Hubungan motivasi, minat dan sikap belajar terhadap hasil belajar matematika pada pokok bahasan aturan sinus dan aturan kosinus di kelas X 2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta tahun ajaran 2016 2017

(1)

i

HALAMAN JUDUL

HUBUNGAN MOTIVASI, MINAT DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN ATURAN

SINUS DAN ATURAN KOSINUS DI KELAS X-2 SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Patricia Kiti Puspitaningrum NIM: 131414076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka

kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan

bagimu.

Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap

orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang

mengetok, baginya pintu dibukak

an” (Matius 7: 7

-8)

Karya ini, ku persembahkan untuk

Tritunggal Maha Kudus dan Bunda Maria

yang menyertai setiap langkahku serta

Bapak, Ibu, Kakak, Adik dan Teman-teman


(5)

(6)

(7)

vii ABSTRAK

Patricia Kiti Puspitaningrum. 2017. Hubungan Motivasi, Minat dan Sikap

Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Aturan Sinus dan Aturan Kosinus Di Kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1) motivasi belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta; 2) minat belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta; 3) sikap belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta; 4) hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta; 5) hubungan antara minat belajar dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta; 6) hubungan antara sikap belajar dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta pada pokok bahasan aturan sinus dan aturan kosinus.

Penelitian ini tergolong jenis penelitian ex-postfacto. Subjek dalam penelitian ini adalah 31 siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Data diperoleh berupa data motivasi, minat, sikap belajar dan hasil belajar siswa dengan instrumen kuesioner motivasi, minat, sikap dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran matematika. Validitas butir diperoleh dengan melakukan uji coba. Butir soal yang tidak valid kemudian di revisi. Selanjutnya, data analisis dan ditentukan korelasi antara motivasi belajar dengan hasil belajar, korelasi antara minat belajar dengan hasil belajar serta korelasi antara sikap belajar dengan hasil belajar.

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa: 1) motivasi belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta tinggi; 2) minat belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta rendah; 3) sikap belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta sedang; 4) terdapat hubungan positif tetapi tidak signifikan antara motivasi belajar dan hasil belajar dengan kontribusi sebesar ; 5) terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat belajar dan hasil belajar dengan kontribusi sebesar ; 6) terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap belajar dan hasil belajar dengan kontribusi sikap belajar sebesar .

Kata kunci: Motivasi Belajar, Minat Belajar, Sikap Belajar, Aturan Sinus dan Aturan Kosinus.


(8)

viii ABSTRACT

Patricia Kiti Puspitaningrum. 2017. The Correlation between Learning Motivation, Learning Interest and Learning Attitude towards Mathematics’ Learning Result on the Topic Sine Rule and Cosine Rule in the Class X-2 of Kolese De Britto Senior High School Yogyakarta Academic Year 2016/2017. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, F aculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aimed to know and to describe: 1) student’s learning motivation; 2) student’s learning interest; 3) student’s learning attitude; 4) the correlation between learning motivation and learning result among students; 5) the correlation between learning interest and learning result among students; 6) the correlation between learning attitude and learning result among students on the topic Sine Rule and Cosine Rule.

The type of this research was ex-postfacto research. The subject was 31 students of class X-2 of Kolese De Britto Senior High School Yogyakarta. This research collected some kind of data such as learning motivation, learning interest, learning attitude, and learning result that were taken by questionnaire of each data. The content validity was obtained through the expert; thesis advisor and Mathematics teacher. The construct validity was obtained by test. The invalid test questions were then revised. The data was analized and the correlation among those variables were defined.

The results of this research showed that: 1) the students’ learning motivation were high; 2) the students’ learning interest were low; 3) the students’ learning attitude were average; 4) there was insignificant positive correlation between learning motivation and learning result at 5,78%; 5) there was significant positive corelation between learning interest and learning result at 13,59%; 6) there was significant positive correlation between learning attitude and learning result at 12,75%.

Key words: learning motivation, learning interest, learning attitude, sine rule, cosine rule.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa karena atas berkat, karunia dan penyertaan-Nya dalam segala proses skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Hubungan Motivasi, Minat dan Sikap Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Aturan Sinus dan Aturan Kosinus Di Kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017” ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan Studi Program Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis sekaligus peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik dan lancar tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Haniek Sri Pratini, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah mendukung dan memotivasi penulis selama menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(10)

x

4. Bapak Drs. Sukardjono, M. Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran selama membimbing penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

5. Segenap dosen dan seluruh staff sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah membantu dalam proses administrasi.

6. Bapak Ag. Prih Adiartanto, S,Pd., M.Ed. selaku kepala sekolah di SMA Kolese De Britto yang telah memberi ijin untuk melaksanakan penelitian di sekolah.

7. Ibu Y. Pebri Heriawati, S.Pd. selaku guru matematika kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta yang telah mendampingi, membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian di sekolah.

8. Siswa-siswa kelas X-1 sampai X-5 SMA Kolese De Britto Yogyakarta yang telah berpartisipasi dalam kelancaran penelitian dan pengambilan data penelitian.

9. Bapak, ibu, kakak, adik dan sanak saudara yang telah memberikan doa, dukungan, semangat, dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

10.Teman-teman Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma angkatan 2013 yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan, motivasi, dan bantuan baik selama masa perkuliahan maupun proses pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.


(11)

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN, GAMBAR, DAN HISTOGRAM ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Definisi Istilah ... 10

G. Manfaat Hasil Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Belajar dan Pembelajaran ... 13

B. Mengajar ... 28

C. Hasil Belajar ... 29


(13)

xiii

E. Minat Belajar ... 42

F. Sikap Belajar ... 47

G. Materi ... 53

H. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 58

I. Kerangka Berpikir ... 60

BAB III METODE PENELITIAN... 62

A. Jenis Penelitian ... 62

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 62

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 63

D. Objek Penelitian ... 64

E. Variabel Penelitian ... 64

F. Hipotesis Penelitian ... 65

G. Metode Pengumpulan Data ... 65

H. Instrumen Penelitian... 66

I. Validitas dan Reliabilitas ... 74

J. Metode Analisis Data ... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 92

A. Kelayakan Analisis... 92

B. Deskripsi ... 92

1. Motivasi Belajar ... 93

2. Minat Belajar ... 95

3. Sikap Belajar ... 98

4. Hasil Belajar ... 101

C. Statistik Inferensial... 103

1. Diagram Pencar/Serak ... 104

2. Uji Normalitas ... 106

3. Analisis Korelasi ... 109

4. Analisis Regresi Linier ... 114

D. Pembahasan ... 119

1. Korelasi antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar ... 119


(14)

