Nilai wajar aset dan kewajiban keuangan

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain Lampiran 5178 57. PERJANJIAN, KOMITMEN DAN KONTINJENSI PENTING lanjutan

c. Pajak Pertambahan Nilai PPN Atas Transaksi Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Mandiri BSM lanjutan

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 42 tahun 2009 tanggal 15 Oktober 2009 tentang perubahan ketiga atas Undang-undang No. 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah diatur bahwa jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dikecualikan dari objek PPN. Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 2010. Pada tahun 2010, Pemerintah telah menerbitkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 47 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 yang berlaku sejak tanggal 25 Mei 2010. Dalam pasal beserta paragraf penjelasan Undang-undang tersebut disebutkan bahwa pengenaan PPN atas transaksi murabahah terhadap beberapa bank syariah tertentu ditanggung oleh Pemerintah. Berdasarkan paragraf penjelasan Undang-undang tersebut jumlah PPN BSM yang ditanggung oleh Pemerintah adalah sebesar Rp25.542 dari jumlah SKPKB dan STP yang diterima BSM sebesar Rp37.649. Manajemen BSM berkeyakinan bahwa selisih antara jumlah PPN yang ditanggung oleh Pemerintah dan jumlah SKPKB dan STP yang diterima oleh BSM tidak akan ditagihkan kepada BSM sesuai dengan maksud dan tujuan dari Undang-undang tersebut.

d. Trade Financing dengan Asian Development Bank

Pada tanggal 25 November 2009, Bank Mandiri telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan Asian Development Bank ADB melalui Trade Finance Facilitation Program TFFP, yaitu Confirmation Bank Agreement CBA, Issuing Bank Agreement IBA dan Revolving Credit Agreement RCA. Berdasarkan CBA dan IBA, Bank Mandiri dapat bertindak baik sebagai confirming bank maupun sebagai issuing bank bagi transaksi ekspor impor nasabah dengan basis Letter of Credit LC. Sebagai confirming bank, Bank Mandiri dapat diberikan jaminan oleh ADB atas LC yang diterbitkan oleh issuing bank, dan sebagai issuing bank, maka Bank Mandiri dapat diberikan confirmation guarantee oleh ADB atas LC yang diterbitkan. Skema TFFP tersebut merupakan program ADB untuk memfasilitasi transaksi perdagangan berbasis LC di negara–negara berkembang Asia untuk mendorong tingkat pertumbuhan volume perdagangan. Dengan menjadi partisipan dalam TFFP ini, Bank Mandiri akan memiliki kemudahan akses untuk meningkatkan trade finance credit lines serta meningkatkan trade volume dan membuka peluang bisnis baru khususnya ke negara–negara yang selama ini volume perdagangan dengan Indonesia masih cukup rendah. Selanjutnya berdasarkan RCA, Bank Mandiri menerima fasilitas kredit revolving sampai dengan jumlah maksimal USD25.000.000 nilai penuh. Fasilitas kredit revolving ini dikenakan bunga sebesar jumlah total margin dan LIBOR selama periode bunga.

e. Penyelesaian Mandatory Convertible Bond MCB PT Garuda Indonesia Persero

Pada tahun 2000, hutang PT Garuda Indonesia Persero ”Garuda” di Bank Mandiri secara bilateral direstrukturisasi, dimana hutang Garuda di Bank Mandiri sebesar USD103.000.000 nilai penuh yang terdiri dari USD80.000.000 nilai penuh dan Rp168.409 dikonversi menjadi Mandatory Convertible Bond MCB dalam valuta Rupiah, bunga kupon 4,00 per tahun, tenor 5 tahun dan IRR yang diharapkan sebesar 18,00 per tahun. Fasilitas MCB ini telah jatuh tempo pada tanggal 2 November 2006. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010, 2009 DAN 2008 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain Lampiran 5179 57. PERJANJIAN, KOMITMEN DAN KONTINJENSI PENTING lanjutan

e. Penyelesaian Mandatory Convertible Bond MCB PT Garuda Indonesia Persero lanjutan

