EMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAN MINAT BELAJAR

( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen, Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Biologi

Oleh :

TRI WAHYUNI NIM. S831002064

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR

( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh Tri Wahyuni NIM. S831002064

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D. ... ... NIP. 19600809 198612 1 001

Pembimbing II Dra. Suparmi, MA., Ph.D. ... ... NIP. 19520915 197603 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi pendidikan Sains,

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR

( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh Tri Wahyuni NIM. S831002064

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Telah disahkan oleh Tim Penguji Tanggal : 2011

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua : Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. ... ...

Sekretaris : Prof. Dr. H. Ashadi ... ... Anggota : 1. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. ... ... 2. Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. ... ...

Mengetahui

Direktur Ketua

Program Pascasarjana, Program Studi pendidikan Sains,

Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. NIP.19570820 198503 1 004 NIP. 19520116 198003 1 001


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

saya :

Nama : TRI WAHYUNI

NIM : S831002064

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul “PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT

(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR ( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh.

Surakarta, April 2011 Yang Membuat Pernyataan,

TRI WAHYUNI


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

setelah mati, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang senantiasa memperturutkan hawa nafsunya dan hanya mengharapkan sesuatu dari Allah ta’ala tanpa usaha beribadah”.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk : kedua orang tuaku,

Suamiku tercinta, ketiga buah hatiku,

Saudara-saudaraku, Sahabat-sahabatku seperjuangan


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memercikkan setetes dari keluasan lautan ilmu-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Tesis berjudul :” PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO

DANCING DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA

PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR” (Sebuah Penelitian Eksperimen Pada Pokok Bahasan Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen), untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sains, Minat Utama Pendidikan Biologi, Fakultas Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tesis ini dapat terwujud berkat bimbingan dan dukungan dari pembimbing dan banyak pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana, yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan tesis kepada penulis.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains, yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam penyusunan tesis penulis.

3. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D., sebagai pembimbing I penyusunan tesis penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dukungan moril kepada penulis mulai dari persiapan hingga selesainya tesis ini.

4. Dra. Suparmi, M.A., Ph.D., sebagai pembimbing II penyusunan tesis penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan moril kepada penulis mulai dari persiapan hingga selesainya tesis ini.


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

proposal penelitian.

6. Para Dosen Pengampu Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.

7. Para karyawan Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana yang selalu memberi bantuan demi kelancaran penyelesaian proposal ini.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berbagi dan memberikan motivasi dalam banyak hal selama menjalani pendidikan.

9. Suami Sugianto, S.Pd. dan ketiga putri tercinta; Meiki Anissah NH., Dheiwa Safira NS., Fadlila Qolbi NA., yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis hingga tesis ini dapat diselesaikan.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu terlaksananya penyusunan tesis ini.

Semoga segala bimbingan, arahan, dukungan dan motivasi yang diberikan semua pihak kepada penulis mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berharap tesis ini dapat mengantarkan penulis untuk mendapatkan derajat Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, April 2011


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... . ix

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ………...1

B. Identifikasi Masalah ………...9

C. Pembatasan Masalah... 10

D. Perumusan Masalah ... ………...11

E. Tujuan Penelitian ... ………...11

F. Manfaat Penelitian ... ………...12

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Teori Belajar ... ………...14

2. Pembelajaran dan Pengajaran ………...20

3. Model Pembelajaran ... ………..21

4. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 24

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing ... 29


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10.Hakekat Biologi ... 40

11.Materi Pembelajaran Ciri-Ciri Makhluk Hidup ... .…………...42

B. Penelitian Yang Relevan ………...63

C. Kerangka Berpikir ………...68

D. Hipotesis …………..…………..………...73

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... ………...74

B. Metode Penelitian ... 75

C. Variabel Penelitian ... 76

D. Definisi Operasional ... 76

E. Populasi dan Sampel... ……….…... .78

F. Instrumen Penelitian ... 78

G. Teknik Pengumpulan Data ... 79

H. Pengujian Instrumen ... 80

I. Teknik Pengukuran ... 87

J. Teknik Analisa Data ... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... ...90

B. Uji Prasyarat Analisis ... 99

C. Pengujian Hipotesis ... 102

D. Pembahasan Hasil Analisis ... 105

E. Keterbatasan Penelitian ... 118

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 120

B. ImplikasiHasil Penelitian ... 124

C. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ...127


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.2. Desain Faktorial 2x2x2 ...75

3.3. Interpretasi Validitas Soal ...81

3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen ...82

3.5. Interpretasi Reliabilitas Soal ...84

3.6. Hasil Uji Reliabilitas ...84

3.7. Klasifikasi Taraf Kesukaran ...85

3.8. Hasil Uji Taraf Kesukaran ...86

3.9. Interpretasi Daya Pembeda ...87

3.10.Hasil Uji Daya Pembeda ...87

4.1. Diskripsi Data Hasil Belajar Ranah Kognitif Peserta Didik dalam Model Pembelajaran ...90

4.2. Data Sikap Kooperatif ...91

4.3. Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen I...92

4.4. Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen II ...93

4.5. Diskripsi Sebaran Data Keseluruhan ...94

4.6. Rerata Hasil Belajar ...94

4.7. Diskripsi Data Interaksi Sosial ...95

4.8. Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Tinggi ...96

4.9. Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Rendah ...96

4.10. Diskripsi Data Minat Belajar .. ...98


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.15. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ditinjau dari Minat Belajar ...101 4.16. Hasil Uji Homogenitas ...102 4.17. Hasil Uji Anava ...103


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2. Siklus Asam Sitrat ...………...……...49

2.3. Lintasan Detail Siklus Kreb’s ...50

2.4. Ringkasan alur Glukoneogenesis ...……….………….52

2.5. Siklus Urea .. ………55

2.6. Sel Target ...56

2.7. Cara Hormon Mencapai Sel Target ...57

4.1. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen I ………92

4.2. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen II ………...93

4.3. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Interaksi Sosial Tinggi ………….….97

4.4. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Interaksi Sosial Rendah ...……….…97

4.5. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Minat Belajar Tinggi ...99


