Diksi Imaji pencitraan Pengertian Nangen

dirasakan pengarang, pengarang harus pandai memilih kata-kata yang tepat untuk memperkuat daya bayang pikiran pembaca. Imaji ini terbagi dalam enam bagian,yaitu; 1.Imaji lvisualimaji penglihatan, contohnya : padang terbuka dan berdebu. 2.Imaji auditifimaji pendengaran, contohnya : suara peri mengiang. 3.Imaji penciuman,contohnya :bau tanah. 4.Imaji Pengecapan,contohnya : rasa pahit. 5.Imaji gerak movementimajikinesik imaji, contohnya : menyerbu kampung- kampung. 6.Imaji perabaan imaji taktil,contohnya : mencakar dan mencakar,menggaruk. 3.Kata nyata Kata nyata adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra. Dengan kata konkret akan memunculkan imaji yang konkret dan khusus, bukan kata yang abstrak dan bersifatumum. Pemilihan kata nyata sangat membantu penyair menyampaikan tujuan puisinya. Puisi tentang amarah akan lebih konkret dan bisa membawa pembaca merasakan apa yang diinginkan oleh penyair jika pemilihan kata nyatanya kuat. Seperti kata membuncah, amarah, bedebah, benci, dan lain sebagainya.

4. Majas

Majas atau gaya bahasa menurut P.Suparman:1986 adalah pernyataan dengan pola tertentu sehingga mempunyai efek tersendiri terhadap pemerhati. Dengan kata kiasan atau majas, penyair akan lebih mudah menjelaskan sesuatu kepada pembaca yaitu dengan persamaan, perbandingan, maupun kata-kata kias lainnya. Kiasan juga menjelaskan hal-hal yang bersifat abstrak menjadi konkret. Jenis majas atau gaya bahasa menurut P. Suparman:1986 adalah sebagai berikut:

1. Alegori

adalah menyatakan sesuatu dengan perlambang. Alegori disebut juga perbandingan utuh. Beberapa perbandingan yang bertaut satu dengan yang lain membentuk satu kesatuan utuh. Contoh: Wejangan orang tua, “hati-hatilah kamu mendayung bahtera hidupmu, mengarungi lautan penuh bahaya, batu karang, gelombang, topan, dan badai. Apabila nakhoda dan juru mudi senantiasa seia sekata dalam melayarkan bahteranya, niscaya akan tercapai tanah tepi yang menjadi idaman.” 2.Alusialusio adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan yang sama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk menangkap pengacuan itu. Contoh: a Tugu ini mengenangkan kita pada peristiwa Bandung Selatan. b Di Surabaya inilah peristiwa 10 november terjadi.

3. Amplikasi adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan sesuatu dengan

kalimat majemuk bertingkat dengan perluasan anak kalimatnya sehingga terasa eksplisit.