Gizi dan Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Kebutuhan energi seseorang menurut FAOWHO 1985 yang diacu oleh Almatsier 2002 adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi. Pengeluaran energi tergantung dari ukuran, komposisi tubuh, dan tingkat aktivitas yang dilakukan. Pada ibu hamil, kebutuhan energi termasuk kebutuhan untuk pembentukan jaringan- jaringan baru. Selama hamil, perempuan memerlukan tambahan energi untuk pertumbuhan janin, plasenta, dan jaringan tambahan lainnya. Ibu hamil memerlukan energi yang lebih dari makanan, sekitar 300 kalori lebih banyak daripada wanita yang tidak hamil. Energi lebih itu hanya diperlukan selama tiga bulan kedua dan ketiga dari kehamilan. Apabila ibu hamil berusia 19-29 tahun, maka angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan per hari adalah seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi AKG Rata-rata yang Dianjurkan untuk Ibu Hamil 19-29 tahun per orang per hari Kriteria AKG Ibu Non Hamil AKG Ibu Hamil trimester 2 dan 3 Energi 1900 kkal 2200 kkal Karbohidrat 300 g 330 g Lemak 55 g 60.5 g Protein 50 g 67 g Vitamin A 500 RE 800 RE Asam Folat 400 µ g 600 µ g Vitamin C 75 mg 85 mg Besi 26 mg 35 dan 39 mg Seng 9.3 mg 13.5 dan 19.1 mg Iodium 150 µ g 200 µ g LIPI, 2004

2. Gizi dan Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza, yang berarti makanan. Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan Almatsier, 2002. Zat gizi dapat diperoleh melalui konsumsi makanan. Semua bahan yang dapat dijadikan makanan, umum disebut sebagai pangan. Selanjutnya, menurut Kartasapoetra dan Marsetyo 2002, status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Beberapa vitamin dan mineral yang penting dalam masa kehamilan, antara lain adalah vitamin A, vitamin C, asam folat, zat besi, seng, dan iodium. Menurut Sizer dan Whitney 2000, berkaitan dengan kehamilan, vitamin A dalam bentuk retinol diperlukan untuk perkembangan janin dalam kandungan. Telah diketahui bahwa hewan betina dengan status vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan Almatsier, 2002. Defisiensi besi terutama menyerang golongan rentan, seperti anak-anak, remaja, ibu hamil, dan menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah. Zat besi diperlukan untuk mengikat oksigen yang diperlukan untuk energi metabolisme sel, pembentukan sel-sel baru, asam amino, hormon-hormon, dan neurotransmiter. Terbatasnya asupan oksigen akan menghambat energi metabolisme sel. Umumnya, penyerapan besi dari makanan hanya sebesar 10- 15, tetapi saat kebutuhan besi meningkat seperti pada kehamilan, penyerapan besi pun meningkat Almatsier, 2002. Vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen, meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, mencegah pembentukan nitrosamin yang bersifat karsinogenik, dan absorpsi besi dalam bentuk nonhaem meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Kolagen adalah protein yang menjadi dasar pembentukan jaringan penghubung; pembentukan jaringan ini juga diperlukan oleh fetus Sizer dan Whitney, 2000. Folat membantu sintesis DNA yang diperlukan untuk pembentukan sel- sel baru. Berkaitan dengan kehamilan, kekurangan folat dapat mengubah morfologi inti sel terutama sel-sel yang sangat cepat membelah, seperti serviks rahim. Menurut Sizer dan Whitney 2000, kekurangan asam folat pada ibu hamil terutama dapat menyebabkan neural tube defects pada anak yang dilahirkan. Neural tube defects menyebabkan kerusakan tulang belakang, retardasi mental, kerusakan otak, dan kematian anak tidak lama setelah kelahiran. Kekurangan asam folat selama kehamilan dapat berakibat buruk karena peran utamanya dalam metabolisme asam nukleat dan juga akan mempengaruhi replikasi DNA dan aktivitas mitosis. Lebih lanjut, diketahui bahwa panas dari pemasakan dan proses oksidasi yang terjadi selama penyimpanan merusak sebanyak setengah dari kandungan folat dalam makanan. Defisiensi seng dapat terjadi pada ibu hamil. Kekurangan seng mengganggu fungsi tiroid, memperlambat energi metabolisme tubuh, dan menghilangkan nafsu makan. Hal tersebut sangat tidak diinginkan pada ibu hamil yang memerlukan energi metabolisme dan asupan makanan yang cukup untuk aktivitas dirinya dan janinnya. Seng adalah kofaktor enzim sehingga berperan dalam sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida, asam nukleat, dan kolagen. Kekurangan seng yang terjadi pada masa kehamilan tikus telah memberikan efek pada pertumbuhan fetus, yaitu secara umum terjadi kesalahan pembentukan pada hampir semua organ. Apabila kekurangan terjadi pada pertengahan periode kehamilan 6-14 hari maka fetus berukuran kecil Winick, 1976 yang dikutip oleh Dhopeshwarkar, 1983. Gejala kekurangan iodium pada ibu hamil dapat menyebabkan bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikenal sebagai kretinisme. Menurut Almatsier 2002, hal tersebut dapat dicegah apabila kekurangan iodium tersebut terdeteksi dan diobati pada enam bulan pertama kehamilan. Apabila hal tersebut tidak berhasil dilakukan, anak yang lahir akan memiliki IQ Intelligent Quotient sekitar 20, sehingga kemampuan belajarnya rendah.

3. Masalah Gizi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kualitas Sumber