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. RPP Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing ... 133

b. RPP Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 147

3. Lembar Kegiatan Peserta Didik... 160

4. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ... 163

5. Soal Tes Hasil Belajar ... 164

6. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar ... 170

7. Lembar Jawab Tes Hasil Belajar ... 171

8. Kisi-Kisi Interaksi Sosial Peserta Didik ... 172

9. Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik... 173

10. Lembar Jawab Interaksi Sosial Peserta Didik ... 176

11. Kisi-Kisi Minat Belajar Peserta Didik ... 177

12. Instrumen Minat Belajar Peserta Didik ... 179

13. Lembar Jawab Minat Belajar Peserta Didik ... 182

14. Rubrik Penilaian Sikap Kooperatif ... 183

15. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar ... 184

16. Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Interaksi Sosial ... 186

17. Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Minat Belajar ... 188

18. Data Induk Kelas Bamboo Dancing ... 190

19. Data Induk Kelas NHT ... 191

20. Foto Try-out ... 192

21. Foto Kelas Bamboo Dancing ... 193

22. Foto Kelas NHT ... 194

23. Data Normalitas, Homogenitas Hasil Belajar ... 196

24. Data T-test ... 198

25. Hasil Try-out ... 199


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 228

32. Surat Ijin Uji Coba Instrumen Penelitian ... 229

33. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba Instrumen Penelitian ... 230


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sosial dan Minat Belajar.” ( Sebuah Studi Kasus pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen) Tesis. Pembimbing : 1) Prof.Drs.Sutarno,M.Sc.,Ph.D. 2) Dra.Suparmi, MA.,Ph.D. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi; (2) Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (3) Pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (4) Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (5) Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (6) Interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap prestasi belajar biologi; (7) Interaksi model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil biologi.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilaksanakan pada bulan Juni 2010 – Maret 2011. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Tangen, Kabupaten Sragen semester gasal tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random sampling yang terdiri dari dua kelas. Satu kelas eksperimen I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan satu kelas eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk hasil belajar ranah kognitif, rubrik penilaian sikap kooperatif untuk ranah afektif, angket untuk interaksi sosial dan minat belajar peserta didik. Uji hipotesis penelitian menggunakan Anava dengan desain faktorial 2x2x2 dengan bantuan

software SPSS 12.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup; (2) Terdapat pengaruh interaksi sosial (tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar biologi; (3) Terdapat pengaruh minat belajar (tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar biologi; (4) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (5) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (6) Tidak terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (7) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif, Bamboo Dancing, NHT, interaksi sosial, minat belajar, hasil belajar, Ciri-Ciri Makhluk Hidup.


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Characteristics Material for student in Grade VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen academic year 2010/2011) Thesis. Advisors: 1) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D. 2) Dra. Suparmi, M.A.,Ph.D. Science Education Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University Surakarta, 2011.

The purposes of the research were to find out: (1) The effect of the use of cooperative learning model Bamboo Dancing and NHT type towards student’s achievement; (2) The effect of student’s social interaction towards student’s achievement; (3) The effect of student’s learning interest towards student’s achievement; (4) Interaction between cooperative learning model and student’s social interaction towards student’s achievement. (5) Interaction between cooperative learning model and student’s learning interest towards student’s achievement. (6) Interaction between student’s social interaction and students learning interest towards student’s achievement. (7) Interaction between cooperative learning model, student’s social interaction, and student’s learning interest towards student’s achievement.

The research used experimental method which carried out in June 2010-March 2011. The populations of this research were all students in grade VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen, semester 1 year 2010/ 2011. Sample of this research was determined by clusters random sampling technique consisting of two classes. An experimental class I used cooperative learning model Bamboo Dancing type and an experimental class II used cooperative learning model Numbered Heads Together type. The data was collected using test for student’s achievement, observation sheet for affective, and questionnaires for social interaction and learning interest. Hypotheses were tested using ANOVA with 2x2x2 factorial design using SPSS 12 software.

The result of this research indicated that: (1) There was an effect of the use of cooperative learning model throught Bamboo Dancing and Numbered Heads Together type towards student’s achievement on Living Things Characteristics material; (2) There was an effect of student’s social interaction (high and low) towards student’s achievement; (3) There was an effect student’s learning interest (high and low) towards student’s achievement; (4) There was not any interaction between cooperative learning model and student’s social interaction towards student’s achievement; (5) There was not any interaction between cooperative learning model and student’s learning interest towards student’s achievement; (6) There was not any interaction between student’s social interaction and student’s learning interest towards student’s achievement; (7) There was not any interaction between cooperative learning model, student’s social interaction, and student’s learning interest towards student’s achievement.

Keywords: Cooperative learning, Bamboo Dancing, NHT, social interaction, learning interest, student’s achievement, Living Things Characteristics.


(18)

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat hal itu, maka sistem pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kuantitas dan pengembangan kualitas serta aspek lahiriah dan aspek rohaniah. Itulah sebabnya pendidikan nasional kita dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.

Pentingnya pendidikan IPA dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sekarang ini dan di masa mendatang diharapkan dapat sesuai dengan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah, dengan adanya KTSP ini akan memungkinkan sekolah dapat menyesuaikan program pendidikannya dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Sekolah sebagai unit penyelenggara pendidikan dituntut untuk mengembangkan pembelajaran IPA dengan memperhatikan perkembangan dan tantangan masa depan, seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,serta globalisasi. Khususnya berkaitan dengan perubahan perilaku dan moral manusia.

Untuk mengantisipasi tuntutan global dan kemajuan IPTEK maka pembelajaran IPA ditujukan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi IPA serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar Biologi


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dapat diajarkan sesuai dengan hakikatnya, maka terlebih dahulu guru Biologi harus memahami dengan baik hakikat IPA. Disamping itu guru Biologi juga harus memahami dengan baik karakteristik materi Biologi, kondisi peserta didik serta keterampilan dasar mengajar seperti , kemampuan memilih dan menggunakan media atau model pembelajaran, serta menguasai materi pelajaran.

Mengajarkan ilmu kepada peserta didik dikatakan baik kalau memenuhi kriteria, yaitu sesuai dengan hakikat ilmu itu dan sesuai dengan pengetahuan tentang bagaimana peserta didik belajar. IPA sebagai ilmu juga harus diajarkan sesuai dengan hakikat IPA dan teori belajar yang mendasari pembelajaran IPA itu. Adapun hakikat IPA terdiri atas tiga komponen, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan (3) produk ilmiah.

Berdasarkan hakikat IPA di atas, maka proses atau keterampilan proses merupakan bagian dari pembelajaran Biologi, begitu pula sikap ilmiah dan materi yang dipelajari. Sikap ilmiah yang dikembangkan dalam pembelajaran Biologi secara luas bertujuan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik. Proses ilmiah atau metode ilmiah sebagai perangkat keterampilan kompleks yang harus dikuasai dalam pembelajaran Biologi. Proses ini misalnya pengamatan dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Dengan menggunakan sikap dan proses ilmiah maka akan diperoleh produk ilmiah yang berupa fakta, konsep, dan teori. Semua itu terjadi dalam pembelajaran Biologi.