xiv

3. Korelasi antara Sikap Belajar dan Hasil Belajar ... 121

E. Pendalaman analisis ... 121

F. Keterbatasan Penelitian ... 145

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 146

A. KESIMPULAN ... 146

B. SARAN ... 147


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Fakta ... 67

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Opini ... 68

Tabel 3. 3 Kisi-kisi Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 69

Tabel 3. 4 Kisi-kisi Kuesioner Sikap Belajar Siswa Berdasarkan Fakta ... 70

Tabel 3. 5 Kisi-kisi Kuesioner Sikap Belajar Siswa Berdasarkan Opini ... 70

Tabel 3. 6 Silabus Matematika Kelas X Genap KD ... 72

Tabel 3. 7 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 73

Tabel 3. 8 Interprestasi terhadap Koefisien Korelasi ... 75

Tabel 3. 9 Interprestasi Tingkat Reliabilitas ... 76

Tabel 3. 10 Uji Validitas Kuesioner Motivasi Belajar Berdasarkan Fakta ... 77

Tabel 3. 11 Uji Validitas Kuesioner Motivasi Belajar Berdasarkan Opini ... 78

Tabel 3. 12 Uji Validitas Kuesioner Minat ... 80

Tabel 3. 13 Uji Validitas Kuesioner Sikap Belajar Berdasarkan Fakta ... 81

Tabel 3. 14 Uji Validitas Kuesioner Sikap Belajar Berdasarkan Opini ... 82

Tabel 3. 15 Uji Validitas Kuesioner Sikap Belajar Berdasarkan Fakta ... 83

Tabel 3. 16 Skor Kuesioner Motivasi berdasarkan Fakta ... 85

Tabel 3. 17 Skor Kuesioner Motivasi berdasarkan Opini ... 85

Tabel 3. 18 Skor Kuesioner Minat ... 86

Tabel 3. 19 Skor Kuesioner Sikap berdasarkan Fakta ... 87

Tabel 3. 20 Skor Kuesioner Sikap berdasarkan Opini ... 87

Tabel 4. 1 Data Mentah Motivasi ( ) ... 93

Tabel 4. 2 Kriteria Motivasi Belajar ... 94

Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ... 94

Tabel 4. 4 Data Mentah Minat ( ) ... 95

Tabel 4. 5 Kriteria Minat Belajar ... 96

Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Minat Belajar ... 97

Tabel 4. 7 Statistik Data Minat Belajar ... 97

Tabel 4. 8 Data Mentah Sikap ( ) ... 98

Tabel 4. 9 Kriteria Sikap Belajar... 99

Tabel 4. 10 Distribusi Frekuensi Sikap Belajar ... 99

Tabel 4. 11 Statistik Data Sikap Belajar ... 100

Tabel 4. 12 Data Mentah Hasil Belajar ( )... 101

Tabel 4. 13 Kriteria Hasil Belajar ... 102


(16)

xvi

Tabel 4. 15 Statistik Data Hasil Belajar ... 103

Tabel 4. 16 Interval Motivasi Belajar ... 122

Tabel 4. 17 Motivasi Belajar Siswa ... 122

Tabel 4. 18 Interval Minat Belajar ... 123

Tabel 4. 19 Minat Belajar Siswa ... 123

Tabel 4. 20 Interval Minat Belajar ... 124

Tabel 4. 21 Sikap Belajar Siswa ... 124

Tabel 4. 22 Interval Hasil Belajar ... 125

Tabel 4. 23 Hasil Belajar Siswa ... 125

Tabel 4. 24 Kelompok Siswa Berdasarkan Motivasi dan Hasil Belajar ... 126

Tabel 4. 25 Kelompok Siswa Berdasarkan Minat dan Hasil Belajar ... 126


(17)

xvii

DAFTAR BAGAN, GAMBAR, DAN HISTOGRAM

Gambar 2. 1 Hirarki Kebutuhan Menurut Maslow ... 38

Gambar 2. 2 Segitiga Sembarang ... 54

Gambar 2. 3 Segitiga Sembarang ... 56

Gambar 2. 4 Kerangka Berpikir Penelitian ... 61

Gambar 4. 1 Histogram Motivasi Belajar ... 94

Gambar 4. 2 Histogram Minat Belajar ... 97

Gambar 4. 3 Histogram Sikap Belajar ... 100

Gambar 4. 4 Histogram Hasil Belajar ... 102

Gambar 4. 5 Diagram Terserak Hasil belajar dan Motivasi Belajar ... 104

Gambar 4. 6 Diagram Terserak Hasil belajar dan Minat Belajar ... 105

Gambar 4. 7 Diagram Terserak Hasil belajar dan Sikap Belajar ... 106

Gambar 4. 8 Grafik Persamaan Regresi Linear Motivasi Belajar dan Hasil Belajar ... 115

Gambar 4. 9 Grafik Persamaan Regresi Linear Minat Belajar dan Hasil Belajar117 Gambar 4. 10 Grafik Persamaan Regresi Linear Sikap Belajar dan Hasil Belajar ... 119


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. 1 Validasi Pakar Kuesioner Motivasi Belajar (Uji Coba) ... 155

Lampiran A. 2 Validasi Pakar Kuesioner Minat Belajar (Uji Coba) ... 163

Lampiran A. 3 Validasi Pakar Kuesioner Sikap Belajar (Uji Coba)... 166

Lampiran A. 4 Validasi Pakar Tes Hasil Belajar dan Rubrik Penilaian (Uji Coba) ... 172

Lampiran A. 5 Rubrik Penilaian Hasil Belajar Siswa ... 174

Lampiran A. 6 Perhitungan Uji Validitas Butir dan Reliabilitas Kuesioner Motivasi Berdasarkan Fakta ... 182

Lampiran A. 7 Perhitungan Uji Validitas Butir dan Reliabilitas Kuesioner Motivasi Berdasarkan Opini ... 186

Lampiran A. 8 Perhitungan Uji Validitas Butir dan Reliabilitas Kuesioner Minat ... 190

Lampiran A. 9 Perhitungan Uji Validitas Butir dan Reliabilitas Kuesioner Sikap Berdasarkan Fakta ... 194

Lampiran A. 10 Perhitungan Uji Validitas Butir dan Reliabilitas Kuesioner Sikap Berdasarkan Opini ... 198

Lampiran A. 11 Perhitungan Uji Validitas Butir dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 202

Lampiran A. 12 Validasi Pakar Kuesioner Motivasi Belajar (Setelah Revisi) ... 206

Lampiran A. 13 Validasi Pakar Kuesioner Minat Belajar (Setelah Revisi) ... 214

Lampiran A. 14 Validasi Pakar Kuesioner Sikap Belajar (Setelah Revisi) ... 217

Lampiran A. 15 Validasi Pakar Tes Hasil Belajar dan Rubrik Penilaian (Setelah Revisi) ... 223

Lampiran B. 1 Perhitungan Uji Normalitas Motivasi Belajar... 226

Lampiran B. 2 Perhitungan Uji Normalitas Minat Belajar ... 227

Lampiran B. 3 Perhitungan Uji Normalitas Sikap Belajar ... 228

Lampiran B. 4 Perhitungan Uji Normalitas Tes Hasil Belajar... 229

Lampiran B. 5 Perhitungan Uji Korelasi Antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar ... 230

Lampiran B. 6 Perhitungan Uji Korelasi Antara Minat Belajar dan Hasil Belajar ... 231

Lampiran B. 7 Perhitungan Uji Korelasi Antara Sikap Belajar dan Hasil Belajar ... 232

Lampiran B. 8 Analisis Regresi Linier Antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar ... 233

Lampiran B. 9 Analisis Regresi Linier Antara Minat Belajar dan Hasil Belajar 234 Lampiran B. 10 Analisis Regresi Linier Antara Sikap Belajar dan Hasil Belajar ... 235


(19)

xix

Lampiran C. 1 Contoh Hasil Uji Coba Kuesioner Motivasi Belajar Siswa

Berdasarkan Fakta dan Opini ... 237

Lampiran C. 2 Contoh Hasil Uji Coba Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 249

Lampiran C. 3 Contoh Hasil Uji Coba Kuesioner Sikap Belajar Siswa Berdasarkan Fakta dan Opini ... 255

