e. Rima
Sajak yang digunakan pada teks 1 di atas adalah sajak “abcd”. Terdapat jenis
rima onomatope atau tiruan terhadap bunyi yang menekan menyeramkan,
mengerikan seolah-olah seperti desau atau bunyi burung hantu yang disebut
cacophony ,yaitu pada bunyi u pada baris 6 dan 7. Pada baris -1 terdapat rima
onomatope konsonan n yang memberikan efek adanya dengungan echo,
nyanyian, musik dan kadang-kadang bersifat sinis.
Rima onomatope pada vokal e pada baris -3 merupakan bunyi yang berat
menekan menyeramkan dan mengerikan seolah-olah seperti desau atau bunyi burung
hantu yang disebut cachophony.
Teks 2. Tagan Dera : …..Aah,..tah…
Ulang mo bagida nanguda – namberru. Asa bakune pe ibaing ko,
Mula oda sehingga dapet deng seggen masana laus kita mirumah……
Tagan Dera : ‘ …Aah….tah… Janganlah seperti itu tante-bibi
Bagaimanapun engkau perbuat, Kalau belum dapat waktunya kita pergi ke rumah……’
a. Diksi
Diksi atau pilihan kata yang digunakan pada teks 2 di atas terdapat pada kata ‘nanguda-namberu’ tante-bibi pada bariske-2 yang merupakan kata nyata bahasa
yang sopan bagi orang Pakpak dalam tutur kepada seorang gadis terutama pada jaman dulu dan sekarang berganti menjadi “turang atau impal”.
Semua kalimat pada bait ini merupakan kalimat denotatif seperti terlihat pada kata,
“Ulang mo bagida nanguda – namberru. Asa bakune pe ibaing ko,
Mula oda sehingga dapet deng seggen masana laus kita mirumah……” pada baris 1-3.
b. Imaji pencitraan atau daya bayang Imaji ynag digunakan pada teks 2 di atas adalah imaji gerak, terdapat pada kata
‘laus’ pergi pada baris -4 mencitrakan daya bayang pembaca pada suatu perjalanan yang akan dilakukan oleh Nan Tampuk Emas dan kekasihnya.
Selain itu penulis juga menemukan imaji visual yang terdapat pada kata ‘rumah’
rumah pada baris -4 yang mencitrakan daya bayang pembaca pada suatu tempat yang pada umumnya ditempati oleh manusia.
c. Kata nyata atau kata konkret
Kata konkret yang digunakan pada teks 2 di atas terdapat pada kata‘laus’ pergi pada baris -4 yang menguatkan daya bayang pembaca pada keinginan Nan Tampuk
Emas untuk pergi menemui keluarganya, kemudian pada kata ‘rumah’ rumah pada baris -4 menguatkan daya bayang pembaca pada penderitaan yang dialami oleh Nan
Tampuk Emas di hutan sehingga dia ingin kembali ke rumah untuk menemui ibunya dan pada kata‘Nanguda-namberu’ tante-bibi pada baris -2 merupakan kata nyata
bahasa yang sopan bagi orang Pakpak dalam tutur kepada seorang gadis terutama pada jaman dulu dan sekarang berganti menjadi “turang atau impal”.