78 dan penggunaan instrumen. Penilaian kemampuan investigasi dapat dinilai dalam
bentuk tulisan karena memuat beberapa aspek yang bisa dinilai. Penilaian kemampuan investigasi secara sederhana dapat dilakukan dengan pengamatan
langsung ataupun menggunakan portofolio van den Berg, 2013. Dengan menerapkan petunjuk praktikum berbasis Inquiry Science
Laboratory peserta didik sudah melatih menggunakan kemampuan investigasinya, karena peserta didik dilatih untuk merumuskan hipotesis, menyusun langkah kerja
secara mandiri, serta menganalisis hasil praktikum yang diperoleh. Fathurrohman 2015 mengungkapkan bahwa kemampuan investigasi difokuskan untuk
meningkatkan keterampilan proses berfikir ilmiah peserta didik, sehingga nantinya akan terciptanya suatu pemahaman konsep oleh peserta didik.
4. Perbedaan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas pembanding dan Kelas
Eksperimen
Prestasi belajar kimia peserta didik dalam penelitian ini hanya diukur sekali yaitu setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan post-test pada materi
laju reaksi. Penelitian ini hanya melakukan penilaian pada pengetahuan kognitif saja, sehingga instrumen yang digunakan berupa tes prestasi belajar kimia dalam
bentuk pilihan ganda sebanyak 24 soal yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data hasil pengukuran prestasi belajar kimia peserta didik dianalisis menggunakan
uji anova. Hasil analisis deskriptif terdapat perbedaan antara prestasi belajar peserta
didik kelas pembanding dan kelas eksperimen. Hasil yang diperoleh pada kelas pembanding menunjukkan bahwa rerata nilai post-test sebesar 59,34 Lampiran13.
Sedangkan rerata nilai post-test pada kelas eksperimen sebesar 62,92 Lampiran
79 13. Jika dilihat pada nilai pengetahuan awal Lampiran 12, selisih nilai rerata pada
kedua kelompok sebesar 0,31. Selisih rerata nilai post-test pada kedua kelompok sebesar 3,58. Perbedaan selisih nilai rerata pada kedua kelompok tersebut
meningkat setelah menerapkan buku petunjuk praktikum berbasis Inquiry Science Laboratory. Nilai rerata untuk kelas pembanding sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan sebesar 57,76, sementara itu nilai rerata setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan sebesar 59,34. Nilai rerata tersebut meningkat sebesar
1,58. Nilai rerata untuk kelas eksperimen sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan sebesar 58,07, sementara itu nilai rerata setelah menerapkan buku
petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory sebesar 62,92. Nilai rerata tersebut meningkat sebesar 4,85. Nilai rerata untuk kelas eksperimen maupun kelas
pembanding meningkat. Namun, peningkatkan pada kelas eksperimen jauh lebih tinggi dibandingkan kelas pembanding.
Meskipun berdasarkan hasil analisis deskriptif terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelas pembanding dan kelas eksperimen, hasil uji statistik
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar peserta didik kelas pembanding dan kelas eksperimen. Pada hasil analisis varian
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,298 Lampiran 20. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima, sehingga memberikan kesimpulan bahwa antara
kelas pembanding dan kelas eksperimen tidak ada perbedaan prestasi belajar kimia peserta didik yang signifikan.
Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut, disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar kimia peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis
80 inquiry science laboratory dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran
menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis cookbook. Anderson 2002 mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri akan
menghasilkan produk yang positif. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh baik dari kelas eksperimen maupun kelas pembanding. Pada kedua kelas tersebut,
prestasi belajar kimia meningkat apabila dilihat dari nilai pengetahuan awalnya. Nilai prestasi belajar kimia peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas pembanding. Pada dasarnya kelas eksperimen dan kelas pembanding menggunakan
pendekatan yang sama, yaitu pendekatan saintifik dengan model pembelajaran inkuiri, namun berbeda pada tipe inkuirinya sehingga bentuk buku petunjuk
praktikum untuk masing-masing kelas berbeda. Untuk kelas pembanding menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis cookbook dengan tipe guided
inquiry. Tipe guide inquiry dalam pelaksanaannya guru memberikan pengarahan dan bimbingan pada setiap langkah yang dilakukan oleh peserta didik. Pratomo
2012 menyatakan pembelajaran dengan model cookbook kurang aktif dan komunikatif dalam keterampilan proses sains. Sementara untuk kelas eksperimen
menggunakan petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dengan tipe modified inquiry. Baik pada tipe modified inquiry dan tipe guided inquiry sama-
sama menghasilkan produk yang positif, karena setelah menerapkan kedua tipe tersebut, terdapat peningkatan prestasi belajar kimia peserta didik.
Hasil penelitian Anggareni, Ristiati, dan Widiyanti 2013 mengungkapkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri memberikan
pedoman bagi guru untuk membimbing dan memfasilitasi peserta didik dengan
81 menggunakan metode ilmiah. Tipe modified inquiry memiliki kesempatan untuk
memperoleh pengalaman belajar lebih banyak, karena peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan praktikum. Peran guru hanya sebagai fasilitator dan
narasumber apabila peserta didik menemukan hambatan selama proses pembelajaran berlangsung sehingga peserta didik memperoleh ide-ide yang lebih
baik untuk membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi- situasi proses belajar yang baru dan mampu mengembangkan kemampuan
investigasi dan prestasi belajar Anggareni, Ristiati Widiyanti, 2013.
82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan investigasi peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan buku petunjuk
praktikum berbasis inquiry science laboratory dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan buku petunjuk praktikum berbasis cookbook
pada pokok bahasan Laju Reaksi kelas XI Semester I SMA Negeri 1 Ngaglik Tahun Ajaran 20162017.
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar kimia peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan buku petunjuk praktikum
berbasis inquiry science laboratory dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan buku petunjuk praktikum berbasis cookbook pada pokok
bahasan Laju Reaksi kelas XI Semester I SMA Negeri 1 Ngaglik Tahun Ajaran 20162017.
3. Kemampuan investigasi peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory
lebih tinggi daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis cookbook.