commit to user 43
puluhribuan, dan seterusnya. Pemahaman mengenai konsep nilai tempat juga penting dalam operasi hitung. Pada operasi penjumlahan konsep ini
akan mengarahkan penentuan berapa nilai yang disimpan, sedangkan operasi pengurangan konsep nilai tempat akan mengarahkan penentuan
berapa nilai yang dipinjam. 7
Kemampuan melakukan operasi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan; dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam. Anak
yang tidak menguasai tahapan konservasi akan kesulitan melakukan operasi hitung. Anak yang belum menguasai konsep nilai tempat akan mengalami
kesulitan dalam proses operasi hitung penjumlahan dengan menyimpan atau pengurangan
dengan meminjam.
Erna Maryati,
2010 dalam
http:ernamaryati.blogspot.com.201011penjumlahan-dan-pengurangan- untuk-kelas.html.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kemampuan operasi hitung pada anak terjadi secara bertahap meliputi lima
tahap dasar, membandingkan, mengurutkan, simbolisasi, konservasi, menentukan nilai tempat, dan kemampuan operasi penjumlahan. Kemampuan operasi hitung
tersebut saling terkait dan setiap tahapan harus sudah sangat dipahami peserta didik untuk melanjutkan tiap tahap berhitung berikutnya. Operasi penjumlahan
meliputi operasi penjumlahan dengan dan tanpa teknik menyimpan, sedang operasi pengurangan meliputi dengan dan tanpa teknik meminjam.
b. Hakekat Mata Pelajaran Matematika untuk Anak Tunarungu
Tahapan pembelajaran matematika untuk anak tunarungu tidak berbeda dengan anak yang mendengar. Anak tunarungu memiliki tingkat kecerdasan yang
tidak berbeda dengan anak yang mendengar. Anak tuli tidak semuanya lemah dalam matematika dibanding anak yang
mendengar. Kira-kira 15 dari anak-anak tuli berat menunjukkan hasil tes yang standar pada usia rata-rata mereka. Jika kehilangan pendengaran menyebabkan
kesulitan matematika secara langsung, maka tidak akan ada anak tuli yang menunjukkan prestasi yang memadai pada usia rata-rata mereka. Peserta didik tuli
commit to user 44
tampil di atas rata-rata atau rata-rata di tingkat tes yang diadakan untuk standar anak normal. Apabila gangguan pendengaran adalah penyebab langsung dari
kesulitan dalam matematika, maka tidak ada peserta didik tunarungu yang menampilkan tingkat prestasi yang memadai untuk usia mereka. Wood dan
Howard dalam www.acfos.orgpublicationourarticlespdfacfos3nunes.pdf Gangguan pendengaran tidak dapat diperlakukan sebagai penyebab
langsung kesulitan dalam matematika, tetapi sebagai faktor risiko. Beberapa temuan dalam literature menunjukkan bahwa gangguan
pendengaran bukanlah penyebab langsung kesulitan dalam matematika. Terdapat dua alasan gangguan pendengaran tidak menyebabkan lansung
kesulitan matematika. Alasan tersebut adalah Pertama tidak semua peserta didik tunarungu lebih lemah dalam matematika dibanding
dengan peserta didik yang mendengar. Kedua, kebanyakan studi telah menemukan tidak ada korelasi atau hanya sangat kecil korelasi antara
tingkat gangguan pendengaran dan pencapaian matematika. Hasil ini menunjukkan bahwa gangguan pendengaran bukanlah penyebab
langsung dari kesulitan dalam matematika. Nunes dan Morene dalam www.acfos.orgpublicationourarticlespdfacfos3nunes.pdf
Materi pembelajaran matematika di sekolah dasar dengan sekolah luar
biasa khususnya untuk anak tunarugu tidak jauh berbeda. Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu
meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Bilangan
2. Geometri dan Pengukuran 3. Pengolahan Data
Berdasar hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa anak tunarungu intelegensinya tidak jauh berbeda dengan anak mendengar. Anak tunarungu
mampu berprestasi dalam mata pelajaran matematika. Ketunarunguan bukan penyebab langsung terhadap rendahnya prestasi belajr matematika. Penggunaan
media yang tepat mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik tunarungu. Kognitif anak cacat pendengaran atau anak-anak tunarungu tidak
berbeda dari rekan-rekan mendengarnya dan ada bukti yang menunjukkan bahwa anak-anak tunarungu dalam mempelajari konsep dengan urutan yang sama dan
dengan cara yang sama sebagaimana yang dilakukan anak-anak mendengar. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa anak-anak gangguan
commit to user 45
pendengaran secara keseluruhan dalam semua pembelajaran termasuk pembelajaran matematika, umumnya tertunda karena dasar bahasa terbatas.
Ketika konsep-konsep matematika diajarkan visual maka anak dengan gangguan pendengaran lebih mudah untuk memahami. Anak gangguan pendengaran yang
berorientasi visual, lebih cenderung lebih mudah untuk beradaptasi dengan bentuk tertulis dibanding dengan seorang anak mendengar karena mereka lebih terfokus
pada hal-hal visual. Anak-anak tunarungu lebih mungkin untuk mencoba, dan pada waktunya mengerti, masalah matematika ketika mereka menggunakan
tangan dan visual menjalankan kegiatan matematika dan sumber daya. Elizabeth dalam http:www.ttaconline.orgstaffsolscideaf.html
Nunes dan Moreno mengidentifikasi dua kesulitan khusus peserta didik tunarungu yang dapat menjelaskan mengapa mereka berisiko untuk
berprestasi rendah dalam matematika. Pertama, anak-anak tunarungu memiliki kesempatan lebih sedikit untuk belajar. Mereka belajar secara
insidentil sebagai konsekuensi dari gangguan pendengaran mereka. Tunarungu pada anak muda, menyebabkan mereka tidak memiliki akses
terhadap banyak sumber informasi misalnya melalui radio, dan percakapan di meja makan malam. Mereka hanya dapat belajar secara
insidental yang menbuat mereka menderita karena kurangnya kesempatan.
www.acfos.orgpublicationourarticlespdfacfos3nunes.pdf. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa gangguan pendengaran bukan merupakan penyebab langsung kesulitan dan rendahnya prestasi matematika anak tunarungu. Gangguan pendengaran tersebut
hanya sebuah faktor resiko, karena pada kenyataannya mereka memiliki intelegensi rata-rata atau bahkan di atas rata-rata dan tidak berbeda dengan anak
yang mendengar. Prestasi belajar matematika mereka akan meningkat bahkan di atas rata-rata apabila di dalam pembelajaran matematika penyampaianya
dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran dan media yang sesuai dengan karakteristik dan perkembangan tahapan intelegensi mereka. Materi
akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik dengan gangguan pendengaran apabila media yang digunakan bersifat visual.
commit to user 46
4. Hakekat Media Animasi Kantong Hitung a. Pengertian Media