Hasil belajar di SMP Negeri 2 Tangen, khususnya untuk mata pelajaran IPA tahun pelajaran 2009/2010 masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 60 yaitu diperoleh rerata 55. Selain itu, hasil ulangan peserta didik sebelum materi


(21)

Ciri-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ciri Makhluk Hidup, peserta didik yang tuntas dalam pembelajaran hanya mencapai 46%. Hal ini diprediksi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor guru dan peserta didik. Pertama, ditinjau dari faktor gurunya. Pembelajaran IPA (Biologi) di SMP Negeri 2 Tangen cenderung bersifat deklaratif. Akibatnya, peserta didik menjadi pasif, pembelajaran membosankan dan tidak menarik. Hal ini tidak sesuai dengan hakekat pendidikan IPA, yang tidak hanya mengutamakan produk atau hasil tetapi lebih berorientasi pada proses pembelajaran dan sikap dalam pembelajaran. Selain itu, meski secara keilmuan terjadi perubahan-perubahan (perkembangan) dalam pembelajaran IPA, namun kenyataannya pembelajaran IPA (Biologi) di SMP Negeri 2 Tangen masih cenderung berorientasi pada guru (teacher centered ). Guru

masih menekankan pada perannya sebagai penyampai materi pelajaran (transformator), sehingga hasil belajar yang dicapai dalam kegiatan belajar mengajar belum sesuai yang diharapkan atau masih di bawah KKM.

Dalam proses belajar mengajar, penguasaan materi, penguasaan metode dan teknik mengajar oleh guru merupakan faktor utama, selain faktor gaya mengajar, dan kepribadian guru sendiri. Kecenderungan guru mengajar selama ini kurang menggunakan metode yang bervariasi, sehingga suasana belajar nampak sangat monoton dan membosankan. Guru juga belum melaksanakan perannya sebagai mediator dan fasilitator sesuai anjuran yang terdapat dalam Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Hal ini mengakibatkan interaksi antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik sangat kurang. Akibatnya, lingkungan belajar yang tercipta juga kurang


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

harmonis, walaupun lingkungan secara fisik di sekolah sangat mendukung. Keadaan ini akan menghambat keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut relevan dengan pernyataan Herawati Susilo (2000) bahwa ”kunci keberhasilan belajar adalah partisipasi aktif peserta didik”. Sementara menurut Bloom dalam Herawati Susilo (2000:2.3) menyatakan bahwa besarnya partisipasi aktif peserta didik dalam belajar merupakan petunjuk yang baik tentang kualitas mengajar.

Guru cenderung hanya mengembangkan aspek kognitif saja, sementara dalam pembelajaran IPA ada tiga aspek yang harus dikembangkan yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Minds on).

Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi berbeda dengan penalaran. Aspek afektif menurut Krathwohl & Bloom dkk dalam Aunurrahman (2009:51), terdiri dari tujuh jenis/kategori perilaku yaitu, penerimaan, partisipasi, penilaian, atau penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan hidup (Heart on). Sedangkan, menurut Simpson dalam Aunurrahman (2009:52) psikomotor

yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas ( Hands on).

Kedua, ditinjau dari faktor peserta didiknya. Pembelajaran biologi menuntut adanya peran aktif peserta didik, karena salah satu karakteristik biologi adalah adanya proses ilmiah yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan atau eksperimen. Peserta didik di SMP Negeri 2 Tangen, belum dapat berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar. Peserta didik dalam pembelajaran masih bersifat individual, pasif,


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan kurang bergairah. Kondisi ini dapat dilihat dari kecenderungan peserta didik terhadap beberapa hal, antara lain : peserta didik hanya menerima informasi/materi dari guru secara pasif, peserta didik kurang menyenangi mata pelajaran Biologi dan lebih menyenangi pembelajaran yang bersifat fisik (olahraga), minat belajar rendah, kurang mampu bekerja sama dan kemampuan memahami konsep-konsep biologi rendah.

Apabila permasalahan di atas tidak teratasi dengan baik , maka akan berdampak pada lingkup yang lebih besar. Harapan pendidikan di Indonesia untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna hanya akan menjadi slogan. Ini merupakan tugas besar guru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran biologi yang terjadi di kelasnya.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran, sehingga kualitas mengajar menjadi lebih baik. Dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan oleh guru diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Selain itu model pembelajaran yang digunakan guru juga diharapkan dapat memberi keadilan bagi peserta didik kelompok bawah maupun kelompok atas. Selain itu, model pembelajaran juga diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan kerjasama untuk dapat menggali pengetahuan sesama teman secara bebas.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran biologi juga dipengaruhi oleh faktor minat dan interaksi sosial peserta didik. Minat sebagai pernyataan psikis yang menunjukkan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu materi pelajaran karena obyek tersebut menarik bagi dirinya. Pemusatan perhatian dalam proses


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembelajaran sangat diperlukan, karena kehadiran minat belajar dalam pribadi seseorang akan merangsang keinginan untuk belajar yang lebih besar Minat adalah juga sebagai daya penggerak di dalam diri untuk melakukan aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, guru diharapkan selalu dapat mengelola keadaan psikis peserta didiknya agar dapat menumbuhkan minat belajar yang tinggi. Hanya peserta didik yang memiliki minat belajar yang tinggi yang dapat mengikuti dengan seksama proses pembelajaran, sehingga kompetensi dasar dapat dicapai secara optimal. Hal ini juga selaras dengan pendapat Baharuddin dan Esa Nur W. (2007:24) yang menyatakan bahwa untuk membangkitkan minat belajar peserta didik diantaranya dengan cara membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan peserta didik untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar peserta didik ( kognitif, afektif, dan psikomotorik). Hal ini sesuai dengan hakikat pembelajaran biologi yang mengacu pada aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karenanya, guru biologi dituntut untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menarik agar dapat memotivasi peserta didik.

Interaksi sosial peserta didik juga penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. “Interaksi sosial peserta didik merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia”. (Soerjono Sukanto. 2007 : 55 ).Thibaut dan Kelley dalam M. Asrori. (2008:107 mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Sementara Chaplin dalam M. Asrori (2008:107) menyatakan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara beberapa individu yang bersifat alami dimana individu-individu itu saling mempengaruhi. Interaksi sosial dapat terjadi apabila dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Jadi, dalam proses pembelajaran apabila tanpa adanya interaksi sosial tidak akan tercapai seperti yang diharapkan. Dengan demikian, memfasilitasi kegiatan interaksi sosial dalam pembelajaran merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran.

Dengan demikian, guru dapat memilih model yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Arends dalam Wartono dkk.(2004), bahwa tidak ada model pengajaran yang lebih baik daripada model pengajaran yang lain. Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Setiap model pembelajaran memberikan peran yang berbeda kepada peserta didik, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial peserta didik.

Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), yang pada prinsipnya

merupakan proses pembelajaran berbasis kerja sama antar peserta didik dan antar komponen-komponen lain di sekolah. Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda untuk bekerja sama dan memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Jadi, model pembelajaran kooperatif ini cocok digunakan


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

untuk mewujudkan pembelajaran yang berorientasi pada student center. Oleh

karenanya, model pembelajaran kooperatif khususnya tipe pembelajaran Bamboo

Dancing dan NHT (Numbered Heads Together) adalah model pembelajaran dirasa

sangat cocok untuk meningkatkan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik. Dalam Bamboo Dancing peserta didik dalam kelas dibagi menjadi dua

kelompok besar, masing-masing kelompok besar anggotanya saling berpasangan, sehingga terbentuk pasangan awal untuk mendiskusikan materi atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Setelah selesai diskusi dengan pasangan awal, peserta didik berbagi informasi dengan peserta didik dari pasangan awal yang lain dengan bergeser searah jarum jam. Dalam model ini diharapkan peserta didik dapat bekerja sama, dan memiki keberanian serta kemampuan untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik yang lainnya.

Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu pembelajaran di mana peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam kelompok diberi nomor lalu guru memberikan tugas untuk dikerjakan masing-masing kelompok, kemudian guru memanggil nomor yang sama untuk melaporkan hasil kerja sama mereka. Dalam model ini peserta didik diharapkan dapat bekerja sama antar anggota kelompok, dan memiliki kesiapan serta keberanian untuk menjawab dan menjelaskan hasil diskusi dari pertanyaan yang diberikan oleh guru. Semua peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan hasil diskusinya. Dengan model ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, dan keberanian untuk mengemukakan pendapat pada peserta didik.


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari permasalahan di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Tangen, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif yang memperhatikan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar. Dalam hal ini model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing dan NHT ( Numbered Heads Together ).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, ada beberapa masalah pembelajaran di SMP Negeri 2 Tangen yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Secara umum hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPA (Biologi) di SMP Negeri 2 Tangen belum memuaskan.

2. Berbagai model pembelajaran telah banyak dikembangkan seperti PBL, CTL, Pembelajaran Kooperatif, namun belum dikembangkan.

3. Terdapat berbagai tipe dalam pembelajaran kooperatif seperti TPS, Bamboo Dancing, NHT, namun belum dikembangkan.

4. Peserta didik yang pasif dalam menerima pelajaran, dapat dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik, antara lain interaksi sosial, minat belajar, gaya belajar, motivasi belajar, keingintahuan, dan kesulitan belajar.

5. Interaksi sosial peserta didik dalam pembelajaran biologi belum diperhatikan. 6. Minat belajar peserta didik dalam pembelajaran biologi belum diperhatikan. 7. Pemahaman guru biologi tentang hakikat pembelajaran IPA masih kurang.


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. Guru biasanya hanya melakukan penilaian pada aspek kognitif saja, padahal ada tiga aspek yang harus dinilai yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

9. Ada berbagai materi yang dipelajari peserta didik kelas VII diantaranya materi Mikroskop, Ciri-Ciri Makhluk Hidup, Organisasi Kehidupan namun guru belum melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka masalah penelitian difokuskan pada:

1 Model pembelajaran Biologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT.

2 Interaksi sosial dikategorikan menjadi tinggi dan rendah, yang diteliti meliputi lima komponen, yaitu kerja sama, persesuaian, perpaduan, persaingan, dan pertentangan, yang dikategorikan menjadi

3 Minat belajar dikategorikan menjadi tinggi dan rendah, meliputi tiga komponen yaitu keinginan/hasrat, kecenderungan melakukan aktivitas, dan perasaan suka/tak suka.

4 Materi pelajaran yang digunakan adalah tentang Ciri-Ciri Makhluk Hidup sesuai Kompetensi Dasar 6.1. Mengidentifikasi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

5 Hasil belajar peserta didik diukur melalui tes formatif untuk aspek kognitif setelah penelitian dilakukan dan rubrik penilaian sikap kooperatif untuk untuk aspek afektif.


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo

Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi ?

2. Apakah ada pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi ?

3. Apakah ada pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi ?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo

Dancing dan NHT dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar

biologi ?

5. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo

Dancing dan NHT dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar

biologi ?

6. Apakah ada interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi ?

7. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan

NHT, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

3. Pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

4. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

5. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

6. Interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

7. Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis

a. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi

ditinjau dari interaksi sosial dan minat belajar peserta didik.

b. Untuk menambah dan mengembangkan pembelajaran IPA (biologi) dalam mendukung teori-teori belajar yang sudah ada sehubungan dengan masalah yang diteliti.


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Secara Praktis a. Guru

(1) Sebagai masukan untuk memperbaiki kemampuan guru dalam menggunakan strategi pembelajaran sehingga dapat meminimalkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi.

(2) Lebih terdorong untuk berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan pembelajaran biologi yang efektif, menyenangkan, dan bermakna.

b. Peserta didik

(1) Terlatih menjalin kerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat orang lain,meningkatkan minat / motivasi belajar, belajar lebih bermakna, dan ada perubahan norma yang positif yang berhubungan dengan hasil belajar.

c. Peneliti lain

(1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain untuk melakukan pengembangan penelitian yang sejenis.


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Teori Belajar

Belajar merupakan komponen yang paling vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Gagne dalam Agus Suprijono (2009:2) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Belajar ialah proses yang memungkinkan organisme mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit banyak bersifat permanen. Jadi, belajar adalah proses dan belajar dikatakan telah terjadi bila terdapat perubahan tingkah laku.

Perubahan tingkah laku dapat melalui dua cara yaitu lewat interaksi dengan lingkungan dan lewat kematangan, karena pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi di dalam diri siswa. Hal ini juga sejalan dengan teori belajar Piaget, yang memiliki prinsip, (a) manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, kepribadian, sosioemosional, kognitif, dan bahasa; (b) pengetahuan datang melalui tindakan; (c) perkembangan kognitif sebagian besar tergantung seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan.

