Pembelajaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

i Tingkat sensori motoris : 0 – 2 tahun Pada masa kanak-kanak ini, anak tidak mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya. ii Tingkat preoperasional : 2 – 7 tahun Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai dilihat dalam lingkungannya saja. iii Tingkat operasi konkret : 7 – 11 tahun Anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. iv Tingkat operasi formal : 11 tahun ke atas Anak telah mempunyai pemikiran yang abstrak pada bentuk-bentuk lebih kompleks. Flavell 1963 memberikan ciri- ciri sebagai berikut: 1 Pada pemikiran anak remaja adalah hypothetico-deductive . Ia telah dapat membuat hipotesis-hipotesis dari suatu problem dan membuat keputusan terhadap problem itu secara tepat, tetapi anak kecil belum dapat menyimpulkan apakah hipotesisnya ditolak atau diterima. 2 Periode propositional thinking. Remaja telah dapat memberikan proposisi berdasarkan pada data yang konkret. Tetapi kadang-kadang ia berhadapan dengan proposisi yang bertentangan dengan fakta. 3 Periode combinatorial thinking . Bila remaja itu mempertimbangkan tentang pemecahan masalah, maka ia telah memisahkan faktor-faktor yang menyangkut dirinya dan mengombinasi faktor-faktor itu. 3 Faktor Kelelahan Dalam kondisi lelah, seseorang akan mengalami kesulitan belajar. Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu, a Kelelahan jasmani Kelelahan jasmani dapat dilihat ketika tubuh lemah lunglai dan timbul keinginan untuk membaringkan tubuh. Hal ini terjadi karena adanya kekacauan sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidakkurang lancar pada bagian-bagian tertentu. b Kelelahan rohani Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing- pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus- menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapai hal-hal yang selalu samakonstan tanpa ada variasi dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. b. Faktor ektern Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu sehingga dapat mempengaruhi belajar. berikut ini faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar: 1 Faktor keluarga Pendidikan pertama yang didapatkan seseorang berasal dari keluarga. Pengaruh keluarga terhadap belajar seseorang meliputi: a Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik anak, memiliki pengaruh terhadap belajar anak. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajar anak, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajar anak, memperhatikan anaknya belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anak, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar anak, kesulitan-kesulitan yang dialami anak dan lain sebagainya hal tersebut, dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Anak yang sebenarnya anak pandai tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam belajar anaknya dan akhirnya malas belajar. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak memuaskan atau bahkan gagal dalam studinya. Hal tersebut dapat terjadi pada anak yang berasal dari keluarga yang orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaannya atau orang tua yang tidak mencintai anaknya. Mendidik anak dengan cara memanjakan adalah cara yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anak hingga tidak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar, bahkan membiarkan saja jika anaknya tidak belajar adalah tidak benar. Jika hal tersebut dibiarkan berlarut-larut, anak akan menjadi nakal dan berbuat seenaknya dan akan membuat belajar anak menjadi kacau. Sedangkan jika orang tua mendidik anak dengan memperlakukan anak terlalu keras atau mengejar-ngejar anaknya untuk belajar, juga merupakan cara mendidik yang tidak benar. Hal tersebut dapat berdampak pada anak yang diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar, bahkan jika ketakutan tersebut semakin serius, anak akan mengalami gangguan kejiwaan karena tekanan-tekanan yang dialaminya. Orang tua yang demikian biasanya menginginkan anaknya mencapai prestasi yang sangat baik atau orang tua mengetahui bahwa anaknya bodoh tetapi tidak tahu apa yang menyebabkan sehingga anak dikejar-kejar untuk mengatasi atau mengejar kekurangannya. Disinilah bimbingan dan penyuluhan memiliki peranan yang penting. Anak yang mengalami kesukaran-kesukaran di atas dapat ditolong PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan memberikan bimbingan belajar sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut. b Relasi antar anggota keluarga Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya dan anggota keluarga lainnya. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan tersebut penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah sikap diliputi kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya. Relasi antaranggota keluarga erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Relasi yang tidak baik dapat menyebabkan perkembangan anak terhambat, belajarnya terganggu, atau bahkan menimbulkan masalah-masalah psikologis lainnya. Dengan demikian, kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan melalui relasi yang baik dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman yang mensukseskan belajar anak. c Suasana rumah Suasana rumah yang dimaksudkan adalah situasi atau kejadian- kejadian yang sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termaksud faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semerawut tidak akan memberi ketenangan pada anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang tegang, ribut dan sering terjadi pertengkaran antaranggota keluarga atau dengan keluarga lain, akan menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah yang mengakibatkan kekacauan dalam belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik, perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram sehingga anak dapat betah tinggal di rumah dan anak dapat belajar dengan baik. d Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lainnya juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, buku-buku dan sebagainya. Fasilitas belajar dapat terpenuhi jika keluarga cukup uang untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, maka kesehatan anak akan terganggu sehingga belajar anak juga akan terganggu. Selain itu, anak akan dirundung kesedihan sehingga anak dapat merasa minder dengan teman yang lain. Anak yang harus bekerja mencari nafkah untuk membantu orang tuanya walaupun anak belum saatnya untuk bekerja, akan mengganggu belajar anak. Untuk keluarga yang kaya raya sehingga orang tua cenderung memanjakan anak yang memberikan dampak pada anak untuk bersenang-senang saja dan berfoya-foya. Hal tersebut dapat mengakibatkan anak kurang memusatkan perhatiannya dalam belajar dan dapat mengganggu belajar anak. e Pengertian orang tua Dorongan dan pengertian orang tua sangatlah penting dalam perkembangan belajar anak. Dorongan dan pengertian dari orang tua dapat membantu anak untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya. Jika dibutuhkan, orang tua dapat menghubungi gurunya untuk mengetahui perkembangan anak. f Latar belakang kebudayaan Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang ditanamkan pada anak, diperlukan agar mendorong semangat anak untuk belajar. 2 Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik tersebut dapat terjadi keran guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru menyajikan pembelajaran tidak jelas atau sikap guru tehadap siswa atau terhadap mata pelajaran tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Hal tersebut mengakibatkan anak menjadi malas belajar. relasi guru dengan siswa mendukung siswa untuk menyukai atau tidak menyukai mata pelajaran yang diberikan. Relasi yang baik akan membuat siswa menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha mempelajari dengan sebaik-baiknya. Relasi siswa dengan siswa juga memberikan pengaruh pada proses belajar anak. Jika relasi yang kurang baik antar siswa dengan siswa lain maka dapat menyebabkan siswa akan malas untuk masuk sekolah karena mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman- temannya. 3 Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Jika siswa berada di lingkungan masyarakat yang berkelakuan baik maka siswa akan berkelakuan baik. Sebaliknya jika siswa berada di lingkungan masyarakat yang tidak berkelauan baik maka siswa akan mengikuti dengan berkelakuan tidak baik. Siswa akan meniru apa yang dilakukan orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Hal tersebut berdampak pada siswa terkhususnya dalam belajar.