Lampiran C. 4 Contoh Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ... 267

Lampiran C. 5 Contoh Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Fakta dan Opini ... 274

Lampiran C. 6 Contoh Hasil Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 286

Lampiran C. 7 Contoh Hasil Kuesioner Sikap Belajar Siswa Berdasarkan Fakta dan Opini ... 292

Lampiran C. 8 Contoh Hasil Tes Hasil Belajar Siswa ... 304

Lampiran D. 1 Foto Observasi dan Mengerjakan Tes Hasil Belajar ... 308

Lampiran E. 1 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 310

Lampiran E. 2 Tabel Distribusi Kolmogorov-Smirnov ... 311

Lampiran E. 3 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal ... 313


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak terlepas dengan kegiatan belajar. Tanpa atau dengan disadari, belajar tersebut menjadikan manusia terus berkembang. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Belajar tidak harus dalam kondisi formal di dalam kelas, tetapi dapat secara informal, nonformal dan siswa dapat belajar dari alam atau dari peristiwa sosial sehari-hari (Suyono, 2011:15). Burton, dalam Aunurrahman (2012:35), merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dengan berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi tersebut akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang baru. Aunurrahman mengungkapkan beberapa ciri umum kegiatan belajar yakni belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya dan hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.

Belajar pada umumnya dikenal pada pendidikan formal di sekolah yang wajib diikuti oleh setiap individu. Dari keseluruhan proses di sekolah, kegiatan yang paling pokok adalah kegiatan belajar dan mengajar. Pada umumnya, kegiatan mengajar dilakukan oleh guru. Menurut Alvin W. Howard dalam Slameto (2010:32) mengajar adalah suatu aktivitas


(21)

untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideal (cita-cita),

appreciations (penghargaan) dan knowledge. Slameto mengemukakan

bahwa dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Keberhasilan guru mengajar dapat dilihat dari pencapaian belajar yang dialami siswa. Tetapi dalam proses belajar, siswa dapat mengalami masalah dalam belajarnya. Aunurrahman mengemukakan bahwa masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah belajar. Masalah-masalah belajar yang dapat muncul sebelum kegiatan belajar dapat berhubungan dengan karakteristik/ciri siswa, baik berkenaan dengan minat, kecakapan maupun pengalaman-pengalaman. Selama proses belajar, masalah belajar seringkali berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, pengelolaan pesan pembelajaran, menyimpan pesan, menggali kembali pesan yang telah tersimpan, unjuk hasil belajar. Sesudah belajar, masalah belajar dimungkinkan berkaitan dengan penerapan prestasi atau keterampilan yang sudah diperoleh melalui proses belajar sebelumnya.

Peneliti melakukan penelitian di SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Peneliti melakukan observasi kelas yang bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung. Peneliti melakukan observasi pertama pada kelas X-1, X-2, X-3 dan X-4. Siswa diminta guru untuk mengerjakan soal latihan secara individu namun, sebagian besar


(22)

siswa mengerjakan soal latihan dengan berdiskusi dengan teman lainnya. Selama pengerjaan soal latihan, ada beberapa siswa yang jalan-jalan di kelas untuk menanyakan tugas ke siswa yang lain, mengerjakan soal sambil bernyanyi, mengerjakan beberapa soal siswa lalu mengobrol (membicarakan mengenai suatu permainan online dan kegiatan di luar kelas), melamun, mengantuk, memukul-mukul meja (menggendangkan meja), mengerjakan soal sambil berdiri atau duduk di lantai. Pada kelas X-3, guru menerapkan metode diskusi kelompok untuk mengerjakan beberapa soal latihan. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 2 sampai 3 siswa dalam satu kelompok. Selama pembelajaran siswa serius mengerjakan soal yang diberikan dalam kelompok. Dalam pengerjaan soal terlihat guru memantau siswa dengan berkeliling kelas dan beberapa siswa bertanya ke guru untuk mengecek pekerjaannya. Namun, terlihat ada beberapa siswa yang menggangu teman lainnya yang sedang mengerjakan dan memukul-mukul meja (menggendangkan meja). Dalam kelas ini, kondisi kelas lebih kondusif dan tenang dibandingkan dengan ketiga kelas lainnya.

Pada saat observasi kedua, peneliti melakukan observasi pada kelas X-2 dan X-4. Peneliti memperhatikan perilaku siswa sebelum pembelajaran di mulai, saat pembelajaran dan setelah pembelajaran. Sebelum pembelajaran ada beberapa siswa sibuk main HP, makan di kelas dan ada pula yang mempersiapkan pelajaran dengan membaca buku materi dan catatan. Guru mengawali pembelajaran dengan bertanya kepada siswa


(23)

mengenai tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Beberapa siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru sehingga guru memberikan tambahan waktu pengerjaan. Pada pertemuan ini guru memulai pembelajaran dengan mengulang materi sebelumnya dan mengingatkan siswa beberapa definisi. Kemudian guru mengajarkan materi selanjutnya di depan kelas. Ketika guru mengajar didepan kelas, siswa memperhatikan dengan tenang dan serius. Pada saat guru mengajar, beberapa siswa mencatat materi yang dituliskan guru di papan tulis. Ada siswa yang belum paham mengenai penjelasan guru dan langsung bertanya kepada guru. Ada pula siswa yang belum mengerti mengenai penjelasan guru lalu bertanya kepada teman. Setelah guru menjelaskan materi, guru memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan siswa. Ada siswa yang tidak mengerjakan soal yang diberikan guru, ada beberapa siswa mengerjakan latihan soal dengan berdiskusi dengan siswa lainnya, ada pula yang mengerjakan soal sambil menganggu siswa lainnya yang sedang mengerjakan namun, ada pula siswa yang mengerjakan soal dengan tenang dan serius. Pada observasi ini, siswa mengerjakan apa yang diperintahkan guru, namun hal tersebut dikerjakan sambil mengobrol dan bercanda dengan siswa lainnya. Setelah jam pelajaran selesai, ada beberapa siswa bermain handphone, jalan keluar kelas, namun ada beberapa siswa yang masih melanjutkan tugas yang diberikan guru hingga guru mata pelajaran selanjutnya datang.


(24)

Peneliti melakukan wawancara dengan guru setelah pembelajaran selesai. Menurut guru, siswa-siswa sangat aktif saat pembelajaran. Apabila guru sedang menjelaskan materi di depan kelas, siswa akan tenang mendengarkan terkhusus apabila materi yang diajarkan merupakan materi yang susah. Berdasarkan pengalaman guru, ketika siswa diminta untuk mengerjakan soal, siswa akan mengerjakan dengan berdiskusi dengan teman yang menyebabkan kondisi kelas ribut. Setelah siswa mengerjakan satu nomor soal, siswa akan jalan-jalan di kelas atau ngobrol dengan teman atau bermain-main dalam kelas atau bernyanyi atau menganggu teman yang sedang mengerjakan. Hal tersebut yang menyebabkan siswa lama mengerjakan soal dan membuat kelas semakin ribut namun, siswa tetap bertanggung jawab mengerjakan dan menyelesaikan apa yang diperintahkan guru. Waktu pembelajaran dalam seminggu adalah 4 jam pelajaran dengan 3 pertemuan, sehingga dalam seminggu terdapat 1 pertemuan dengan 2 jam pelajaran dan 2 pertemuan dengan masing-masing pertemuan 1 jam pelajaran. Hal tersebut salah satu alasan guru menggunakan metode ceramah. Menurut guru, dengan waktu yang tidak banyak, metode ceramah cukup efektif untuk menjelaskan materi karena metode ini dirasa paling mudah untuk dilaksanakan dan siswa juga lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Secara langsung guru dapat mengetahui pemahaman siswa dan guru dapat mengetahui kesulitan siswa dalam memahami materi. Menurut guru, siswa sangat aktif selama pembelajaran namun, keaktifan tersebut digunakan untuk mengerjakan


(25)

sesuatu yang tidak berhubungan dengan pembelajaran. Siswa berlum dapat mengatur diri untuk dapat memfokuskan diri dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara guru, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana motivasi belajar, minat belajar dan sikap belajar terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Ketiga hal tersebut termaksud faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Dalam Slameto (2010: 54), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor intern meliputi faktor-faktor jasmaniah dan faktor-faktor psikologis. Faktor ektern adalah faktor yang berasal dari luar individu sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor-faktor tersebut berhubungan satu sama lain. Menurut Sardiman (2008:39), faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar lebih ditekankan pada faktor intern terkhususnya pada faktor-faktor psikologis. Faktor-faktor psikologis dapat memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar atau menjadi hambatan dalam proses belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika, siswa kurang menguasai materi dasar trigonometri dan banyaknya submateri dalam trigonometri yang saling berkaitan, hal tersebut menyebabkan siswa mengalami kesulitan mempelajari submateri trigonometri selanjutnya.


(26)

Berdasarkan pengalaman guru, setiap tahun hasil belajar siswa pada materi trigonometri tidaklah tinggi. Dari hasil wawancara beberapa siswa, siswa mengaku bahwa banyaknya rumus yang saling berkaitan membuat siswa kesulitan dalam memahami rumus dan menentukan rumus yang harus digunakan.

Dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai hubungan motivasi, minat dan sikap belajar terhadap hasil belajar matematika pada pokok bahasan aturan sinus dan aturan cosinus di kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Beberapa siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru.

2. Selama pembelajaran berlangsung, ada beberapa siswa yang melamun, mengantuk, mengobrol tentang topik diluar pembelajaran. 3. Saat mengerjakan latihan soal, beberapa siswa mengerjakan soal

dengan menganggu siswa lain yang sedang mengerjakan soal, bercanda dengan siswa lain dan ada pula siswa yang tidak mengerjakan soal yang diberikan.

4. Beberapa siswa mengerjakan soal dengan bernyanyi, berdiri atau duduk di lantai dan jalan-jalan dalam kelas untuk menanyakan cara pengerjaan soal kepada siswa lain.


(27)

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ini dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya pada penelitian. Beberapa masalah yang telah diidentifikasi di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh motivasi, minat dan sikap belajar terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Pengambilan data dilaksanakan pada kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam pembelajaran matematika?

2. Bagaimana minat belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam pembelajaran matematika?

3. Bagaimana sikap belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam pembelajaran matematika?

4. Bagaimana hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam pembelajaran matematika?

5. Bagaimana hubungan antara minat belajar dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam pembelajaran matematika?


(28)

6. Bagaimana hubungan antara sikap belajar dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam pembelajaran matematika?

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan motivasi belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta terhadap pembelajaran matematika.

2. Untuk mendeskripsikan minat belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta terhadap pembelajaran matematika.

3. Untuk mendeskripsikan sikap belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta terhadap pembelajaran matematika.

4. Untuk mendeskripsikan hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam pembelajaran matematika.

5. Untuk mendeskripsikan hubungan antara minat belajar dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam pembelajaran matematika.

6. Untuk mendeskripsikan hubungan antara sikap belajar dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam pembelajaran matematika.


(29)

F. Definisi Istilah

Terdapat beberapa istilah dalam penelitian ini. Berikut uraian singkat mengenai istilah-istilah tersebut:

1. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang dihasilkan dari interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga perubahan tersebut dapat berguna bagi individu itu sendiri dan lingkungannya.

2. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dan pendidik secara sengaja, terarah dan terencana sehingga tercapainya suatu tujuan belajar.

3. Mengajar adalah suatu aktivitas belajar antara pendidk dan peserta didik dimana peran pendidik adalah membimbing, menolong dan menuntun siswa dalam belajar sedangkan peserta didik berperan aktif agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

4. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku atau kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa mengalami proses belajar.

5. Motivasi belajar adalah dorongan atau daya penggerak dari dalam maupun luar individu sehingga individu melakukan kegiatan belajar dan tercapaiannya tujuan belajar.

6. Minat belajar adalah ketertarikan untuk belajar dengan memberikan perhatian yang lebih yang disertai dengan adanya kemauan untuk


(30)

belajar atau keterlibatannya dalam belajar sehingga menimbulkan adanya kepuasan atau rasa senang dalam belajar.

7. Sikap belajar merupakan reaksi yang ditimbulkan saat belajar sebagai akibat interaksi dengan individu lainnya atau dengan lingkungannya yang dapat berubah kapan pun.

G. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagi Fakultas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terkhususnya motivasi, minat dan sikap belajar siswa terhadap pembelajaran matematika.

2. Bagi Sekolah

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat membantu guru-guru untuk melihat potensi-potensi yang dimiliki siswa agar pembelajaran dapat diterima dan bermanfaat bagi siswa. Hasil penelitian ini juga berguna bagi guru untuk melihat motivasi, minat dan sikap belajar siswa terhadap pembelajaran terkhususnya pelajaran matematika sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak sekolah untuk memberikan pengertian kepada orang tua siswa mengenai pentingnya motivasi, minat dan sikap belajar siswa yang mempengaruhi hasil


(31)

belajar siswa sehingga diharapkan orang tua dapat lebih memperhatikan anaknya dalam belajar.

3. Bagi Peneliti

Bagi peneliti yang merupakan calon guru, penelitian ini bermafaat sebagai latihan dalam penulisan karya ilmiah. Penelitian ini menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terkhususnya motivasi, minat dan sikap belajar siswa terhadap pembelajaran matematika sehingga jika kelak menjadi guru, dapat membantu siswa dalam belajar dan siswa memperoleh hasil belajar yang maksimal.


(32)

13 BAB II LANDASAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Menurut teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Sedangkan teori belajar konstruktivitik mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, tetapi melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Dalam proses belajar, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan (Siregar, Eveline dan Hartini Nara, 2011:25).

Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto 2013:2).

Menurut Hudojo (1988:1), belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

Menurut Winkel (2005:59), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang


(33)

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Burton merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dengan berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut H.C. Witherington dalam Aunurrahan (2017:35), belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.

Berdasarkan uraikan diatas, dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang dihasilkan dari interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga perubahan tersebut dapat berguna bagi individu itu sendiri dan lingkungannya.

Menurut Hudojo (1988:3-4), dikatakan secara singkat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Hal tersebut membawa akibat bagaimana terjadinya proses belajar matematika. Untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar seseorang sebelumnya, akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika selanjutnya. Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar apabila


(34)

dilakukan secara kontinu. Belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar.

2. Pembelajaran

Menurut Khairani (2014:6), pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.

Menurut Siregar, Eveline dan Hartini Nara (2011:13), pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaanya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.

Menurut Imron (1996:43), pembelajaran dimaksudkan terciptanya suasana sehingga siswa belajar. Tujuan pembelajaran haruslah menunjang dan dalam rangka tercapainya tujuan belajar.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dan pendidik secara sengaja, terarah dan terencana sehingga tercapainya suatu tujuan belajar.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Hal yang paling penting dalam belajar adalah proses. Berjalannya proses belajar tersebut dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan (Slameto, 2013:54-72), yaitu :


(35)

a. Faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern meliputi:

1) Faktor-faktor Jasmaniah

Faktor-faktor jasmaniah terbagi menjadi dua, yaitu: a) Faktor kesehatan

Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Sehat merupakan keadaan baik seluruh badan serta bagian-bagiannya bebas dari sakit. Jika seseorang kesehatannya terganggu maka seseorang tersebut akan mengalami kesulitan dalam belajar. Agar seseorang dapat belajar dengan baik maka kesehatan haruslah dijaga dengan menjaga pola makan, olahraga, istirahat/tidur yang cukup, rekreasi, serta ibadah. b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu uang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat dapat berupa buta, setengah buta, tulis, setengah tuli, patah kaki dan patah tangan, lumpuh dan sebagainya. Keadaan ini mengharuskan seseorang belajar pada lembaga pendidikan khusus atau menggunakan alat bantu agar dapat belajar.

2) Faktor-faktor Psikologis

Keadaan psikologis individu dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar yakni:


(36)

a) Inteligensi dan Bakat

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi sangat berpengaruh terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai intelegensi yang rendah. Namun, hal tersebut tidak selalu benar, karena faktor-faktor belajar lainnya juga dapat mempengaruhi belajar siswa. Jika faktor belajar lainnya bersifat menghambat atau berpengaruh negatif terhadap belajar maka siswa maka akhirnya siswa gagal dalam belajarnya.

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Hasil belajar akan maksimal jika siswa belajar sesuai pada bakat yang dimiliki.

Menurut Dalyono (2010:56), kedua aspek kejiwaan (psikis) ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya, orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Bakat


(37)

memberikan pengaruh yang besar dalam menentukan keberhasilan belajar. Bila seseorang mempunyai intelegensi tinggi dan memiliki bakat dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajar akan lancar dan sukses bila dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat saja tetapi intelegensinya rendah.

b) Minat dan Motivasi

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut karena siswa tidak tertarik untuk mempelajarinya. Bahan pelajaran yang menarik bagi siswa, akan lebih mudah dipelajari dan disimpan oleh siswa. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

Motivasi merupakan daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar, perlu diperhatikan hal yang dapat mendorong siswa agar belajar dengan baik. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan


(38)

belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebalikya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.

c) Perhatian

Perhatian atau tertuju pada sesuatu objek atau sekumpulan objek sangat diperlukan dalam proses belajar. Hasil belajar yang baik dapat diperoleh dengan memusatkan perhatian ke pembelajaran, jika tidak maka timbullah rasa bosan yang mengakibatkan tidak tertarik untuk belajar.

d) Kematangan dan Kesiapan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuh telah siap untuk melakukan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain, anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar. Menurut Piaget (Dalyono, 2010:39-40), pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Piaget membagi tingkat-tingkat perkembangan anak, namun tingkatan tersebut berbeda tiap anak.


(39)

i) Tingkat sensori motoris : 0 – 2 tahun

Pada masa kanak-kanak ini, anak tidak mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.

ii)Tingkat preoperasional : 2 – 7 tahun

Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) dalam lingkungannya saja.

iii)Tingkat operasi konkret : 7 – 11 tahun

Anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak.

iv)Tingkat operasi formal : 11 tahun ke atas

Anak telah mempunyai pemikiran yang abstrak pada bentuk-bentuk lebih kompleks. Flavell (1963) memberikan ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Pada pemikiran anak remaja adalah hypothetico-deductive. Ia telah dapat membuat hipotesis-hipotesis dari suatu problem dan membuat keputusan terhadap problem itu secara tepat, tetapi anak kecil belum dapat menyimpulkan apakah hipotesisnya ditolak atau diterima.

(2) Periode propositional thinking. Remaja telah dapat memberikan proposisi berdasarkan pada data yang konkret.


(40)

Tetapi kadang-kadang ia berhadapan dengan proposisi yang bertentangan dengan fakta.

(3) Periode combinatorial thinking. Bila remaja itu mempertimbangkan tentang pemecahan masalah, maka ia telah memisahkan faktor-faktor yang menyangkut dirinya dan mengombinasi faktor-faktor itu.

3) Faktor Kelelahan

Dalam kondisi lelah, seseorang akan mengalami kesulitan belajar. Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu,

a) Kelelahan jasmani

Kelelahan jasmani dapat dilihat ketika tubuh lemah lunglai dan timbul keinginan untuk membaringkan tubuh. Hal ini terjadi karena adanya kekacauan sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

b) Kelelahan rohani

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapai hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa ada variasi dan


(41)

mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

b. Faktor ektern

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu sehingga dapat mempengaruhi belajar. berikut ini faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar:

1) Faktor keluarga

Pendidikan pertama yang didapatkan seseorang berasal dari keluarga. Pengaruh keluarga terhadap belajar seseorang meliputi:

a) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anak, memiliki pengaruh terhadap belajar anak. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajar anak, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajar anak, memperhatikan anaknya belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anak, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar anak, kesulitan-kesulitan yang dialami anak dan lain sebagainya hal tersebut, dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Anak yang sebenarnya anak pandai tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam belajar anaknya


(42)

dan akhirnya malas belajar. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak memuaskan atau bahkan gagal dalam studinya. Hal tersebut dapat terjadi pada anak yang berasal dari keluarga yang orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaannya atau orang tua yang tidak mencintai anaknya.

Mendidik anak dengan cara memanjakan adalah cara yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anak hingga tidak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar, bahkan membiarkan saja jika anaknya tidak belajar adalah tidak benar. Jika hal tersebut dibiarkan berlarut-larut, anak akan menjadi nakal dan berbuat seenaknya dan akan membuat belajar anak menjadi kacau. Sedangkan jika orang tua mendidik anak dengan memperlakukan anak terlalu keras atau mengejar-ngejar anaknya untuk belajar, juga merupakan cara mendidik yang tidak benar. Hal tersebut dapat berdampak pada anak yang diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar, bahkan jika ketakutan tersebut semakin serius, anak akan mengalami gangguan kejiwaan karena tekanan-tekanan yang dialaminya. Orang tua yang demikian biasanya menginginkan anaknya mencapai prestasi yang sangat baik atau orang tua mengetahui bahwa anaknya bodoh tetapi tidak tahu apa yang menyebabkan sehingga anak dikejar-kejar untuk mengatasi atau mengejar kekurangannya. Disinilah bimbingan dan penyuluhan memiliki peranan yang penting. Anak yang mengalami kesukaran-kesukaran di atas dapat ditolong


(43)

dengan memberikan bimbingan belajar sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.

b) Relasi antar anggota keluarga

Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya dan anggota keluarga lainnya. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan tersebut penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah sikap diliputi kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya. Relasi antaranggota keluarga erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Relasi yang tidak baik dapat menyebabkan perkembangan anak terhambat, belajarnya terganggu, atau bahkan menimbulkan masalah-masalah psikologis lainnya. Dengan demikian, kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan melalui relasi yang baik dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman yang mensukseskan belajar anak. c) Suasana rumah

Suasana rumah yang dimaksudkan adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termaksud faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semerawut tidak akan memberi ketenangan pada anak


(44)

yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang tegang, ribut dan sering terjadi pertengkaran antaranggota keluarga atau dengan keluarga lain, akan menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah yang mengakibatkan kekacauan dalam belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik, perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram sehingga anak dapat betah tinggal di rumah dan anak dapat belajar dengan baik.

d) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lainnya juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, buku-buku dan sebagainya. Fasilitas belajar dapat terpenuhi jika keluarga cukup uang untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, maka kesehatan anak akan terganggu sehingga belajar anak juga akan terganggu. Selain itu, anak akan dirundung kesedihan sehingga anak dapat merasa minder dengan teman yang lain. Anak yang harus bekerja mencari nafkah untuk membantu orang tuanya walaupun anak belum saatnya untuk bekerja, akan mengganggu belajar anak. Untuk keluarga yang kaya raya sehingga orang tua cenderung memanjakan anak yang memberikan dampak pada anak untuk bersenang-senang saja dan berfoya-foya. Hal tersebut dapat mengakibatkan anak kurang


(45)

memusatkan perhatiannya dalam belajar dan dapat mengganggu belajar anak.

e) Pengertian orang tua

Dorongan dan pengertian orang tua sangatlah penting dalam perkembangan belajar anak. Dorongan dan pengertian dari orang tua dapat membantu anak untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya. Jika dibutuhkan, orang tua dapat menghubungi gurunya untuk mengetahui perkembangan anak.

f) Latar belakang kebudayaan

Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang ditanamkan pada anak, diperlukan agar mendorong semangat anak untuk belajar.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik tersebut dapat terjadi keran guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru menyajikan pembelajaran tidak jelas atau sikap guru tehadap siswa atau terhadap mata pelajaran tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Hal tersebut mengakibatkan anak menjadi malas belajar. relasi guru dengan siswa mendukung siswa untuk


(46)

menyukai atau tidak menyukai mata pelajaran yang diberikan. Relasi yang baik akan membuat siswa menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha mempelajari dengan sebaik-baiknya. Relasi siswa dengan siswa juga memberikan pengaruh pada proses belajar anak. Jika relasi yang kurang baik antar siswa dengan siswa lain maka dapat menyebabkan siswa akan malas untuk masuk sekolah karena mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya.

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Jika siswa berada di lingkungan masyarakat yang berkelakuan baik maka siswa akan berkelakuan baik. Sebaliknya jika siswa berada di lingkungan masyarakat yang tidak berkelauan baik maka siswa akan mengikuti dengan berkelakuan tidak baik. Siswa akan meniru apa yang dilakukan orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Hal tersebut berdampak pada siswa terkhususnya dalam belajar.


(47)

B. Mengajar

Menurut Tradif (Syah, 1997:182), mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan membantu dan memudahkan orang lain melakukan kegiatan belajar.

Menurut Hudojo (1988:5), mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan/pengalaman yang dimiliki ke peserta didik. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta didik. Dapat dikatakan mengajar dengan baik apabila hasil belajar peserta didik baik. Hal tersebut dapat dipenuhi bila pengajar mampu memberikan fasilitas belajar yang baik sehingga dapat terjadi proses belajar yang baik.

Slameto mengemukakan beberapa definisi mengajar dari beberapa para ahli (2013:30-35). Menurut DeQueliy dan Gazali mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan sederhana. Menurut Alvin W.Howard, mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge. Dalam pengertian ini guru harus berusaha membawa perubahan tingkah laku yang baik atau berkecenderungan langsung untuk mengubah tingkah laku siswanya. Menurut Waini Rasyidin, mengajar yang dipentingkan ialah adanya partisipasi guru dan siswa satu sama lain. Guru merupakan koordinator, yang melakukan aktivitas dalam interaksi sedemikian


(48)

rupa sehingga siswa belajar seperti yang kita harapkan. Guru hanya menyusun dan mengatur situasi belajar.

Berdasarkan pandangan para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan mengajar adalah suatu aktivitas belajar antara pendidk dan peserta didik dimana peran pendidik adalah membimbing, menolong dan menuntun siswa dalam belajar sedangkan peserta didik berperan aktif agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Dapat dikatakan mengajar matematika dengan baik apabila peserta didik dapat memahami konsep-konsep matematika dan dapat menghubungkan konsep yang dulu dipelajari dengan konsep matematika yang baru dipelajari serta dapat mengaplikasikan pada masalah-masalah dalam matematika itu sendiri atau ilmu lainnya maupun dalam kehidupan sehari-hari.

C. Hasil Belajar

Menurut Gronlund dalam Khodijah (2014:189), hasil belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu.

Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya (Purwanto, 2009:46).

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana Nana, 1990:22).

Dari beberapa definisi hasil belajar diatas, maka dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku atau kemampuan-kemampuan yang


(49)

dimiliki siswa setelah siswa mengalami proses belajar. Menurut Winkel (2005:57) hasil belajar secara relatif bersifat konstan dan berbekas. Secara relatif yang dimaksud adalah terdapat kemungkinan hasil belajar ditiadakan atau dihapus dan diganti dengan hasil yang baru atau ada kemungkinan suatu hasil belajar yang terlupakan. Secara berbekas yang dimaksud adalah jika seseorang dalam keadaan melupakan sesuatu maka dalam ingatan tetap tertinggal sisa-sisa dari apa yang dipelajari dahulu. Dengan adanya sisa-sisa ingatan terdahulu akan membantu untuk mempelajarinya kembali dan hal tersebut akan lebih mudah dan cepat dibanding orang yang belum pernah mempelajarinya.

Tidak semua perubahan perilaku yang terjadi pada individu dapat dikatakan sebagai hasil belajar. Menurut Ahmadi dan Supriyono dalam Khodijah (2014:51-52), suatu proses perubahan baru dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Terjadi secara sadar

Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar itu disadari. Individu yang mengalami perubahan itu menyadari akan perubahan yang terjadi pada dirinya. Jika seseorang tiba-tiba memiliki suatu kemampuan karena dihipnotis maka hal tersebut tidak dapat disebut sebagai hasil belajar.

2. Bersifat fungsional

Perubahan yang timbul karena proses belajar juga bersifat fungsional. Artinya, perubahan tersebut memberikan manfaat yang luas. Setidaknya bermanfaat ketika siswa akan menempuh ujian, atau bahkan bermanfaat bagi


(50)

siswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari, terutama dalam menjaga kelangsungan hidupnya.

3. Bersifat aktif dan positif

Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar yang bersifat aktif dan positif. Aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan usaha dan aktivitas dari individu sendiri untuk mencapai perubahan tersebut. Positif artinya baik, bermanfaat dan sesuai dengan harapan. Positif juga berarti mengandung nilai tambah bagi individu.

4. Bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar bukan bersifat sementara, melainkan bersifat relatif permanen. Siswa dapat menggunakan hasil belajar saat dihadapkan persoalan yang sama dikemudian hari.

5. Bertujuan dan terarah

Perubahan yang terjadi karena belajar juga pasti bertujuan dan terarah. Artinya, perubahan tersebut tidak terjadi tanpa unsur kesengajaan dari individu yang bersangkutan untuk mengubah perilakunya.

6. Mencangkup seluruh aspek perilaku

Perubahan yang timbul karena proses belajar itu pada umumnya mencangkup seluruh aspek perilaku (kognitif, efektif dan psikomotorik). Ketiga aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain, karena perubahan pada satu aspek biasanya juga akan memperngaruhi perubahan pada aspek lainnya.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar


(51)

dari Benyamin Bloom dalam Sudjana (2009:22-31) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek , yakni:

a. Tipe hasil belajar: Pengetahuan

Istilah pengetahuan yang dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat, sebab dalam istilah tersebut, termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, nama tokoh, nama kota dan lain sebagainya. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu digafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya

b. Tipe hasil belajar: Pemahaman

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya dengan menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori.

1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya.


(52)

2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau mengubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

3) Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

c. Tipe hasil belajar: Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah.

d. Tipe hasil belajar: Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahnya integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk


(53)

beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya.

e. Tipe hasil belajar: Sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah dari pada berpikir konvergen. Dalam berpikir konvergen, pemcahan atau jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam bepikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan mengumpulkannya ke dalam satu kelompok besar. Mengartikan analisis sebagai memecah integritas menjadi integritas perlu secara hati-hati dan penuh telaah.

f. Tipe hasil belajar: Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi dan lain sebagainya. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehiupan bermasyarakat dan bernegara. Mampu memberikan evaluasi tentang kebijakan mengenai kesempatan belajar, kesempatan kerja, dapat mengembangkan pastisipasi serta tangung jawabnya sebagai warga negara. Mengembangkan kemampuan evaluasi


(54)

yang dilandasi aplikasi, analisis dan sintesis akan mempertinggi mutu evaluasinya.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa para ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaaan kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

3. Ranah Psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan yakni:

a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan

e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks

f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.


(55)

D. Motivasi Belajar

1. Motivasi

Motif manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga pengerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Motif-motif itu memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku kita. Juga kegiatan kegiatan yang biasanya kita lakukan sehari-hari mempunyai motif-motif tertentu pula (Rohmah, 2012:239).

Menurut Suryabrata (Siregar, Eveline dan Hartini Nara, 2010:49), motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Hamalik (2013:175), motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Berikut ini adalah fungsi motivasi:

1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

2. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

3. Sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perkerjaan.

Menurut Hamalik (2013:175), motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu:


(56)

1. Motif-motif bawaan

Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir sehingga motivasi tersebut ada tanpa dipelajari. Misalnya makan, minum, kerja, istirahat dan lain-lain. 2. Motif-motif yang dipelajari

Motif-motif yang timbul karena dipelajari. Misalnya dorongan untuk mempelajari pengetahuan tertentu.

Berdasarkan pengertian motivasi, pokok dari motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Sardiman, 2008:89-91):

1. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu diransang dari luar. Dorongan berasal dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu. Misalnya seseorang senang membaca sehingga tidak perlu disuruh untuk membaca maka ia akan membaca.

2. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Misalnya seorang siswa belajar untuk ujian besok agar mendapatkan nilai bagus dan mendapat hadiah dari orang tuanya.

Menurut teori kebutuhan, setiap manusia bertindak senantiasa didorong untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan tersebut, pada diri manusia senantiasa menuntut pemenuhan. Pemenuhan kebutuhan dimulai dari tingkatan yang paling dasar dan secara hierarkis menuju kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Maslow, jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dapat dipenuhi, maka kebutuhan yang berada di tingkatan


(57)

atasnya akan muncul dan minta dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhan tersebut dipandang sebagai motivator aktif. Sementara kebutuhan di tingkatan atasnya menjadi strongest need. Oleh karena itu kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan secara terus-menerus minta dipenuhi.

Menurut Maslow (Imron, 1996:88), ada lima kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan-kebutuhan tersebut, menurut Maslow haruslah terpenuhi. Sebab, kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi active motivator. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dan tidak bisa menjadi active motivator, maka usaha manusia hanya bertahan pada level sebelumnya dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan demikian ini sangat penting guna meningkatkan motivasi seseorang termaksud dalam motivasi belajar.

1 2 5 4

3


(58)

Keterangan:

1. Kebutuhan Fisiologis (sandang pangan)

Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan akan makan dan minum, pakaian dan tempat tinggal.

2. Kebutuhan rasa aman dan terjamin

Yang dimaksud rasa aman disini tidak saja secara fisik, tetapi juga secara psikis atau mental. Aman secara fisik misalnya saja terhindar dari gangguan kriminalitas, teror, gangguan binatang buas, gangguan orang lain, gangguan dari bangunan dan tempat yang tidak aman. Aman secara psikis misalnya tidak banyak kena marah, tidak dimutasikan sembarangan, tidak mudah didemosikan (penurunan pangkat), tidak banyak diejek, tidak direndahkan harga dirinya dan sebagainya. Sementara rasa terjamin misalnya saja ada penghasilan ketika sakit dan sebagainya. Kebutuhan rasa aman dan rasa terjamin ini sangat penting bagi seseorang, karena hal demikian dapat menjadi faktor motivasi, termaksud motivasi belajar

3. Kebutuhan sosial

Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia butuh agar dianggap sebagai warga komunitas sosialnya yaitu manusia. Kebutuhan sosial ini juga mengandung arti bahwa ia harus diterima oleh orang lain. Kebutuhan sosial sangat penting bagi manusia yang sedang belajar. Seseorang tidak akan dapat belajar dengan baik jika merasa atau mempresepsi dirinya ditolak oleh sekitarnya.


(59)

4. Kebutuhan ego

Kebutuhan ego adalah kelanjutan dari kebutuhan sosial. Kepercayaan dan rasa tangung jawab yang diberikan orang lain akan memberikan motivasi dalam diri seseorang untuk dapat melakukan yang terbaik. Jika kebutuhan ini diterapkan dalam belajar dan pembelajaran, maka siswa haruslah diberikan banyak tugas-tugas yang menantang tetapi masih dalam kerangka kemampuan dirinya. Dengan tugas-tugas yang diberikan, maka siswa akan termotivasi untuk belajar.

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Yang dimaksud kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk membuktikan dirinya dan menunjukkan dirinya kepada orang lain. Oleh karena itu, pada tahapan pemenuhan tertinggi ini, seseorang mengembangkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki. Pemenuhan kebutuhan tertinggi ini membutuhkan suasana yang kondusif dari lingkungan, sehingga seseorang dapat bebas mengaktualisasikan dirinya. Pada seorang siswa, ekspresi dari seluruh totalitasnya bisa tercurah dengan baik manakala terdapat suasana yang kondusif untuk akualisasi belajar dari pembelajar baik dalam kelas maupun luar kelas.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan motivasi adalah dorongan atau penggerak dari diri individu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang diinginkan.


(60)

2. Motivasi Belajar

Motivasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk di dalamnya kegiatan belajar (Purma Atmaja Prawira, 2012:320).

Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman (Noer Rohmah, 2012:241). Motivasi ini tumbuh karena ada keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu dan mendorong serta mengarahkan minat belajar siswa sehingga sungguh-sungguh untuk belajar dan termotivasi untuk mencapai prestasi.

Menurut Winkels dalam Ali Imron (1996:87-88), mengemukakan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajar.

Menurut Siregar, Eveline dan Hartini Nara (2011:51), secara umum terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar. Pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai tujuan.


(61)

Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau daya penggerak dari dalam maupun luar individu sehingga individu melakukan kegiatan belajar dan tercapaiannya tujuan belajar.