Morgan dalam Agus Suprijono (2009:3) mengatakan bahwa, belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharuddin dan Esa N.W.(2010:13) menyatakan bahwa belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Hal ini merupakan pengertian belajar secara luas. Dalam pengertian sempit, kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Belajar adalah penambahan pengetahuan. Guru memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk menerima / mengumpulkan dan menghafalnya (Sardiman. 2010 : 20). Seperti yang dikatakan Reber dalam Agus Suprijono (2009:3), menyatakan bahwa belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Pada kenyataannya belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan banyak dianut. Sudah barang tentu pengertian belajar seperti ini secara esensial belum memadai. Dari pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku melalui proses sistemik yang dinamis dan konstruktif sehingga memperoleh pengalaman dari hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

Dari beberapa pengertian belajar di atas pada prinsipnya belajar adalah suatu proses yang menimbulkan suatu perubahan perilaku. Belajar merupakan hasil pengalaman. Dengan demikian, belajar memerlukan waktu.

Beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori belajar yang mendasari pembelajaran biologi diantaranya :


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Teori pembelajaran kognitif yang terkenal adalah teori Jean Piaget. Menurut Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa akan mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat perkembangan kognitif tersebut adalah : (1) sensori motor (usia 0-2 tahun); (2) pra-operasional (usia 2-7 tahun); (3) operasional konkrit (usia 7-11 tahun); (4) operasional formal (usia 11-dewasa). Perkembangan kognitif merupakan perubahan yang bertautan, bertahap sedemikian rupa sehingga proses mental menjadi semakin kompleks dan canggih.

Tingkat perkembangan peserta didik usia SMP kelas VII adalah pada tingkat operasional konkrit menuju operasional formal. Pada tingkatan ini peserta didik mendapatkan kemampuan memecahkan masalah-masalah konkrit secara logis. Peserta didik dapat menerima pandangan orang lain, bahasa komunikatif dan sosial serta dapat memencar persepsi lebih lanjut dan dapat mengikuti transformasi. Hal ini terjadi dalam pembelajaran menggunakan NHT pada tahap berpikir bersama dalam

kelompok.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa besar anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannnya. Implikasi penting dalam pembelajaran biologi dari teori Piaget dalam Baharruddin dan Esa N.W.(2010:118) dan Paul Suparno (2006:30-32) adalah: a) Menyesuaikan diri dengan lingkungannya (skemata); b) Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya (asimilasi); c) Memperhatikan peranan dan inisiatif peserta didik, serta keterlibatannya secara aktif dalam kegiatan pembelajaran (akomodasi); d) Memaklumi adanya perbedaan


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

individual, maka kegiatan pembelajaran diatur dalam bentuk kelompok (keseimbangan/equilibrium).

Asimilasi merupakan suatu proses, individu secara kognitif mengadaptasikan diri terhadap lingkungan. Pada pembelajaran model kooperatif tipe Bamboo Dancing

asimilasi terjadi pada saat peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya, sedangkan pada pembelajaran model kooperatif tipe NHT asimilasi terjadi pada saat berpikir bersama. Begitu pula untuk proses adaptasi akomodasi dan equilibrium.

Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-program yang menekankan pada : pertama, pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian langsung alat, bahan, atau media belajar yang lain, dan kedua, peranan guru sebagai seseorang yang mempersiapkan lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar yang luas.

Berdasarkan teori Piaget di atas, bahwa perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan informasi terpisah, namun lebih merupakan pengkonstruksian oleh peserta didik suatu kerangka mental untuk memahami lingkungan mereka. Jadi, dalam melaksanakan pembelajaran penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dapat dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Bamboo Dancing dan NHT.

b. Teori Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan teori penting dalam psikologi perkembangan. Sumbangan paling penting dari teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky dalam Herawati Susilo (2000:1.45)


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menyatakan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Pembelajaran akan terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada dalam zone of proximal development (ZPD). Zone of proximal development adalah

perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Ide penting lain dari Vygotsky adalah scaffolding yang berarti memberikan sejumlah besar

bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.

Menurut Herawati Susilo (2000:1.44) ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pembelajaran biologi. Pertama adalah dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar peserta didik, sehingga peserta didik dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD. Kedua, dalam pengajaran menekankan scaffolding, peserta didik semakin lama semakin

bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri.

Teori Vygotsky inilah yang menjadi landasan dalam penerapan dan pengembangan pembelajaran kooperatif. Peserta didik dalam membangun pengetahuannya selain harus mengalami diperlukan adanya kerja kelompok dan interaksi sosial dengan pihak luar untuk memfasilitasi dan mengarahkan agar proses konstruksi terarah. Interaksi sosial di sini adalah interaksi sesama peserta didik, guru,


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan lingkungan yang lain. Hal ini terjadi pada pembelajaran kooperatif tipe Bamboo

Dancing pada tahap berdiskusi dalam kelompok dan NHT pada tahap berpikir

bersama.

c. Teori Belajar Gagne

Menurut Gagne, belajar ialah suatu proses yang memungkinkan organisme mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit banyak bersifat permanen. Belajar merupakan proses dan telah terjadi apabila terdapat perubahan perilaku. Perubahan perilaku dapat melalui dua cara belajar, yaitu pertama lewat interaksi dengan lingkungan dan cara yang kedua lewat kematangan, karena pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada diri peserta didik.

Implikasi teori belajar Gagne dalam pembelajaran biologi adalah : Gagne beranggapan adanya learning hierarchy. Keberhasilan mempelajari sesuatu

kemampuan tergantung kepada ada tidaknya kemampuan yang lebih sederhana yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu belajar harus dimulai dari yang paling sederhana kemudian yang kompleks.

Menurut Gagne terdapat lima kemampuan manusia yang harus dicapai dalam pembelajaran biologi. Lima kemampuan hasil belajar tersebut tiga diantaranya bersifat kognitif (keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal), satu bersifat afektif (sikap), dan yang lain bersifat psikomotorik (keterampilan motorik). Lima kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing maupun NHT mulai dari tahap penyampaian tujuan sampai

evaluasi melalui presentasi untuk Bamboo Dancing dan tahap menjawab untuk NHT.

Keterampilan intelektual (keterampilan berpikir) adalah kemampuan yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu seperti membaca, menghitung, dan


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menganalisis. Ini merupakan keterampilan prasyarat untuk menguasai keterampilan berikutnya. Strategi kognitif (proses terkendali) adalah suatu bentuk khusus dari keterampilan berpikir yang sangat penting bagi seseorang untuk memecahkan masalah yang berasal dari proses internal yang digunakan untuk mengubah cara belajar, mengingat, dan cara berpikir. Informasi verbal adalah kemampuan yang diperoleh dengan jalan menghafal. Keterampilan motorik yaitu kemampuan yang melibatkan koordinasi otot, gerakan, mata, dan indera yang lain. Di dalam kegiatan praktikum banyak kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik. Sikap, yaitu keadaan pada peserta didik yang akan mempengaruhi dan mengubah tindakan yang dipilihnya.

2. Pembelajaran dan Pengajaran

Agus Suprijono (2009:11) menyatakan bahwa ’pembelajaran merupakan terjemahan dari learning’. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses,

cara, perbuatan mempelajari. Menurut Syaiful Sagala (2008:61) pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Menurut Wartono dkk. (2004:15), pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap barupada saat seseorang/individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan, terjadi sepanjang waktu dan di mana saja.

Pembelajaran biologi adalah pengembangan pengetahuan biologi, keterampilan proses sains, atau sikap ilmiah pada saat seseorang individu berinteraksi dengan


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

informasi dan lingkungan. Pembelajaran terjadi di sepanjang waktu. Dengan kata lain bahwa pembelajaran biologi merupakan sebuah proses yang alami atau proses perubahan yang terjadi karena reaksi terhadap sesuatu yang dihadapi di alam ini.

Berdasarkan makna leksikal, pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajarkan. Pengajaran adalah proses penyampaian. Pengajaran adalah proses mekanis. Menurut Wartono dkk.( 2004:15 ), ”pengajaran adalah susunan informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi pembelajaran”. Yang dimaksud lingkungan di sini adalah tidak hanya tempat di mana pengajaran berlangsung tetapi juga metode, media, dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi dan membimbing peserta didik belajar. Jadi perbedaan esensiil pada istilah pembelajaran dan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran.

Jadi, proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan, dan penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara peserta didik berinteraksi dengan informasi itu.

3. Model Pembelajaran

Mills dalam Agus Suprijono (2009:45) berpendapat bahwa, model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran, pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas maupun tutorial. Menurut Arends dalam Agus Suprijono (2009:46) menyatakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Merujuk pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan perancang pembelajaran untuk merencanakan aktivitas belajar mengajar. Selain itu model pembelajaran juga dapat membantu peserta didik dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.

Model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Pada awalnya model pembelajaran dikembangkan oleh Bruce, Joyce, Weil, dan Showers dan digunakan untuk dua alasan penting. Pertama, model mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Satu model pembelajaran dapat menggunakan sejumlah keterampilan metodologis dan prosedural, seperti merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian, berdiskusi dan memperdebatkan temuan, bekerja secara kolaboratif, menciptakan karya seni, dan melakukan presentasi.


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Model pembelajaran dalam Wartono dkk (2004 :1) mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri tersebut adalah (1) rasional teoritik yang logis; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar; (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan; (4) lingkungan belajar yang diperlukan.

Kedua, model pembelajaran berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting untuk memfokuskan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaksnya, dan sifat lingkungan belajarnya. Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain.

Sintaks suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks dari bermacam-macam model pembelajaran mempunyai komponen-komponen yang sama. Semua pembelajaran diawali dengan menarik perhatian peserta didik dan memotivasi peserta didik. Demikian pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap ” menutup pelajaran ” dengan merangkum pokok-pokok pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dengan bimbingan guru. Namun, antara sintaks yang satu dengan yang lainnya juga mempunyai perbedaan, yang berlangsung di antara pembukaan dan penutupan.

Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada peserta didik, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial peserta didik. Misalnya, belajar secara kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel yang meliputi tersedianya meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Proses demokrasi dan peran aktif peserta


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

didik sangat diperlukan untuk menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.

Menurut Arends dan para pakar pembelajaran yang lain dalam Wartono dkk (2004:1), menyatakan bahwa tidak ada model pengajaran yang lebih baik daripada model pengajaran yang lain. Guru perlu menguasai berbagai macam model pengajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beranekaragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah. Dengan demikian guru dapat memilih model yang sangat baik untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu atau yang sangat sesuai dengan lingkungan belajar atau sekelompok peserta didik tertentu.

Menguasai sepenuhnya model-model pengajaran yang banyak diterapkan merupakan proses belajar seumur hidup. Model pengajaran yang dimaksud adalah pengajaran langsung, belajar secara kooperatif, dan pengajaran berdasarkan masalah. Kunci penting dalam menggunakan model pengajaran adalah tidak terlalu menyimpang dari sintaks model atau lingkungan belajar yang diperlukan, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Depdiknas (2004:11-12) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda”. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Sedangkan menurut Herawati Susilo (2000:1.57) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memanfaatkan kecenderungan peserta didik untuk berinteraksi dan menerapkan keterampilan tertentu, serta mengandalkan peranan tugas dan peranan hubungan kerja di dalam kelompok untuk mencapai hasil belajar bersama. Menurut Slavin (2010:8) inti dari pembelajaran kooperatif adalah peserta didik duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009:15) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Jadi, dalam pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada peserta didik keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran.Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Ditinjau dari pendapat tersebut, maka yang dikehendaki adalah susunan kelas berbentuk pembelajaran koopratif.

Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan pembelajaran efektif, yang bercirikan : (1) memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2009:58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran kooperatif harus diterapakan. Lima unsur tersebut adalah positive interdependence (saling

ketergantungan positif), personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), face

to face promotif interaction ( interaksi promotif ), interpersonal skill ( komunikasi

antar anggota ), dan group processing ( pemrosesan kelompok ).

Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif. Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan

kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual. Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi individu yang kuat. Tanggung jawab individu adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.

Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif. Unsur ini dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri interaksi promotif adalah saling membantu, saling memberi informasi dan sarana, memproses informasi bersama, saling mengingatkan, saling percaya dan saling memotivasi untuk keberhasilan bersama.

Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Dalam pencapaian tujuan peserta didik harus saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, dan mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa dari anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak dapat diketahui.

Menurut Slavin (2010 : 4), dikatakan bahwa cooperative learning mempunyai

tiga karakteristik : (1) Peserta didik bekerja dalam tim-tim belajar kecil; (2) Peserta didik didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik atau dalam melakukan tugas kelompok; (3) Peserta didik diberi imbalan atau hadiah atau dasar prestasi. Anita lie (2008:18,28) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif didasari oleh semangat gotong royong.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar berupa prestasi akademik, mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan teman sekelas yang lemah bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan kesadaran bahwa peserta didik perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuannya. Untuk mencapai hasil belajar itu diperlukan kerja sama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas

berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada

derajat kerja sama atau kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun

reward. Selain itu, model ini juga unggul dalam membantu peserta didik memahami


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan uraian di atas dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang ada hubungannya dengan kerjasama dan pengembangan komunikasi antar anggota kelompok. Dalam pembentukan kelompok harus heterogen. Heterogen dalam hal prestasi belajar, kemampuan komunikasi, aktifitas sosial dan jenis kelamin.