B. Mengajar

Menurut Tradif Syah, 1997:182, mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan membantu dan memudahkan orang lain melakukan kegiatan belajar. Menurut Hudojo 1988:5, mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuanpengalaman yang dimiliki ke peserta didik. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta didik. Dapat dikatakan mengajar dengan baik apabila hasil belajar peserta didik baik. Hal tersebut dapat dipenuhi bila pengajar mampu memberikan fasilitas belajar yang baik sehingga dapat terjadi proses belajar yang baik. Slameto mengemukakan beberapa definisi mengajar dari beberapa para ahli 2013:30-35. Menurut DeQueliy dan Gazali mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan sederhana. Menurut Alvin W.Howard, mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals cita-cita, appreciations penghargaan dan knowledge. Dalam pengertian ini guru harus berusaha membawa perubahan tingkah laku yang baik atau berkecenderungan langsung untuk mengubah tingkah laku siswanya. Menurut Waini Rasyidin, mengajar yang dipentingkan ialah adanya partisipasi guru dan siswa satu sama lain. Guru merupakan koordinator, yang melakukan aktivitas dalam interaksi sedemikian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rupa sehingga siswa belajar seperti yang kita harapkan. Guru hanya menyusun dan mengatur situasi belajar. Berdasarkan pandangan para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan mengajar adalah suatu aktivitas belajar antara pendidk dan peserta didik dimana peran pendidik adalah membimbing, menolong dan menuntun siswa dalam belajar sedangkan peserta didik berperan aktif agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Dapat dikatakan mengajar matematika dengan baik apabila peserta didik dapat memahami konsep-konsep matematika dan dapat menghubungkan konsep yang dulu dipelajari dengan konsep matematika yang baru dipelajari serta dapat mengaplikasikan pada masalah-masalah dalam matematika itu sendiri atau ilmu lainnya maupun dalam kehidupan sehari-hari.