Pada tanggal 10 November 2009, Bank Mandiri menerima surat dari Bank Indonesia yang menyatakan bahwa Bank Indonesia tidak berkeberatan atas rencana penyelesaian MCB Garuda yang diajukan dengan melakukan konversi MCB tersebut menjadi penyertaan saham sementara Bank Mandiri pada Garuda. Pada tanggal 30 Desember 2009, Bank Mandiri dan Garuda menandatangani Perjanjian Penyelesaian MCB berdasarkan Akta No. 272 tanggal 30 Desember 2009 yang dibuat di hadapan Notaris Aulia Taufani S.H., pengganti dari Notaris Sutjipto S.H. Pada tanggal penandatanganan akta tersebut, Garuda telah melakukan pembayaran tunai sebesar 5,00 dari nilai pokok MCB sebesar Rp50.940 serta pelaksanaan konversi atas nilai sisanya sebesar 95,00 dari pokok MCB menjadi penyertaan saham Bank Mandiri di Garuda sebesar Rp967.869 atau sebanyak 967.869 lembar saham setara dengan 10,60 kepemilikan. Sesuai dengan surat Menteri Negara BUMN, penyertaan saham tersebut dapat dilepas dijual pada saat Garuda melakukan penawaran perdana saham IPO. Sesuai Peraturan Bapepam-LK No. IX.A.6, lampiran keputusan Ketua Bapepam-LK No. 06PM2001 tentang Pembatasan Atas Saham yang Diterbitkan Sebelum Penawaran Umum, maka pelepasan saham Garuda oleh Bank Mandiri hanya dapat dilakukan jika Pernyataan Pendaftaran IPO Garuda disampaikan lebih dari 6 enam bulan setelah tanggal konversi MCB ke penyertaan saham sementara. Di bulan Desember 2010, Garuda melakukan registrasi ke Bapepam-LK untuk melakukan Initial Public Offering IPO dan telah menjadi efektif pada bulan Februari 2011. Garuda direncanakan akan melepas sebanyak 9,3 miliar lembar saham atau 36,48 yang terdiri dari 7,4 miliar lembar saham baru dan 1,9 miliar lembar saham yang dimiliki oleh Bank Mandiri di Garuda setelah stock split. Lihat Catatan 60b mengenai Peristiwa Setelah Tanggal Neraca untuk penyelesaian IPO Garuda. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, penyertaan saham sementara di Garuda tidak dicatat di neraca konsolidasian tetapi sebagai akun extra-comtable Catatan 11B.m dan 60.

58. JAMINAN PEMERINTAH TERHADAP KEWAJIBAN PEMBAYARAN BANK UMUM

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 26KMK.0171998 tanggal 28 Januari 1998, yang diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 179KMK.0172000 tanggal 26 Mei 2000, Pemerintah Republik Indonesia menjamin beberapa kewajiban bank umum meliputi giro, tabungan, deposito berjangka dan deposito harian, obligasi, efek -efek, pinjaman antar bank, pinjaman yang diterima, transaksi swap mata uang asing dan kewajiban kontinjen lainnya seperti bank garansi, standby letters of credit dan kewajiban lainnya, tidak termasuk pinjaman subordinasi dan kewajiban kepada direktur, dewan komisaris dan pihak - pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Direksi Bank Indonesia dan Ketua BPPN No. 3246KEPDIR dan No. 181BPPN0599 tanggal 14 Mei 1999, jangka waktu jaminan tersebut telah diperpanjang dengan sendirinya, kecuali BPPN dalam waktu sekurang-kurangnya 6 enam bulan sebelum berakhirnya jangka waktu tersebut menerbitkan pemberitahuan bahwa BPPN tidak bermaksud untuk memperpanjang jangka waktu jaminan tersebut. Pada tahun 2001, Surat Keputusan Bersama Direksi Bank Indonesia dan Ketua BPPN dibatalkan oleh Peraturan Bank Indonesia No. 37PBI2001 dan Keputusan Ketua BPPN No. 1035BPPN0401.