
Universitas Sumatera Utara
perlu menyediakan waktu bersama pasien setelah selesai berdoa, untuk memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya
Kozier et al, 2004. Menurut Kozier et al 2004 perawat perlu juga merujuk pasien kepada
pemuka agama. Rujukan mungkin diperlukan ketika perawat membuat diagnosa distres spiritual, perawat dan pemuka agama dapat bekerjasama untuk memenuhi
kebutuhan spiritual pasien. McSherry 2010 mengatakan bahwa dalam implementasi perawat harus peduli, penuh kasih, gembira, ramah dalam
berinteraksi, dan menghargai privasi.
2.2.5. Evaluasi