Gray, 2006 menyatakan bahwa perawat akan mampu berespon terhadap kebutuhan spiritual pasien bila perawat menyadari akan spiritualitasnya sendiri.
g. Kurangnya pengetahuan
Tingkat pendidikan dapat memotivasi seseorang untuk lebih disiplin, lebih maju, lebih berkembang sesuai dengan tujuan hidupnya. Tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap daya nalar dan daya kritis, sehingga berpengaruh pula terhadap kemampuan menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan. Jika
dikaitkan dengan kemampuan perawat dan manajer perawat dalam menyelesaikan masalah spiritual pasien, maka tingkat pendidikan juga menjadi faktor yang
berperan dalam terlaksananya pemberian spiritual care. Untuk dapat memberikan spiritual care , bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang aspek spiritual
dan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien menjadi bagian yang penting Battey, 2012, Jenkins, 2010, Mc Sherry, 2006. Beberapa informan dalam penelitian ini
juga mengakui bahwa mereka kurang mengetahui tentang spiritual care sehingga tidak mengetahui pentingnya spiritual care bagi pasien dan tidak tahu apa yang
harus mereka lakukan terkait pelaksanaan spiritual care. 5.1.5 Harapan terhadap
spiritual care a. Jumlah perawat ditambah
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa beberapa informan berharap jumlah perawat ditambah, agar perawat memiliki waktu yang banyak
untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Pendapat ini sejalan dengan hasil penelitian Chan 2008 yang mengatakan bahwa mengingat pengaruh dimensi
spiritual pada fisik pasien akan lebih efektif jika dilakukan dengan waktu yang
Universitas Sumatera Utara
cukup, maka diharapkan jumlah perawat yang memadai sehingga perawat memiliki cukup waktu untuk pasien dan memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
Mc Sherry 1998 juga mengatakan bahwa hambatan terbesar dalam melaksanakan spiritual care adalah kurangnya waktu dan jumlah staf perawat.
b. Peningkatan pengetahuan
Pendidikan merupakan pengalaman yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas pribadi seseorang, dimana semakin
tinggi tingkat pendidikan akan semakin besar kemauannya untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya. Informan dalam penelitian ini menyatakan
bahwa mereka perlu meningkatkan pengetahuan, baik melalui pendidikan formal, pelatihan maupun seminar, agar mereka tahu dan menyadari bahwa mereka
sedang melakukan spiritual care. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian Li dan Lih 2011 yang menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan yang tinggi memiliki
hubungan yang positif terhadap perilaku perawat memberikan spiritual care bagi pasien.
Menurut Mc Sherry dan Cash 2004 dalam Mc Sherry, 2010 program keperawatan dasar basic nursing program mempunyai tanggungjawab untuk
menyiapkan perawat agar mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasiennya pada semua aspek, tidak hanya fisik dan psikologis, tetapi juga spiritual.
Sementara itu hasil telaah Shelly 1998 dalam Mc Sherry, 2010 terhadap berbagai literatur keperawatan, meyakini bahwa perawat praktisi dan mahasiswa
keperawatan tidak dipersiapkan secara baik dalam masa pendidikannya untuk
Universitas Sumatera Utara
dapat mengatasi masalah-masalah spiritual pasien. Selain itu juga sedikit yang
memfokuskan aspek spiritual pada seminar-seminar keperawatan. c. Kerjasama antara perawat, pasien dan keluarga pasien
Beberapa informan dalam penelitian ini menyatakan bahwa perlu adanya kerjasama antara perawat, pasien dan keluarga pasien, dengan kerjasama tersebut,
informan berharap proses penyembuhan pasien cepat. Perawat harus memiliki kompetensi untuk mampu melibatkan pasien dan keluarganya dalam proses
melaksanakan spiritual care, sehingga dengan melibatkan pasien dan keluarga pasien, spiritual care dapat diberikan dengan maksimal Baldacchino, 2006.
Penelitian ini sejalan dengan Mc sherry 2006 yang menyatakan bahwa spiritual care adalah subjektif, keberhasilan perawat melaksanakan spiritual care
tergantung berhasil tidaknya perawat menjalin komunikasi yang baik dengan pasien. Ada beberapa kondisi yang menghambat terjadinya komunikasi perawat
dengan pasien seperti gangguan bicara, ngangguan pendengaran, pasien belum percaya dengan perawat. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif
dapat mengakibatkan pasien tidak mampu mengekspresikan kebutuhan spiritualnya, sehingga perawat dan pasien putus asa, kondisi seperti ini tidaklah
mudah untuk menyelesaikannya.
d. Dukungan dari pimpinan