Dalam pembelajaran kooperatif ada enam tahap, yaitu: (1) Tahap 1,

menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik. Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar; (2) Tahap 2, menyajikan informasi/memperkenalkan materi. Guru

menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demostrasi atau lewat bahan bacaa;. (3) Tahap 3, mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok

belajar. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien; (4) Tahap 4, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka; (5) Tahap 5, evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya; (6) Tahap 6, memberikan penghargaan. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Hanafiah (2009 : 56) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing ( tari bamboo ) bertujuan agar peserta didik saling berbagi

informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur. Metode ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antarpeserta didik. Anita Lie (2008:67) menyatakan bahwa salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan peserta didik untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.

Menurut Agus Suprijono (2009:98), pembelajaran dengan Bamboo Dancing ini

diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik di papan tulis atau guru bertanya jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap mengikuti pelajaran yang baru.

Tahap berikutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam satu kelas ada 36 peserta didik, maka tiap kelompok besar terdiri 18 peserta didik. Mengatur sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar 18 peserta didik berdiri berjajar dan saling berhadapan. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal. Guru membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu, peserta didik diberi waktu yang cukup untuk mendiskusikan tugas yang diterimanya.

Usai berdiskusi dalam kelompok awal, tiap-tiap kelompok besar berdiri berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya. Pergeseran baru berhenti apabila tiap peserta didik kembali ke pasangan awalnya.

Hasil diskusi di tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi dalam presentasi kelas, agar pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.

Dari uraian di atas, tahap 1: Menyampaikan tujuan dan motivasi, tahap 2: pengenalan topik dan sumbang saran, tahap 3: membagi kelas menjadi 2 kelompok besar, tahap 4: berdiskusi dalam kelompok awal dan kelompok besar, tahap 5: Evaluasi melalui presentasi kelas, tahap 6: pemberian penghargaan, membuat rangkuman.

Pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing ini, memiliki keunggulan dan

kelemahan. Adapun keunggulan dari Bamboo Dancing adalah peserta didik akan

lebih bertanggung jawab akan tugasnya, berusaha untuk bisa bekerja sama dengan sesama teman dan terfokus, berusaha untuk bisa menyampaikan informasi dengan baik, secara individu maupun kelompok dapat mencapai kompetensi yang diharapkan, memperoleh reward yang membanggakan. Proses dari metode ini akan

membawa dampak yang besar bagi peserta didik untuk pembelajaran dan kehidupan selanjutnya. Apabila penggunaan tipe Bamboo Dancing ini belum dikelola dengan baik, maka akan memiliki kelemahan yaitu adanya kegaduhan sehingga mengganggu konsentrasi peserta didik yang lain.


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Anita Lie ( 2008:59) menyatakan bahwa metode NHT memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban paling tepat. Selain itu, metode ini juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. NHT bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia didik.

NHT atau Penomoran-Berpikir-Bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan melibatkan para peserta didik dalam melihat kembali bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah seperti berikut ini. Tahap 1: Penomoran ( Numbering ). Guru membagi peserta didik ke dalam

kelompok beranggotakan 3-5 orang atau disesuaikan dengan jumlah konsep yang dipelajari dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5 atau disesuaikan. Tahap 2 : Mengajukan Pertanyaan ( Questioning ). Guru mengajukan

sebuah pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau berbentuk arahan. Tahap 3 : Berpikir bersama (Heads Together). Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap

jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban itu. Tahap 4 : Menjawab (Answering ). Guru memanggil suatu

nomor tertentu, kemudian peserta didik yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT ini memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai berikut: a) Keunggulan : dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, dan keberanian untuk mengemukakan pendapat pada peserta didik yang lain.; b) Kelemahan : membutuhkan waktu persiapan yang lama dan kurang efektif untuk kelas yang terlalu banyak jumlah peserta didiknya.

7. Interaksi Sosial

Interaksi akan selalu berkaitan dengan istilah komunikasi atau hubungan. Dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator. Hubungan antara komunikator dengan komunikan biasanya karena menginteraksikan sesuatu. Kegiatan komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakiki dalam kehidupannya. Dinamika kehidupan masyarakat akan senantiasa bersumber dari kegiatan komunikasi dan interaksi dalam hubungannya dengan pihak lain dalam kelompok.( Sardiman .2010:7). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan interaksi sosial peserta didik adalah adanya sosialisasi individu yang terjadi di tiga lingkungan utama, yaitu: lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.(M.Asrori. 2008:112). Pendapat tersebut sejalan dengan H.Bonner dalam Abu Ahmadi (2007:49) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam kehidupan bersama tak akan mungkin tanpa interaksi sosial, karena interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan di dunia ini. Antar individu saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara dan saling kontak fisik. Aktivitas-aktivitas seperti itu merupakan bentuk interaksi sosial. Menurut Soerjono Soekanto (2007:55) menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia.

Interaksi sosial dapat terjadi apabila adanya kontak sosial (social-contact) dan

adanya komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, dan antarkelompok. Selain itu, suatu kontak dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Adanya komunikasi, seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Beberapa tokoh yang berpendapat tentang bentuk interaksi sosial dalam Soejono Soekanto (2007 : 65) antara lain : Gillin dan Gillin menggolongkan interaksi sosial menjadi dua yaitu proses yang asosiasif (akomodasi, asimilasi, dan akulturasi) dan proses yang disasosiatif (persaingan, pertentangan ). Kimball Young berpendapat bahwa bentuk interaksi sosial adalah oposisi (persaingan dan pertentangan), kerja sama (kooperatif) yang menghasilkan akomodasi, dan diferensiasi (tiap individu mempunyai hak dan kewajiban atas dasar perbedaan usia, seks, dan pekerjaan). Menurut Tomatsu Shibutani, bentuk interaksi adalah akomodasi dalam situasi rutin, ekspresi pertemuan dan anjuran, interaksi strategis dalam pertentangan, dan pengembangan perilaku massa.


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa bentuk interaksi sosial adalah kerja sama (cooperation), persaingan (competition), perpaduan (asimilasi),

akomodasi (accomodation), dan pertentangan atau pertikaian (conflict).

