Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

21 Menurut Susanto 2013: 245 bahasa Indonesia merupakan alat yang penting dalam rangka merealisasikan dan mencapai tujuan kebahasan Indonesia, yaitu meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP, 2006: 125 standar isi bahasa Indonesia sebagai berikut: “pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.” Susanto 2013: 245 menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Tujuan khusus pengajaran bahasa Indonesia, antara lain agar siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra untuk meningkatkan kepribadian diri, mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupannya. 2.1.9 Karakteristik Materi Membaca Intensif Hudgson 1960 dalam Tarigan 2008: 7 “membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-katabahasa tulis ”. Abidin 2012: 14 mengemukakan bahwa membaca adalah proses bahasa: anak yang akan belajar membaca harus memahami hubungan antar membaca dan bahasanya. Membaca dikatakan sebagai suatu proses karena salah satu langkahnya yang esensial adalah dengan bahasa yang dilisankan. Siswa 22 memfokuskan membaca pada kata-kata tunggal dan huruf-huruf dalam kata kemudian membunyikannya. Menurut Tarigan 2008: 9 tujuan utama dalam membaca adalah mencari serta memperroleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Adapun tujuan pembelajaran membaca tingkat pemula menurut Iskandarwassid dan Sunendar yaitu mengenali lambang-lambang simbol-simbol bahasa, mengenali kata dan kalimat, menemukan ide pokok dan kata kunci, serta menceritakan kembali isi bacaan pendek. Pendapat lain dari Nurhadi 2010: 136 menyebutkan tujuan membaca meliputi: 1 Mendapat alat tertentu, yaitu membaca untuk tujuan memperoleh sesuatu yang bersifat praktis, 2 Mendapat hasil yang berupa prestise, yaitu membaca dengan tujuan untuk mendapat rasa lebih dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya, 3 Memperkuat nilai-nilai pribadi atau keyakinan, 4 Mengganti pengalaman estetik yang sudah usang 5 Membaca untuk menghindari diri dari kesulitan, ketakutan atau penyakit tertentu. Membaca intensif merupakan salah satu jenis membaca yang ditujukan untuk mengetahui dan memahami teks secara mendalam. Brooks 1964 dalam Tarigan 2008: 36 “membaca intensif adalah studi saksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari ”. Perlu ditegaskan, kegiatan membaca intensif, bukan menekankan pada keterampilan-keterampilan. Tidak seperti membaca puisi yang harus menguasai keterampilan-keterampilan khusus dalam membaca. Membaca intensif lebih menekankan pada hasil-hasilnya, dalam hal ini suatu pengertian, suatu pemahaman yang mendalam serta terperinci terhadap tanda-tanda hitam atau aksara di atas kertas. Biasanya bahan untuk 23 pemahaman terperinci ini berupa teks yang amat singkat. Tarigan 2008: 37 mengemukakan bahwa secara garis besar membaca intensif ada dua, yaitu: Kegiatan menelaah ini menuntut ketelitian, pemahaman, berpikir kritis, serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan. Membaca telaah isi meliputi: 1 membaca teliti; 2 membaca pemahaman; 3 membaca kritis; dan 4 membaca ide. Membaca telaah bahasa dibagi menjadi dua, yaitu: membaca bahasa, ditujukan untuk mengembangkan daya kata dan kosa kata. Membaca sastra, dalam membaca satra ini perhatian pembaca pada penggunanaan bahasa dalam karya sastra. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama, pemahaman yang mendalam dan terperinci terhadap suatu teks bacaan yang panjangnya tidak lebih dari 500 kata. Pada membaca intensif pelafalan dan intonasi kurang diperhatikan.

2.1.10 Model Pembelajaran

Selama ini, pembelajaran di Indonesia lebih banyak menggunakan model konvensional yang lebih menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran yang hanya duduk diam, mendengarkan, mencatat, menghafal materi pelajaran, dan sesekali diselingi dengan tanya jawab. Hal ini mengakibatkan siswa kurang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal. Oleh karena itu, perlu adanya upaya guru mengatasi masalah tersebut. Guru harus pandai memilih dan menetukan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa serta dapat melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Peran aktif siswa perlu ditingkatkan agar aktivitas dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai dan kegiatan menjadi lebih bermakna. Suyono dan Hariyanto 2014: 23 “model pembelajaran adalah model yang dipilih dalam rencana pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajran dan 24 dilaksanakan dengan suatu sintaks langkah-langkah yang sistematis dan urut ”. Suprijono 2012: 45- 6 “model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional kelas ”. Menurut Arends t.t dalam Suprijono 2012: 46 menambahkan, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan model pembelaran yaitu suatu pola atau kerangka yang dirancang dan dipilih guru dalam kegiatan pembelajaran serta menjadi pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Suatu model pembelajaran yang dipiih guru harus disesuaikan dengan karakteristik materi dan kondisi siswa. 2.1.11 Model Pembelajaran Kooperatif

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL GALLERY WALK TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SOKAWERA KECAMATAN SOMAGEDE KABUPATEN BANYUMAS

7 56 277

KEEFEKTIFAN MODEL PROBLEM POSING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI PECAHAN SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

0 33 267

STUDI KOMPARASI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN MAM TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI SITAIL KABUPATEN TEGAL

1 8 306

KEEFEKTIFAN MODEL GROUP INVESTIGATION TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK SISWA KELAS IV SD NEGERI KEDUNGPUCANG KABUPATEN PURWOREJO

0 4 312

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA MATERI MISI KEBUDAYAAN INTERNASIONAL TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 WANGON BANYUMAS

1 16 218

Keefektifan Model Numbered Heads Together dalam Pembelajaran Materi Pantun terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Candinegara Kabupaten Banyumas

0 7 231

KEEFEKTIFAN STRATEGI GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBACA INTENSIF PADA KELAS IV SD NEGERI PESAREAN 01 KABUPATEN TEGAL

0 9 219

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 KESESI KABUPATEN PEKALONGAN

0 20 221

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PredictObserveExplain) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KLEPU 01 PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

0 0 85

KEEFEKTIFAN MODEL TPS BERBANTU MEDIA FOTO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOGANGIN KABUPATEN BANYUMAS

0 1 86