Model Pembelajaran LANDASAN TEORI

24 dilaksanakan dengan suatu sintaks langkah-langkah yang sistematis dan urut ”. Suprijono 2012: 45- 6 “model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional kelas ”. Menurut Arends t.t dalam Suprijono 2012: 46 menambahkan, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan model pembelaran yaitu suatu pola atau kerangka yang dirancang dan dipilih guru dalam kegiatan pembelajaran serta menjadi pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Suatu model pembelajaran yang dipiih guru harus disesuaikan dengan karakteristik materi dan kondisi siswa. 2.1.11 Model Pembelajaran Kooperatif Sunal dan Hans 2000 dalam Isjoni 2013: 15 “pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran ”. Lie 2000 dalam Isjoni 2014: 21 “cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur ”. Suprijono 2012: 54 “pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang 25 lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru ”. Pendapat lain dari Aydin 2011: Cooperative learning can be defined as a learning approach in which students help one another on an academic subject, in small mixed groups formed both in class and in non-class environments, which helps individuals gain more self confidence and develop their communication skills and problem solving and critical thinking abilities, and through which all of the students actively participate in the learning-teaching process. Penjelasan dari pendapat Aydin 2011 memiliki arti pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai pembelajaran dengan pendekatan dimana siswa saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil yang heterogen baik dalam kelas maupun luar kelas. Kelompok ini akan membantu individu memperoleh kepercayaan diri lebih dan mengembangkan diri mereka dalam berkomunikasi, memecahkan masalah dan kritis dalam berpikir serta ikut berpatisipasi aktif dalam proses belajar-mengajar. Menurut Lie 2010: 32-5 lima unsur model pembelajaran cooperative learning, antara lain: 1 saling ketergantungan positif, keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka; 2 tanggung Jawab Perseorangan, unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik; 3 tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi ynag menguntungkan semua anggota; 4 komunikasi antaranggota, keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka; 5 evaluasi proses 26 kelompok, perlu adanya waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. Menurut Muraya dan Kimamo 2011: In cooperative learning situations, students interact, assist one another with learning tasks, and promote one another’s success. The small group setting allows students to work directly with one another, to share opinions and ideas, to come to common understandings, and to work as a team to ensure each member’s success and axxeptance. Students must have time and opportunity to exchange ideas orally and discuss the concepts at hand. Pendapat Muraya dan Kimamo memiliki arti dalam pembelajaran kooperatif, siswa berinteraksi, saling membantu tugas-tugas yang diberikan, dan bersama-sama mengerjakan. Pengaturan kelompok kecil memungkinkan siswa untuk bekerja sama secara langsung, berbagi pendapat dan ide-ide, memahami dan bekerja dalam sebuah tim untuk mencapai keberhasilan dan saling menerima pendapat. Siswa saling bertukar pikiran secara lisan dan berdiskusi bersama. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh untuk saling bekerjasama dengan siswa lain dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Pemilihan model pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik materi dan siswa.

2.1.12 Model Pembelajaran Think Pair Share

Huda 2013: 206 menyatakan “Think Pair Share TPS merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di University of Maryland pada 1981 dan diadopsi oleh penulis di bidang 27 pembelajaran kooperatif pada tahun- tahun selanjutnya”. Slavin 1995: 245 menyatakan TPS sebagai berikut: When the teachers presents a lesson to the class, student sit in pairs within theirs teams. The teacher poses question to the class. Students are instructed to think an answeron their own, then to pair with their partners to reach consensus on an answer. Finally, the teacher ask students to share their agreed upon answer with the rest of the class. Pendapat tersebut artinya ketika guru menjelaskan pelajaran di depan kelas, siswa duduk berpasangan dengan kelompoknya. Guru memberikan pertanyaan di kelas. Lalu, siswa diperintahkan untuk memikirkan jawaban, kemudian siswa berpasangan dengan masing-masing pasangannya untuk mencari kesepakatan jawaban. Terakhir, guru menyuruh siswa untuk membagi jawaban kepada seluruh siswa di kelas. TPS memberikan waktu siswa untuk berpikir, merespon, dan saling membantu. Menurut Asmani 2016: 123 langkah-langkah TPS sebagai berikut: 1 berpikir thinking, pada tahap ini, guru memberikan pertanyan atau permasalahan yang berhubungan dengan pelajaran kepada siswa. Kemudian, guru memberikan waktu kepada siswa untuk memikirkan jawabannya; 2 berpasangan pairing, pada tahap ini, guru menyuruh siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan sesutu yang telah merekan peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat memudahkan mereka untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang diajukan sekaligus menyatukan gagasan dengan pasangan masing-masing; 3 berbagi sharing, pada tahap ini,guru menyuruh pasangan untuk berbagi gagasan dengan pasangan lainnya. Menurut Huda 2013: 206 TPS memiliki kelebihan, antara lain: 1 Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. 2 Mengoptimalkan partisipasi siswa. 3 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. 4 Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkat usia siswa.

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL GALLERY WALK TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SOKAWERA KECAMATAN SOMAGEDE KABUPATEN BANYUMAS

7 56 277

KEEFEKTIFAN MODEL PROBLEM POSING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI PECAHAN SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

0 33 267

STUDI KOMPARASI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN MAM TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI SITAIL KABUPATEN TEGAL

1 8 306

KEEFEKTIFAN MODEL GROUP INVESTIGATION TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK SISWA KELAS IV SD NEGERI KEDUNGPUCANG KABUPATEN PURWOREJO

0 4 312

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA MATERI MISI KEBUDAYAAN INTERNASIONAL TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 WANGON BANYUMAS

1 16 218

Keefektifan Model Numbered Heads Together dalam Pembelajaran Materi Pantun terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Candinegara Kabupaten Banyumas

0 7 231

KEEFEKTIFAN STRATEGI GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBACA INTENSIF PADA KELAS IV SD NEGERI PESAREAN 01 KABUPATEN TEGAL

0 9 219

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 KESESI KABUPATEN PEKALONGAN

0 20 221

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PredictObserveExplain) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KLEPU 01 PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

0 0 85

KEEFEKTIFAN MODEL TPS BERBANTU MEDIA FOTO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOGANGIN KABUPATEN BANYUMAS

0 1 86