Interaksi sosial merupakan proses komunikasi sosial dan terjadinya kontak fisik antara dua individu atau lebih dalam mencapai tujuan yang ingin diraih. Menurut Soerjono Soekanto (2007: 57) berlangsungnya interaksi sosial didasarkan pada beberapa faktor, yaitu : (1) Imitasi. Faktor imitasi memiliki peranan penting dalam

proses interaksi sosial. Imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Selain itu, imitasi dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang; (2)Sugesti. Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan

atau sustu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Berlangsungnya sugesti pada saat seseorang tidak dapat berpikir secara rasional (emosi); (3) Identifikasi. Faktor identifikasi merupakan

kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya, maupun dengan disengaja karena sering kali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya. Meskipun identifikasi dapat terjadi dengan sendirinya, dalam proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan dimana seseorang yang teridentifikasi bener-benar mengenal orang lain, sehingga pandangan, sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain dapat menjiwainya. Jadi, proses identifikasi memberikan pengaruh yang kuat dalam proses interaksi sosial; (4)Simpati. Proses simpati merupakan proses dimana merasa tertarik kepada orang


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Interaksi sosial (tinggi dan rendah) peserta didik berpengaruh terhadap hasil

belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Rerata hasil belajar peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi lebih baik yaitu 78,8 daripada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah yang memperoleh rerata hasil belajar 64,5. Jadi, interaksi sosial diperlukan peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar biologi. Pada proses pembelajaran biologi materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup diketahui semakin tinggi interaksi sosial peserta didik semakin tinggi pula hasil belajarnya.

3. Minat belajar (tinggi dan rendah) peserta didik berpengaruh terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Rerata hasil belajar peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik yaitu 80,3 daripada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah yang memperoleh rerata hasil belajar 62,4. Peserta didik dengan minat yang tinggi terhadap pelajaran biologi merupakan kekuatan pendorong yang memaksa peserta didik menaruh perhatian pada peserta didik yang lain dan guru, serta situasi atau aktivitas di dalamnya. Dengan demikian akan mempermudah mempelajari dan memahami materi yang dipelajari. Jadi, dengan minat belajar tinggi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran biologi materi Ciri-Ciri Makhluk hidup.

4. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi memperoleh rerata hasil belajar lebih baik daripada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah, walaupun menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bamboo Dancing maupun NHT. Pada proses pembelajaran biologi menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT , semakin tinggi interaksi sosial peserta didik semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sehingga, apapun model pembelajaran yang diterapkan kepada peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, sedangkan peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah cenderung memperoleh hasil belajar yang rendah pula, pengaruh yang ditimbulkan antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial terhadap hasil belajar biologi saling independen, maka tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

5. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi memperoleh rerata hasil belajar lebih baik daripada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah, walaupun menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing

maupun NHT. Pada proses pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT , semakin tinggi minat belajar peserta didik semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sehingga, apapun model pembelajaran yang diterapkan kepada peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula. Sedangkan peserta didik yang memiliki minat belajar rendah akan memperoleh hasil belajar yang rendah pula. Karena pengaruh antara model pembelajaran kooperatif dan


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id minat belajar yang ditimbulkan saling independen, maka tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk.

6. Tidak terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar tinggi memperoleh rerata hasil belajar yang tinggi, sedangkan peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah dan minat belajar rendah memperoleh rerata hasil belajar yang rendah. Interaksi sosial dan minat belajar peserta didik berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup, tetapi pengaruh yang ditimbulkan saling independen sehingga tidak terdapat interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

7. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif baik tipe Bamboo Dancing maupun NHT yang memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar tinggi memperoleh rerata hasil belajar lebih baik daripada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah dan minat belajar rendah. Dalam hal ini model pembelajaran kooperatif, interaksi sosial, dan minat belajar berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Akan tetapi, pengaruh yang ditimbulkan saling independen sehingga tidak terdapat interaksi antara model


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembelajaran kooperatif, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, penelitian ini memberikan implikasi sebagai berikut :

1. Implikasi Teoritis

a. Memperluas pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

b. Penggunaan model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran yang akan disampaikan.

2. Implikasi Praktis

a. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar biologi khususnya pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

b. Dalam pembelajaran, guru seharusnya memperhatikan tingkat interaksi sosial dan minat belajar peserta didik.

c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sangat efektif untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia didik.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Kepada Guru Biologi

a. Guru hendaknya dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup atau materi lainnya.

b. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT hendaknya dipersiapkan LKS, yang dilengkapi dengan soal untuk tiap nomor peserta didik, guru telah mengobservasi lingkungan yang akan digunakan untuk pembelajaran.

c. Sebelum pelaksanaan pembelajaran perlu diukur tingkat interaksi sosial dan minat belajar peserta didik.

d. Perlu ditingkatkan interaksi sosial dan minat peserta didik dengan cara memberi masalah dan contoh materi yang menarik.

e. Guru dalam membagi kelompok hendaknya benar-benar heterogen agar hasil yang diharapkan dapat maksimal.

f. Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik, peserta didik perlu mengadakan pengamatan secara langsung di lingkungan, sekitar rumah, atau laboratorium secara individu maupun kelompok sebagai bekal dalam proses pembelajaran.

2. Kepada Pihak Sekolah

a. Pihak sekolah hendaknya selalu berusaha agar peserta didik tetap bersemangat untuk belajar, menyukai pelajaran yang dipelajari, serta menjadikan belajar sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga peserta didik betah untuk belajar di sekolah dan di tempat belajar lainnya.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Pihak sekolah hendaknya dapat menciptakan lingkungan sekolah sebagai

lingkungan yang dapat menjadi sarana belajar bagi peserta didik.

c. Pihak sekolah hendaknya memenuhi sarana dan prasarana pembelajaran, agar proses pembelajaran dapat berjalan maksimal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

3. Kepada Peneliti

a. Pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini belum optimal, hal ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengoptimalkan pelaksanaannya.

b. Hendaknya model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian sudah dipraktikkan pada peserta didik yang akan dijadikan sebagai sampel sebelum penelitian dilaksanakan.

4. Kepada Pengelola Pendidikan

a. Masih banyak guru yang belum memahami penggunaan model-model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran, untuk itu hendaknya pengelola pendidikan mengadakan pelatihan untuk guru yang berhubungan dengan pembelajaran.

5. Kepada Peserta Didik

a. Setiap peserta didik hendaknya memiliki interaksi sosial dan minat belajar yang tinggi serta aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar dapat meningkat.

b. Setiap peserta didik hendaknya bersungguh-sungguh dan selalu konsentrasi dalam proses pembelajaran.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

The Effectiveness of Numbered Heads Together Technique (NHT) Toward Students’ Reading Ability on Descriptive Text A Quasi Experimental Study at the Second Grade of SMPN 2 Tangerang Selatan in Academic Year 2013/2014

1 9 128

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Bamboo Dancing untuk meningkatkan Hasil belajar IPS Siswa kelas IV

0 21 202

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR

0 0 7

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN ROUNDTABLE

0 1 10

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

0 2 10