C. Hasil Belajar

Menurut Gronlund dalam Khodijah 2014:189, hasil belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya Purwanto, 2009:46. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar Sudjana Nana, 1990:22. Dari beberapa definisi hasil belajar diatas, maka dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku atau kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa mengalami proses belajar. Menurut Winkel 2005:57 hasil belajar secara relatif bersifat konstan dan berbekas. Secara relatif yang dimaksud adalah terdapat kemungkinan hasil belajar ditiadakan atau dihapus dan diganti dengan hasil yang baru atau ada kemungkinan suatu hasil belajar yang terlupakan. Secara berbekas yang dimaksud adalah jika seseorang dalam keadaan melupakan sesuatu maka dalam ingatan tetap tertinggal sisa-sisa dari apa yang dipelajari dahulu. Dengan adanya sisa-sisa ingatan terdahulu akan membantu untuk mempelajarinya kembali dan hal tersebut akan lebih mudah dan cepat dibanding orang yang belum pernah mempelajarinya. Tidak semua perubahan perilaku yang terjadi pada individu dapat dikatakan sebagai hasil belajar. Menurut Ahmadi dan Supriyono dalam Khodijah 2014:51-52, suatu proses perubahan baru dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Terjadi secara sadar Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar itu disadari. Individu yang mengalami perubahan itu menyadari akan perubahan yang terjadi pada dirinya. Jika seseorang tiba-tiba memiliki suatu kemampuan karena dihipnotis maka hal tersebut tidak dapat disebut sebagai hasil belajar. 2. Bersifat fungsional Perubahan yang timbul karena proses belajar juga bersifat fungsional. Artinya, perubahan tersebut memberikan manfaat yang luas. Setidaknya bermanfaat ketika siswa akan menempuh ujian, atau bahkan bermanfaat bagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI siswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari, terutama dalam menjaga kelangsungan hidupnya. 3. Bersifat aktif dan positif Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar yang bersifat aktif dan positif. Aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan usaha dan aktivitas dari individu sendiri untuk mencapai perubahan tersebut. Positif artinya baik, bermanfaat dan sesuai dengan harapan. Positif juga berarti mengandung nilai tambah bagi individu. 4. Bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar bukan bersifat sementara, melainkan bersifat relatif permanen. Siswa dapat menggunakan hasil belajar saat dihadapkan persoalan yang sama dikemudian hari. 5. Bertujuan dan terarah Perubahan yang terjadi karena belajar juga pasti bertujuan dan terarah. Artinya, perubahan tersebut tidak terjadi tanpa unsur kesengajaan dari individu yang bersangkutan untuk mengubah perilakunya. 6. Mencangkup seluruh aspek perilaku Perubahan yang timbul karena proses belajar itu pada umumnya mencangkup seluruh aspek perilaku kognitif, efektif dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain, karena perubahan pada satu aspek biasanya juga akan memperngaruhi perubahan pada aspek lainnya. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Sudjana 2009:22-31 yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek , yakni: a. Tipe hasil belajar: Pengetahuan Istilah pengetahuan yang dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat, sebab dalam istilah tersebut, termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, nama tokoh, nama kota dan lain sebagainya. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu digafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya b. Tipe hasil belajar: Pemahaman Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya dengan menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori. 1 Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau mengubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. 3 Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya. c. Tipe hasil belajar: Aplikasi Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang- ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. d. Tipe hasil belajar: Analisis Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahnya integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI