Deskripsi Pemahaman Siswa Kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa

capek dalam tabel 4.5 terdapat tiga pernyataan yang diberikan shading biru oleh peneliti. Hal ini dikarenakan ketiga item tersebut merupakan pernyataan negatif. Skor rendah dalam pernyataan negatif diartikan baik. Artinya, siswa merasa percaya diri dan tidak takut salah serta tidak malu dalam melakukan permainan. Selain itu, karena antusiasme yang sangat tinggi siswa tidak merasa capek, lelah, ataupun bosan dalam mengikuti semua kegiatan. Berdasarkan penilaian siswa yang tertera pada tabel 4.5, model ini sangat efektif dan berguna bagi siswa. Dari poin-poin yang tersaji dapat dilihat bahwa siswa menikmati proses bimbingan. Hal ini ditandai dengan persentasi 100 di 3 item yakni item 1, 14, 20. Semua item favorable memiliki persentasi lebih dari 70, berarti lebih dari setengah siswa kelas VII F menyukai layanan ini. Walaupun begitu item yang negatif unfouvarable yaitu item 7, 8, dan 17 hanya sedikit yang memilihnya, ini berarti hanya sedikit siswa yang merasakan takut, malu, capek, dan jenuh dalam mengikuti semua kegiatan bimbingan. Dari hasil itu dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari siswa menikmati proses kegiatan bimbingan ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Kolb 1984 dan Nasution 2005 tentang experiential learning yang menyatakan bahwa pengalaman langsung akan lebih mengaktifkan keterampilan serta sikap sehingga dapat menjadikan pemahaman baru bagi pembelajar. Lebih dalam lagi Nasution 2005 mengemukakan dalam tujuan experiential learning bahwa pendekatan ini akan lebih bermakna ketika pembelajaran dapat mempengaruhi siswa dalam mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap siswa, dan tentu memperluas keterampilan yang telah ada pada siswa. Jika ditinjau lebih jauh, desain program akan menjadi baik apabila disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik dan disesuaikan dengan nilai karakter yang dirasa masih perlu ditingkatkan. Apabila komponen pada pembahasan sebelumnya dipertimbangkan dengan masak, maka hasil yang signifikan dapat berdampak dalam memperbaiki karakter siswa menjadi lebih baik. Pendekatan experiential learning ini juga memiliki keunggulan yaitu dapat meningkatkan semangat dan gairah belajar, membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, dan mendorong siswa untuk melihat sesuatu dari perspektif berbeda. Proses kegiatan yang menyenangkan menggugah hati siswa semakin antusias mengikuti kegiatan. Rogers, 1969 yang mengatakan bahwa berbagai proses yang dilakukan dalam pendekatan experiential learning dapat mengarahkan siswa untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak melalui keterlibatan secara aktif dibandingkan bila mereka hanya membaca suatu materi atau konsep tanpa melakukan seuatu. Selain itu, pemberian materi yang menarik dan tentunya berbeda dari rutinitas belajar sehari-hari. Persiapan, strategi pelayanan, serta alokasi waktu yang tepat dapat mempengaruhi hasil akhirnya dan tidak kalah pentingnya adalah siapa yang menyampaikan materi itu. Hal ini dapat mempermudah komunikasi antara guru dan siswa. Siswa akan lebih mudah merefleksikan pengalaman belajarnya atauu bahkan pengalaman hidupnya. Selain itu, karakter bergaya hidup sehat ini pun memang sangat diperlukan oleh siswa karena memang sejalan dengan tugas perkembanganya untuk belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai mahluk biologis. Melihat penilaian siswa mengenai efektivitas pendidikan karakter bergaya hidup sehat bergaya hidup sehat berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning di SMP N Sukaresik Jawa Barat dapat dikatakan bahwa model implementasi pendidikan karakter ini efektif digunakan untuk meningkatkan nilai karakter siswa. 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran peneliti berbasis hasil penelitian.

A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Terjadi peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter bergaya hidup sehat dari rata-rata pretest sebesar 64,06 menjadi 68,60 pada posttest, artinya Implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning terbukti efektif untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat siswa kelas VII F SMP N Sukaresik Jawa Barat tahun ajaran 20152016 . 2. Terdapat peningkatan yang signifikan hasil implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada Siswa kelas VII F SMP N Sukaresik Jawa Barat tahun ajaran 20152016. 3. Ada peningkatan karakter bergaya hidup sehat di setiap sesi, mulanya perolehan rata-rata skor di sesi pertama sebesar 57,96, menjadi 67,8 pada sesi kedua, dan memuncak menjadi 70,76 pada sesi ketiga. 4. Siswa kelas VII F SMP N Sukaresik Jawa Barat tahun ajaran 20152016 menilai bahwa implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning sangat efektif untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat.

B. Keterbatasan

Pelaksanaaan penelitian pendidikan karakter bergaya hidup sehat berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VII F SMPN Sukaresik Jawa Barat telah dirancang secara konseptual, sistematik dan prosedural bersama tim Stranas untuk mencapai tujuan yang maksimal Akan tetapi, dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan dan perlu diadakan perbaikan serta pembenahan oleh peneliti selanjutnya. Yang menjadi catatan evaluasi bagi peneliti meliputi: 1. Sejumlah item pada tes belum sempat diuji coba setelah revisi sehingga bagi peneliti lain yang berminat menggunakan alat tes ini sebaiknya melakukan uji coba dan melakukan uji validitas ulang. 2. Belum dilakukan scanning terhadap sampel yang tergolong pada siswa dengan karakter gaya hidup kurang sehat. 3. Waktu penelitian yang relatif singkat dalam memberikan layanan bimbingan yakni dua hari dengan tiga topik kemungkinan hanya memberikan pemahaman bagi siswa dalam arti baru sampai pada tataran kognisi. Hal ini belum dapat dipastikan untuk menjadi karakter siswa dan bisa diinternalisasi dalam kehidupan mereka sehari-hari.

C. Saran

Berikut adalah beberapa saran yang dapat peneliti paparkan guna lebih mengoptimalkan dan mengembangkan keefektivitasan layanan bimbingan