Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat hal itu, maka sistem pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kuantitas dan pengembangan kualitas serta aspek lahiriah dan aspek rohaniah. Itulah sebabnya pendidikan nasional kita dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Pentingnya pendidikan IPA dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK sekarang ini dan di masa mendatang diharapkan dapat sesuai dengan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP di sekolah, dengan adanya KTSP ini akan memungkinkan sekolah dapat menyesuaikan program pendidikannya dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Sekolah sebagai unit penyelenggara pendidikan dituntut untuk mengembangkan pembelajaran IPA dengan memperhatikan perkembangan dan tantangan masa depan, seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,serta globalisasi. Khususnya berkaitan dengan perubahan perilaku dan moral manusia. Untuk mengantisipasi tuntutan global dan kemajuan IPTEK maka pembelajaran IPA ditujukan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi IPA serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar Biologi 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 dapat diajarkan sesuai dengan hakikatnya, maka terlebih dahulu guru Biologi harus memahami dengan baik hakikat IPA. Disamping itu guru Biologi juga harus memahami dengan baik karakteristik materi Biologi, kondisi peserta didik serta keterampilan dasar mengajar seperti , kemampuan memilih dan menggunakan media atau model pembelajaran, serta menguasai materi pelajaran. Mengajarkan ilmu kepada peserta didik dikatakan baik kalau memenuhi kriteria, yaitu sesuai dengan hakikat ilmu itu dan sesuai dengan pengetahuan tentang bagaimana peserta didik belajar. IPA sebagai ilmu juga harus diajarkan sesuai dengan hakikat IPA dan teori belajar yang mendasari pembelajaran IPA itu. Adapun hakikat IPA terdiri atas tiga komponen, yaitu 1 sikap ilmiah, 2 proses ilmiah, dan 3 produk ilmiah. Berdasarkan hakikat IPA di atas, maka proses atau keterampilan proses merupakan bagian dari pembelajaran Biologi, begitu pula sikap ilmiah dan materi yang dipelajari. Sikap ilmiah yang dikembangkan dalam pembelajaran Biologi secara luas bertujuan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik. Proses ilmiah atau metode ilmiah sebagai perangkat keterampilan kompleks yang harus dikuasai dalam pembelajaran Biologi. Proses ini misalnya pengamatan dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Dengan menggunakan sikap dan proses ilmiah maka akan diperoleh produk ilmiah yang berupa fakta, konsep, dan teori. Semua itu terjadi dalam pembelajaran Biologi. Hasil belajar di SMP Negeri 2 Tangen, khususnya untuk mata pelajaran IPA tahun pelajaran 20092010 masih di bawah KKM Kriteria Ketuntasan Minimal 60 yaitu diperoleh rerata 55. Selain itu, hasil ulangan peserta didik sebelum materi Ciri- perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 3 Ciri Makhluk Hidup, peserta didik yang tuntas dalam pembelajaran hanya mencapai 46. Hal ini diprediksi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor guru dan peserta didik. Pertama, ditinjau dari faktor gurunya. Pembelajaran IPA Biologi di SMP Negeri 2 Tangen cenderung bersifat deklaratif. Akibatnya, peserta didik menjadi pasif, pembelajaran membosankan dan tidak menarik. Hal ini tidak sesuai dengan hakekat pendidikan IPA, yang tidak hanya mengutamakan produk atau hasil tetapi lebih berorientasi pada proses pembelajaran dan sikap dalam pembelajaran. Selain itu, meski secara keilmuan terjadi perubahan-perubahan perkembangan dalam pembelajaran IPA, namun kenyataannya pembelajaran IPA Biologi di SMP Negeri 2 Tangen masih cenderung berorientasi pada guru teacher centered . Guru masih menekankan pada perannya sebagai penyampai materi pelajaran transformator, sehingga hasil belajar yang dicapai dalam kegiatan belajar mengajar belum sesuai yang diharapkan atau masih di bawah KKM. Dalam proses belajar mengajar, penguasaan materi, penguasaan metode dan teknik mengajar oleh guru merupakan faktor utama, selain faktor gaya mengajar, dan kepribadian guru sendiri. Kecenderungan guru mengajar selama ini kurang menggunakan metode yang bervariasi, sehingga suasana belajar nampak sangat monoton dan membosankan. Guru juga belum melaksanakan perannya sebagai mediator dan fasilitator sesuai anjuran yang terdapat dalam Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Hal ini mengakibatkan interaksi antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik sangat kurang. Akibatnya, lingkungan belajar yang tercipta juga kurang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 4 harmonis, walaupun lingkungan secara fisik di sekolah sangat mendukung. Keadaan ini akan menghambat keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut relevan dengan pernyataan Herawati Susilo 2000 bahwa ”kunci keberhasilan belajar adalah partisipasi aktif peserta didik”. Sementara menurut Bloom dalam Herawati Susilo 2000:2.3 menyatakan bahwa besarnya partisipasi aktif peserta didik dalam belajar merupakan petunjuk yang baik tentang kualitas mengajar. Guru cenderung hanya mengembangkan aspek kognitif saja, sementara dalam pembelajaran IPA ada tiga aspek yang harus dikembangkan yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi Minds on. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi berbeda dengan penalaran. Aspek afektif menurut Krathwohl Bloom dkk dalam Aunurrahman 2009:51, terdiri dari tujuh jeniskategori perilaku yaitu, penerimaan, partisipasi, penilaian, atau penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan hidup Heart on. Sedangkan, menurut Simpson dalam Aunurrahman 2009:52 psikomotor yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas Hands on. Kedua, ditinjau dari faktor peserta didiknya. Pembelajaran biologi menuntut adanya peran aktif peserta didik, karena salah satu karakteristik biologi adalah adanya proses ilmiah yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan atau eksperimen. Peserta didik di SMP Negeri 2 Tangen, belum dapat berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar. Peserta didik dalam pembelajaran masih bersifat individual, pasif, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 5 dan kurang bergairah. Kondisi ini dapat dilihat dari kecenderungan peserta didik terhadap beberapa hal, antara lain : peserta didik hanya menerima informasimateri dari guru secara pasif, peserta didik kurang menyenangi mata pelajaran Biologi dan lebih menyenangi pembelajaran yang bersifat fisik olahraga, minat belajar rendah, kurang mampu bekerja sama dan kemampuan memahami konsep-konsep biologi rendah. Apabila permasalahan di atas tidak teratasi dengan baik , maka akan berdampak pada lingkup yang lebih besar. Harapan pendidikan di Indonesia untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna hanya akan menjadi slogan. Ini merupakan tugas besar guru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran biologi yang terjadi di kelasnya. Berdasarkan permasalahan di atas, maka guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran, sehingga kualitas mengajar menjadi lebih baik. Dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan oleh guru diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Selain itu model pembelajaran yang digunakan guru juga diharapkan dapat memberi keadilan bagi peserta didik kelompok bawah maupun kelompok atas. Selain itu, model pembelajaran juga diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan kerjasama untuk dapat menggali pengetahuan sesama teman secara bebas. Keberhasilan dalam proses pembelajaran biologi juga dipengaruhi oleh faktor minat dan interaksi sosial peserta didik. Minat sebagai pernyataan psikis yang menunjukkan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu materi pelajaran karena obyek tersebut menarik bagi dirinya. Pemusatan perhatian dalam proses perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 6 pembelajaran sangat diperlukan, karena kehadiran minat belajar dalam pribadi seseorang akan merangsang keinginan untuk belajar yang lebih besar Minat adalah juga sebagai daya penggerak di dalam diri untuk melakukan aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, guru diharapkan selalu dapat mengelola keadaan psikis peserta didiknya agar dapat menumbuhkan minat belajar yang tinggi. Hanya peserta didik yang memiliki minat belajar yang tinggi yang dapat mengikuti dengan seksama proses pembelajaran, sehingga kompetensi dasar dapat dicapai secara optimal. Hal ini juga selaras dengan pendapat Baharuddin dan Esa Nur W. 2007:24 yang menyatakan bahwa untuk membangkitkan minat belajar peserta didik diantaranya dengan cara membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan peserta didik untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar peserta didik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini sesuai dengan hakikat pembelajaran biologi yang mengacu pada aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karenanya, guru biologi dituntut untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menarik agar dapat memotivasi peserta didik. Interaksi sosial peserta didik juga penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. “Interaksi sosial peserta didik merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia”. Soerjono Sukanto. 