E. Minat Belajar

1. Pengertian Minat

Menurut Slameto (2010: 180), minat adalah suatu rasa suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Menurut Susanto Ahmad (2013: 58), minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama-kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.

Khairani Makmun (2014:136-137) mengemukakan pandangan para ahli mengenai minat, beberapa pandangan tersebut adalah sebagai berikut:


(62)

a. Menurut Kamisa, minat adalah kehendak, keinginan atau kesukaan. b. Menurut Sutjipto (2001), minat adalah kesadaran seseorang terhadap

suatu objek, orang, masalah atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

c. Menurut Lockmono (1994), minat adalah kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu.

Khairani Makmun (2014:136-137) mengemukakan unsur-unsur dalam minat sebagai berikut:

a. Minat adalah suatu gejala psikologis

b. Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subjek karena tertarik

c. Adanya perasaan senang terhadap objek yang menjadi sasaran

d. Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subjek untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah dorongan dari dalam diri sehingga menimbulkan ketertarikan atau memberikan perhatian lebih pada suatu objek serta terdapat kemauan lebih akan suatu objek atau kegiatan yang memberikan kepuasan dan rasa senang. Menurut Dewa Ketut Sukardi yang mengutip pendapat Carl Safran (dalam


(63)

Khairani Makmun, 2014:141), ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan minat, yaitu:

a. Minat yang diekspresikan

Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata-kata tertentu. Misalnya seseorang mungkin mengatakan bahwa dirinya tertarik dalam mengumpulkan mata uang logam.

b. Minat yang diwujudkan

Seseorang dapat mengungkapkan minat bukan melalui kata-kata melainkan dengan tindakan atau perbuatan, yaitu ikut serta dan berperan aktif dalam suatu kegiatan. Misalnya seseorang mengikuti kegiatan pramuka yang menarik perhatiannya.

c. Minat yang diinventariskan

Seseorang menilai minatnya agar dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu.

Menurut Kuder dalam Susanto Ahmad (2013: 61), terdapat sepuluh jenis atau macam-macam minat, yaitu:

a. Minat terhadap alam sekitar, yaitu minat terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan alam, binatang dan tumbuhan.

b. Minat mekanis, yaitu minat terhadap pekerjaan yang bertalian dengan mesin-mesin atau alat mekanik.

c. Minat hitung menghitung, yaitu minat terhadap pekerjaan yang membutuhkan perhitungan.


(64)

d. Minat terhadap ilmu pengetahuan, yaitu minat untuk menemukan fakta-fakta baru dan pemecahan masalah.

e. Minat persuasif, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan untuk mempengaruhi orang lain.

f. Minat seni, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan kesenian, kerajinan dan kreasi tangan.

g. Minat leterer, yaitu minat yang berhubungan dengan masalah-masalah membaca dan menulis berbagai karangan.

h. Minar musik, yaitu minat terhadap masalah-masalah musik, seperti menonton konser dan memainkan alat-alat musik.

i. Minat layanan sosial, yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjaan untuk membantu orang lain.

j. Minat klerikal, yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjaan administratif.

Jenis minat individu bergantung pada ketertarikan individu sendiri yang menggarahkannya untuk memilih jenis minat yang sesuai dengan keinginannya.

2. Minat dalam belajar

Minat sangat dibutuhkan dalam proses belajar. Menurut Hardjana (1994), minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa akan mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat melahirkan


(65)

perhatian spontan yang memungkinkan tercipatanya konsentrasi untuk waktu yang lama. Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinu baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitnya minat pada objek tersebut. Jika seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya. Namun, sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka perhatian pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk mengerjakannya. Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah harapan siswa tersebut dapat belajar yang baik. Hal itu tentu mempengaruhi hasil belajarnya.

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila siswa melihat bahwa dari hasil pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar siswa akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, minat belajar adalah ketertarikan untuk belajar dengan memberikan perhatian yang lebih yang disertai dengan adanya kemauan untuk belajar atau keterlibatannya dalam


(66)

belajar sehingga menimbulkan adanya kepuasan atau rasa senang dalam belajar.

Menurut Slameto (dalam Khairani Makmun, 2014: 145), minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam (internal) yaitu minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasaan, kebutuhan, bakat dan kebiasaan dan faktor dari luar (eksternal) yaitu minat yang sifatnya tidak menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Faktor luar dpat berupa kelengkapan sarana prasarana, peragaulan dengan orang tua dan presepsi masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial budaya.

F. Sikap Belajar

1. Pengertian Sikap

Menurut Slameto (2010: 188), sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan.

Menurut Winkel (2005:59), sikap adalah kemampuan internal yang bersifat mental; atau psikis.

Menurut Bruno (Syah Muhibbin, 2008:120), sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya


(67)

kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas) terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.

Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami perubahan. Sebagai hasil dari belajar, sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dengan objek tertentu (Dayakisni Tri dan Hudaniah 2012: 81-82).

Perbedaan pandangan para ahli mengenai sikap, pada umumnya pendapat yang banyak diikuti ialah bahwa sikap mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap, antara lain (Walgito Bimo, 2003: 107-116):

a. Komponen kognitif (komponen perseptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap b. Komponen afektif (komponen emosional) yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan arah sikap negatif atau sikap positif.

c. Komponen konatif (komponen perilaku) yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Dalam Walgito Bimo (2003: 111-112), sikap selain dianalisis dengan analisis komponen, juga dapat dianalisis dengan analisis fungsi. Analisis fungsi


(68)

yaitu analisis mengenal sikap dengan melihat fungsi sikap. Menurut Kats, sikap mempunyai empat fungsi, yaitu:

a. Fungsi instrumental atau penyesuaian atau manfaat

Dalam fungsi instrumen, sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya maka orang akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut, demikian sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap yang bersangkutan. Dalam fungsi manfaat, yaitu sejauh mana manfaat objek sikap dalam rangka pencapaian tujuan. Fungsi penyesuaian karena dengan sikap yamg diambil oleh seseorang, orang akan dapat menyesuaikan diri dengan secara baik terhadap sekitarnya. b. Fungsi pertahanan ego

Sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan dirinya atau ego. Sikap seperti ini biasa diambil seseorang ketika merasa keadaan dirinya terancam.

c. Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Seseorang mendapat kepuasan setelah dapat mengeskpresikan dirinya untuk menunjukkan keadaan dirinya.


(69)

d. Fungsi pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan pengalaman-pengalaman untuk memperoleh pengetahuan. Bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan. Dilihat mengenai apa yang menjadi determinan sikap, terdapat beberapa yang dianggap paling penting, yaitu:

a. Faktor fisiologis

Hal yang berkaitan dengan faktor fisiologis adalah faktor umur dan kesehatan. Pada umumnya orang muda sikapnya lebih radikal daripada sikap orang yang lebih tua sedangkan orang dewasa sikapnya lebih moderat. b. Faktor pengalaman langsung terhadap objek sikap

Pengalaman langsung yang bersangkutan dengan objek akan mempengaruhi sikap seseorang. Contohnya orang yang pernah merasakan perang, sikapnya berbeda dengan orang yang belum pernah merasakan perang.

c. Faktor kerangka acuan

Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap, maka orang akan mempunyai sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut.

d. Faktor komunikasi sosial

Komunikasi sosial berupa informasi dari seseorang kepada orang lain dapat menyebabkan perubahan sikap yang ada pada diri orang yang bersangkutan. Faktor komunikasi sangat penting dalam sikap seseorang.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)