retardasi mental, kerusakan otak, dan kematian anak tidak lama setelah kelahiran. Kekurangan asam folat selama kehamilan dapat berakibat buruk
karena peran utamanya dalam metabolisme asam nukleat dan juga akan mempengaruhi replikasi DNA dan aktivitas mitosis. Lebih lanjut, diketahui
bahwa panas dari pemasakan dan proses oksidasi yang terjadi selama penyimpanan merusak sebanyak setengah dari kandungan folat dalam
makanan. Defisiensi seng dapat terjadi pada ibu hamil. Kekurangan seng
mengganggu fungsi tiroid, memperlambat energi metabolisme tubuh, dan menghilangkan nafsu makan. Hal tersebut sangat tidak diinginkan pada ibu
hamil yang memerlukan energi metabolisme dan asupan makanan yang cukup untuk aktivitas dirinya dan janinnya. Seng adalah kofaktor enzim sehingga
berperan dalam sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida, asam nukleat, dan kolagen. Kekurangan seng yang terjadi pada masa kehamilan
tikus telah memberikan efek pada pertumbuhan fetus, yaitu secara umum terjadi kesalahan pembentukan pada hampir semua organ. Apabila kekurangan
terjadi pada pertengahan periode kehamilan 6-14 hari maka fetus berukuran kecil Winick, 1976 yang dikutip oleh Dhopeshwarkar, 1983.
Gejala kekurangan iodium pada ibu hamil dapat menyebabkan bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan
yang dikenal sebagai kretinisme. Menurut Almatsier 2002, hal tersebut dapat dicegah apabila kekurangan iodium tersebut terdeteksi dan diobati pada enam
bulan pertama kehamilan. Apabila hal tersebut tidak berhasil dilakukan, anak yang lahir akan memiliki IQ Intelligent Quotient sekitar 20, sehingga
kemampuan belajarnya rendah.
3. Masalah Gizi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kualitas Sumber
Daya Manusia SDM Indonesia
Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya
kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi berdasarkan zat gizinya, dibedakan menjadi dua macam, yaitu masalah gizi
makro dan masalah gizi mikro. Salah satu contoh masalah gizi makro yang
seringkali dihadapi negara berkembang adalah kombinasi kurang energi dan protein Almatsier, 2002. Masalah gizi mikro yaitu kekurangan vitamin dan
mineral, antara lain: anemia gizi besi, kekurangan vitamin A, defisiensi iodium, seng, dan asam folat.
Menurut data Departemen Kesehatan 2003, prevalensi ibu hamil yang menderita kurang energi kronis adalah 16.7, sedangkan yang menderita
anemia mencapai 40.1. Pada beberapa daerah tertentu seperti Nusa Tenggara Timur dan Papua, prevalensi anemia ibu hamil bahkan mencapai
lebih dari 80. Kedua kondisi ibu hamil tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BBLR yang
menurut Departemen Kesehatan 2004 mencapai 350000 bayi setiap tahunnya.
BBLR adalah berat badan lahir yang kurang dari 2500 gram; kondisi tersebut dapat terjadi karena kelahiran prematur usia kandungan belum
mencapai 9 bulan atau karena kegagalan pertumbuhan dalam uterus Sizer dan Whitney, 2000. Bayi BBLR mempunyai risiko lebih tinggi untuk
meninggal dalam lima tahun pertama kehidupan. Lebih lanjut, mereka yang dapat bertahan hidup dalam lima tahun pertama akan mempunyai risiko lebih
tinggi untuk mengalami hambatan dalam kehidupan jangka panjangnya. Ibu hamil yang menderita AGB mempunyai risiko meninggal dalam
proses persalinan 3.6 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita AGB Departemen Kesehatan, 2004 yang terutama disebabkan
oleh pendarahan. Berdasarkan laporan dari Asian Development Bank 2004, angka kematian ibu hamil di Indonesia sudah mencapai 307 orang setiap
100000 kelahiran. Selanjutnya, setiap 1000 kelahiran, 35 bayi meninggal dunia.
Meski dalam jumlah terminimum sekalipun, keterbatasan zat gizi sel pada saat terjadinya proses pembuahan janin dapat berakibat pada kelahiran
prematur dan efek negatif jangka panjang pada kesehatan janin. Penelitian pada hewan uji membuktikan adanya korelasi antara kelahiran prematur
dengan kekurangan gizi sebelum kehamilan dimulai Challis et al., 2001 yang dikutip oleh Andonotopo dan Arifin, 2005. Apabila kehamilan terjadi
prematur, paru-paru dan organ-organ penting hanya memiliki kemampuan minimum untuk berkembang dalam rahim guna mempersiapkan kehidupan di
luar rahim nantinya, sehingga lebih rentan terhadap kematian.
B. Program Pemberian Makanan Tambahan