2007 : 55 .Thibaut dan Kelley dalam M. Asrori. 2008:107 mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 7 sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Sementara Chaplin dalam M. Asrori 2008:107 menyatakan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara beberapa individu yang bersifat alami dimana individu-individu itu saling mempengaruhi. Interaksi sosial dapat terjadi apabila dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Jadi, dalam proses pembelajaran apabila tanpa adanya interaksi sosial tidak akan tercapai seperti yang diharapkan. Dengan demikian, memfasilitasi kegiatan interaksi sosial dalam pembelajaran merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memilih model yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Arends dalam Wartono dkk.2004, bahwa tidak ada model pengajaran yang lebih baik daripada model pengajaran yang lain. Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Setiap model pembelajaran memberikan peran yang berbeda kepada peserta didik, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial peserta didik. Model pembelajaran kooperatif Cooperative Learning, yang pada prinsipnya merupakan proses pembelajaran berbasis kerja sama antar peserta didik dan antar komponen-komponen lain di sekolah. Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda untuk bekerja sama dan memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Jadi, model pembelajaran kooperatif ini cocok digunakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 8 untuk mewujudkan pembelajaran yang berorientasi pada student center. Oleh karenanya, model pembelajaran kooperatif khususnya tipe pembelajaran Bamboo Dancing dan NHT Numbered Heads Together adalah model pembelajaran dirasa sangat cocok untuk meningkatkan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik. Dalam Bamboo Dancing peserta didik dalam kelas dibagi menjadi dua kelompok besar, masing-masing kelompok besar anggotanya saling berpasangan, sehingga terbentuk pasangan awal untuk mendiskusikan materi atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Setelah selesai diskusi dengan pasangan awal, peserta didik berbagi informasi dengan peserta didik dari pasangan awal yang lain dengan bergeser searah jarum jam. Dalam model ini diharapkan peserta didik dapat bekerja sama, dan memiki keberanian serta kemampuan untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik yang lainnya. Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu pembelajaran di mana peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam kelompok diberi nomor lalu guru memberikan tugas untuk dikerjakan masing-masing kelompok, kemudian guru memanggil nomor yang sama untuk melaporkan hasil kerja sama mereka. Dalam model ini peserta didik diharapkan dapat bekerja sama antar anggota kelompok, dan memiliki kesiapan serta keberanian untuk menjawab dan menjelaskan hasil diskusi dari pertanyaan yang diberikan oleh guru. Semua peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan hasil diskusinya. Dengan model ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, dan keberanian untuk mengemukakan pendapat pada peserta didik. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 Dari permasalahan di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Tangen, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif yang memperhatikan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar. Dalam hal ini model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT Numbered Heads Together .

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

The Effectiveness of Numbered Heads Together Technique (NHT) Toward Students’ Reading Ability on Descriptive Text A Quasi Experimental Study at the Second Grade of SMPN 2 Tangerang Selatan in Academic Year 2013/2014

1 9 128

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Bamboo Dancing untuk meningkatkan Hasil belajar IPS Siswa kelas IV

0 21 202

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR

0 0 7

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN ROUNDTABLE

0 1 10

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

0 2 10