“dia mendekatkan diri kepada Tuhan, mungkin dengan berdoa dia bisa mintaampun dengan segala dosa-dosanya.” [P7]
c. Praktek spiritual
Pasien penyakit terminal mempunyai keinginan untuk dapat melakukan kegiatan spiritualnya. Karena dengan melakukan kegiatan tersebut pasien dapat
meningkatan hubungannya dengan Tuhan, dan selama sakit pasien berharap kebutuhan ini bisa terpenuhi. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan informan
sebagai berikut: “tapi ada juga waktu itu pasien kami,udah sakit tetapi dia masih
ingin tetap melakukan ibadah, maksudku sholat, ya kami silahkan aja, ada juga waktu itu dia sebenarnya udah susah untuk sholat,
tapi dia maksa biar sholat, ya aku bantu dia, untuk sholat, pegang dia, jaga dia, sampai dia selesai sholatnya.”[P8]
Pernyataan tersebut didukung oleh seorang informan lainnya yang mengatakan bahwa perawat memberikan kesempatan kepada pasien dan keluaga
untuk berdoa bersama seperti pernyataan informan dibawah ini: “menurut saya pada pasien yang terminal ya, kita ngasi
kesempatan keluarga dan pasien berdoa, melakukan ibadahnya.” [P5]
C. Pelaksanaan siritual care belum maksimal
Tema pelaksanaan spiritual care belum maksimal terbentuk dari beberapa subtema yaitu: a spiritual care jarang dilakukan, b fokus pada perawatan fisik,
c tidak didokumentasikan. Masing-masing subtema dijelaskan sebagai berikut:
a. Spiritual care jarang dilakukan
Seluruh informan mengungkapkan bahwa asuhan keperawatan spiritual jarang dilakukan, karena menganggap bukan fokus utama perawat. Hal ini
diungkapkan salah satu informan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
”...apa ya...apa lagi ya..mengerutkan kening, berfikir...mungkin karena bukan fokus utama perawat,bukanfokus utama untuk
memenuhi kebutuhan spiritual,jadi perawat tidak seratus persen atau tidak perlu mencari tau,tidak perlu mengkaji pasien terkait
spiritualnya,karena memandang kebutuhan spiritual itu hanya kebutuhan pendukung bagi si pasien.”[P1]
Pernyataan diatas didukung oleh informan lainnya yang mengatakan bahwa asuhan keperawatan spiritual jarang dilakukan, karena perawat
beranggapan yang penting pasien tidak terlantar. Hal ini sesuai dengan kutipan pernyataan informan dibawah ini:
“keperawatan spiritual sangat jarang dikerjakan, kadang-kadang saya lihat tugas teman banyak, malas berfikir, yang penting pasien
tidak terlantar.” [P7]
b. Fokus pada perawatan fisik
Semua informan mengungkapkan bahwa mereka lebih fokus melakukan perawatan fisik, sehingga terkadang mengabaikan spiritual care. Pernyataan ini
sesuai dengan kutipan informan dibawah ini: “...biasanya diagnosanya lebih mengarah ke arah fisik,misalnya
perubahan perfusi jaringan serebral, tapi kalau untuk masalah spiritual care jarang sich bu.” [P4]
Informan lain mengatakan dalam menganamnese pasien hanya tentang keadaan fisik yang berhubungan dengan penyakitnya, seperti kutipan pernyataan
informan dibawah ini: “...ya anamneselah, entah dia pusing, kita tanya ibu sakit apa?
Jadi ya kita suruh pasiennya ceritakan penyakitnya.”[P8]
Informan lain juga mendukung pernyataan diatas dengan mengatakan seperti kutipan dibawah ini:
“saya fikir dipenuhi dulu kebutuhan fisiknya, karena itu yang penting.” [P1]
Universitas Sumatera Utara
c. Tidak didokumentasikan
Spiritual care jarang dilakukan, kalaupun dilakukan, perawat tidak mendokumentasikannya. Hal ini diungkapkan informan sebagai berikut:
“misalnyalah bu, hubungan dia antara suaminya ada masalah, itu sering kami kaji, saat dia sakit seperti ini, apa terganggu?, dia sakit
ada gak permasalahan antara suami istri, terus antar pasien dan keluarganya, hubungannya seperti apa?, pada saat dianya sakit,
ibadahnya seperti apa?, itu sering ada pengkajiannya, tapi sayangnya satu bu,, ada di pengkajian tapi jarang diisi, itu salah satu
kelemahannya, seharusnya itu penting karena itu modal utama, karena kan kita kan harus tahu, bio psiko sosiosama spiritualnya, tapi
jarang didokumentasikan seperti itu bu.” [P7]
Informan lain mengatakan bahwa spiritual care tidak didokumentasikan, karena belum ada SOP asuhan keperawatan tentang spiritual care, seperti kutipan
pernyataan informan dibawah ini: “tapi kalau SOP untuk asuhan keperawatan tentang perawatan
spiritual dirumah sakit ini belum ada.” [P4]
D.Berbagai hambatan dalam pelaksanaan spiritual care
Berbagai hambatan dalam pelaksanaan spiritual care menurut persepsi perawat dikelompokkan menjadi beberapa subtema yaitu a beban kerja,b
ambiqu, cpasien, d teman kerja, e tidak ada dukungan dari pimpinan, f pengetahuan kurang. Masing-masing subtema akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Beban kerja