KEGIATAN JASA KUSTODIAN DAN WALI AMANAT

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain Lampiran 5154 56. MANAJEMEN RISIKO lanjutan Direktorat Manajemen Risiko bersama-sama unit kerja terkait bertanggung jawab dalam mengelolamengkoordinasikan seluruh risiko yang dihadapi Bank, yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik dan risiko kepatuhan termasuk membahas dan mengusulkan kebijakan dan pedoman pengelolaan risiko. Seluruh risiko tersebut dilaporkan Bank melalui penyusunan laporan Profil Risiko secara triwulanan untuk menggambarkan seluruh risiko yang melekat dalam kegiatan bisnis Bank, termasuk risiko perusahaan anak secara konsolidasi Risiko Kredit Pengelolaan risiko kredit Bank terutama diarahkan untuk meningkatkan keseimbangan antara ekspansi kredit yang sehat dengan pengelolaan kredit secara prudent agar terhindar dari penurunan kualitas atau menjadi Non Performing Loan NPL, serta mengoptimalkan penggunaan modal untuk memperoleh Return On Risk Adjusted Capital RORAC yang optimal. Untuk mendukung hal tersebut, Bank secara periodik melakukan review dan penyempurnaan terhadap Kebijakan Perkreditan Bank Mandiri KPBM, Standar Prosedur Kredit SPK per segmen bisnis dan Memorandum Prosedur yang bersifat sementara dan mengatur tentang prosedur yang belum terakomodasi dalam SPK. Ketiga pedoman kerja dimaksud memberikan petunjuk pengelolaan risiko kredit secara lengkap, untuk mengidentifikasi risiko, mengukur serta mitigasi risiko dalam proses pemberian kredit secara end to end mulai dari penentuan target market, analisa kredit, persetujuan, dokumentasi, penarikan kredit, pemantauanpengawasan, hingga proses penyelesaian kredit bermasalahrestrukturisasi. Untuk meningkatkan peran sosial dan kepedulian Bank terhadap risiko lingkungan serta sebagai salah satu wujud penerapan prinsip tanggung jawab dalam tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance, Bank Mandiri telah menyusun manual Petunjuk Teknis Analisa Lingkungan Hidup dan Sosial dalam Pemberian Kredit yang digunakan sebagai referensi dalam melakukan analisa lingkungan pada analisa pemberian kredit. Petunjuk teknis ini merupakan kodifikasi dari kebijakan dan prosedur kredit terkait aspek lingkungan yang tertuang antara lain dalam KPBM dan SPK serta Standar Prosedur Operasional. Hal ini sejalan dengan upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dimana dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum diatur bahwa penilaian prospek usaha debitur dikaitkan pula dengan upaya debitur dalam memelihara lingkungan hidup. Secara prinsip pengelolaan risiko kredit diterapkan pada tingkat transaksional maupun tingkat portofolio. Pada tingkat transaksional diterapkan four - eye principle yaitu setiap pemutusan kredit melibatkan Business Unit dan Credit Risk Management Unit secara independen untuk memperoleh keputusan yang obyektif. Mekanisme four - eye principle dilakukan oleh Credit Committee sesuai limit kewenangan dimana proses pemutusan kredit dilaksanakan melalui mekanisme Rapat Komite Kredit. Pemegang Kewenangan Memutus Kredit sebagai anggota Credit Committee memiliki kompetensi, kemampuan dan integritas yang tinggi sehingga proses pemberian kredit dilakukan secara obyektif, komprehensif dan hati-hati. Untuk memonitor kinerja pemegang kewenangan dalam memutus kredit, Bank telah mengembangkan system monitoring database pemegang kewenangan. Dengan sistem ini Bank setiap saat dapat memantau jumlah maupun kualitas kredit yang telah diputus oleh Pemegang Kewenangan, sehingga performance dari Pemegang Kewenangan memutus kredit dapat diketahui setiap waktu. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain Lampiran 5155 56. MANAJEMEN RISIKO lanjutan Risiko Kredit lanjutan Untuk mengidentifikasi serta mengukur tingkat risiko transaksional pada setiap aplikasi kredit yang diproses, digunakan Rating dan Scoring system. Rating dan Scoring system terdiri dari Bank Mandiri Rating System BMRS, Small Medium Enterprise Scoring System SMESS, Micro Banking Scoring System MBSS serta Consumer Scoring System. Bank juga telah mengembangkan Rating System untuk Financial Institution - Bank, berupa Bank Mandiri Financial Institution Rating BMFIR, sehingga Bank dapat melakukan identifikasi dan pengukuran risiko Bank Counterparty yang dapat ditoleransi dalam memberikan fasilitas Credit Line. Sebagai upaya perbaikan pengukuran tingkat risiko transaksional segmen Middle Commercial, pada triwulan I 2010 telah diimplementasikan BMRS untuk segmen tersebut, sehingga Bank dapat menentukan tinggi-rendahnya risiko per individual debitur berdasarkan risk class rating-nya masing-masing. Bank juga sedang mengembangkan Rating System untuk Financial Institution – Non Bank, yaitu perusahaan multifinance. Hal ini untuk melengkapi alat ukur tingkat risiko pada debitur multifinance. Untuk segmen Consumer, pada sejak triwulan II 2010 telah diimplementasikan model scoring untuk produk KTA Payroll dan KTA Non Payroll menggantikan model scoring existing yang secara statistik sudah menurun kekuatan prediksinya, untuk Produk Mitrakarya, pada triwulan IV 2010 juga telah diselesaikan pengembangan model scoring berdasarkan jenis industri yang juga menggantikan model scoring existing yang secara statistik sudah menurun kekuatan prediksinya. Selanjutnya untuk produk kartu kredit sampai dengan triwulan IV 2010 telah diimplementasikan model scoring atas dasar WilayahRCC Regional Card Center dan channel salesnon sales yang terdiri atas 5 scoring model menggantikan model scoring existing yang secara statistik juga sudah menurun kekuatan prediksinya. Untuk menunjang pengembangan alat tersebut, Bank telah memiliki Pedoman Penyusunan dan Pengembangan Model Credit Rating dan Credit Scoring, yang merupakan pedoman lengkap bagi Bank dalam menyusun model credit rating dan credit scoring. Disamping hal tersebut, guna memonitor performance model credit rating dan credit scoring, Bank melakukan review atas hasil scoring dan hasil rating yang dilakukan oleh Business Unit. Dengan melakukan pemantauan dan review terhadap model rating dengan pendekatan metodologi validasi akan diketahui performance model secara berkesinambungan. Saat ini validasi model telah dilakukan secara internal oleh Model Risk Validation, yaitu unit yang independent dan terpisah dari pengembang model. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kesalahan analis dalam pengukuran risiko kredit, khususnya dalam menetapkan nilai Probability of Default PD dan peringkat rating debitur. Dalam rangka pengukuran economic capital untuk risiko kredit serta comply dengan Basel II, Bank telah mengembangkan Long Term PD, melakukan review model internal untuk Exposure at Default EAD Lost Given Default LGD. Sebagai upaya pemantauan rating scoring yang dikelola dalam database, disusun laporan Credit Scoring Review dan Rating Outlook yang diterbitkan secara triwulan dan semesteran. Laporan tersebut memuat informasi mengenai parameter scoring dan rating yang disusun menurut sektor industri. Hal ini bermanfaat bagi Business Unit khususnya sebagai acuan dalam menetapkan targeted customer dengan klasifikasi baik perform, sehingga proses ekspansi kredit lebih berkualitas. Sebagai bagian dari pelaksanaan prudential banking, untuk mengidentifikasi, mengukur, dan memonitor risiko dalam pemberian kredit, disamping Rating dan Scoring tools, Bank menggunakan alat tools berupa spread sheet keuangan secara lengkap, format Nota Analisa Kredit NAK yang comprehensive dan Loan Monitoring System yang telah terintegrasi dalam sistem Integrated Loan Processing ILPLoan Origination System LOS secara end to end process. Sedangkan sebagai upaya memitigasi risiko kredit per debitur, Credit Committee menentukan Struktur Kredit termasuk penentuan covenant yang tepat sesuai kebutuhan dan kondisi debitur, sehingga kredit yang diberikan benar-benar efektif dan menguntungkan bagi debitur maupun Bank Mandiri. Sejalan dengan kondisi ekonomi global yang belum stabil, untuk mengidentifikasi debitur-debitur yang berpotensi mengalami kesulitan pembayaran kewajiban kredit, melalui Loan Monitoring System, Bank melakukan deteksi dini dengan analisa Watch List Early Warning Analysis terhadap seluruh kredit debitur Corporate dan Commercial. Berdasarkan hasil analisa tersebut, Bank menetapkan account strategy dan tindakan dini untuk mencegah terjadinya NPL. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain Lampiran 5156 56. MANAJEMEN RISIKO lanjutan Risiko Kredit lanjutan Sebagai upaya meningkatkan kualitas dan mempertajam analisa Watch List untuk debitur Corporate dan Commercial, saat ini sedang dilakukan review atas parameter-parameter yang digunakan dalam analisa Watch List Wholesale. Demikian pula untuk meningkatkan upaya monitoring yang lebih ketat terhadap debitur Business Banking, sejak triwulan I 2010 telah diimplementasikan Watch List Business Banking khususnya untuk debitur dengan limit diatas Rp2.000 sampai dengan Rp5.000 dan dilakukan secara periodik, hal ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini debitur Business Banking agar pengelolaan tingkat NPL Non Performing Loan debitur Business Banking menjadi semakin lebih baik. Pada tingkat portofolio, pengelolaan risiko dilakukan dengan pendekatan active portfolio management yang secara proaktif memelihara diversifikasi portofolio pada tingkat optimal dengan risk exposure yang berada pada risk appetite yang ditetapkan oleh Bank. Dalam pelaksanaannya Bank menggunakan tools yang dinamakan Portfolio Guideline PG. PG terdiri dari tiga bagian yaitu Industry Classification, Industry Acceptance Criteria dan Industry Limit. Industry Classification IC mengelompokan sektor industri kedalam 3 kelompok berdasarkan prospek industri dan risikonya. IC digunakan Bank dalam menetapkan target market industry. Tools yang kedua adalah Industry Acceptance Criteria IAC yang merupakan kriteria dasar kualitatif dan kuantitatif yang menjadi key success factors pada suatu sektor industri tertentu. IAC digunakan Bank dalam menetapkan targeted customer. Tools ketiga adalah Industry Limit IL yang memberikan batasan jumlah exposure maksimal yang dapat diberikan pada sektor industri tertentu. PG secara mendasar mengubah konsep bisnis perkreditan dimana Bank secara proaktif memprioritaskan industri-industri yang memberikan nilai tambah secara ekonomis dan menyeleksi perusahaan atau individu terbaik didalam masing-masing industri tersebut winner players yang dijadikan targeted customer. Dengan proactive approach Bank telah berhasil menarik perusahaan yang profitable dan bergerak di bidang industri yang prospektif. Proactive approach ini juga menghindari terjadinya konsentrasi risiko pada suatu industri tertentu atau debitur tertentu karena Bank secara aktif melakukan pembatasan eksposur melalui Kebijakan Limit Industry Limit dan Limit Debitur. PG secara rutin di review dan dilakukan back testing sehingga senantiasa relevan dan up to date serta memiliki predictive value pada tingkat yang dapat diterima. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, salah satu bagian dari PG adalah Industry Classification yang mengelompokan sektor industri kedalam 3 kelompok berdasarkan prospek industri dan risikonya. Secara periodik, Bank mereview Industry Classification guna memastikan bahwa klasifikasi industri dari setiap sektor masih sesuai dengan perkembangan terkini. Bank juga menerbitkan Portfolio Outlook secara ad hoc dalam menghadapi perubahan kondisi ekonomi yang diperkirakan dapat mempengaruhi kinerja portofolio kredit. Penerbitan Portfolio Outlook merupakan langkah antisipasi early warning sebelum perubahan kondisi ekonomi dimaksud mempengaruhi kinerja portofolio kredit. Sebagai bagian dari active portfolio management, Bank senantiasa melakukan monitoring perkembangan risiko portofolio kredit melalui perhitungan credit risk profile yang menggambarkan potensi inherent risk dan efektifitas risk control system. Bank juga melakukan monitoring perkembangan dan kualitas portofolio berdasarkan konsentrasi, baik per segmen bisnis, 25 debitur besar, sektor industri, per wilayah, jenis produk, jenis valuta serta risk class. Dengan demikian Bank dapat mengambil langkah-langkah antisipatif dan mitigasi risiko secara portofolio maupun secara individu.