Data Posttest Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

44 Berdasarkan tabel di atas, didapat L hitung skor pretest siswa kelas kontrol sebesar 0.1142 dan kelas eksperimen sebesar 0.1046, pada taraf signifikan α = 0.05 dengan sampel sebanyak 38 dari masing- masing kelas maka diperoleh L tabel sebesar 0.1437. Dari hal tersebut dapat terlihat bahwa nilai L hitung pretest untuk kedua kelas bernilai lebih kecil dari L tabel L hitung L tabel ; kelas kontrol 0.1142 0.1437 dan kelas eksperimen 0.1046 0.1437. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Pada skor posttest, L hitung kelas kontrol sebesar 0.1364 dsn kelas eksperimen sebesar 0.0897. L tabel pada taraf signifikan α = 0.05 dengan jumlah sampel sebanyak 38 siswa dari masing- masing kelas adalah 0.1437. Dari hasil itu terlihat nilai L hitung L tabel. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa uji normalitas tes berjalan baik dan data berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Setelah dilakukan uji normalitas, kemudian data dianalisis uji homogenitasnya. Pengujian ini bertujuan untuk melihat varians dari kedua sampel sama atau tidak. Hasil dari pengujian homogenitas dapat dilihat di tabel 4.4. Tabel 4.4. Uji Homogenitas N db F hitung α F tabel Kesimpulan Pretest Posttest 76 74 1.1879 1.1169 0.05 1.7295 Varians Homogen Hasil perhitungan pretest pada kedua sampel, didapatkan nilai F hitung sebesar 1.1879. F tabel pada derajat bebas 74 dan taraf signifikan α = 0.05 adalah sebesar 1.7295. karena F hitung 1.1879 F tabel 1.7295 maka dapat dinyatakan bahwa varians dari kedua kelas sampel homogen atau sama. Hasil perhitungan posttest diperoleh F hitung sebesar 1.1169 dan pada taraf signifikan α=0.05 diperoleh F tabel 1.7295. Dari hasil ini terlihat bahwa F hitung 45 F tabel 1.1169 1.7295 maka dapat disimpulkan bahwa varians dari posttest adalah sama atau homogen.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan pada uji prasyarat normalitas dan homogenitas, diperoleh bahwa data berdistribusi normal dan varians dari kedua sampel sama atau homogen. Dikarenakan hal tersebut, maka data bersifat parametris dan pengujian selanjutnya uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji t.

a. Pretest

Sebelum dilakukan pembelajaran, pada kedua kelas sampel dilakukan uji pretest untuk mengetahui pengetahuan awal dari kedua sampel itu setara atau tidak. Data pretest dianalisis menggunakan uji-t dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Hasil Uji-t untuk nilai pretest dari kelas kontrol dan eksperimen Kelas N Rataan Varians t hitung t tabel Kesimpulan Kontrol 38 43.63 94.7411 1.3877 1.9925 Tidak ada perbedaan pengetahuan awal di kedua kelas sampel Eksperime n 38 46.61 79.7536 Seperti yang terlihat pada tabel 4.5, bahwa dari kedua kelas kontrol dan eksperimen tidak terdapat perbedaan pengetahuan awal dalam pemahaman konsep Sistem Peredaran Darah Pada Manusia.

b. Posttest

Dua minggu setelah pembelajaran selesai, siswa kembali diberi tes latihan untuk menguji pengaruh penggunaan model kombinasi pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan Make a Match yang dilakukan di kelas eksperimen terhadap 46 hasil belajar. Untuk dapat melihat pengaruhnya dilakukan pengontrolan dengan model konvensional yang biasa dilakukan di sekolah pada kelas kontrol. Hasil analisis posttest dapat dilihat di tabel 4.6. Tabel 4.6. Hasil Uji-t untuk nilai pretest dari kelas kontrol dan ekperimen Kelas N Rataan Varians t hitung t tabel Kesimpulan Kontrol 38 60.5 91.0142 4.6194 1.9925 Terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen Eksperime n 38 70.34 81.4885 Pada tabel 4.6. terlihat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan model konvensional dengan kelas eksperimen yang menggunakan model kombinasi TGT dengan Make a Match.

C. Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-

Games-Tournament TGT dengan Make a Match Berikut akan dijabarkan aktifitas siswa ketika menggunakan model pembelajaran kooperatif yang mengkombinasikan metode TGT dengan make a match. 1. Usaha Memotivasi Siswa Tahapan memotivasi dalam pembelajaran berada pada kegiatan awal. Pembelajaran awal pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP memiliki fungsi untuk menyiapkan siswa dalam proses belajar, mengetahui tingkat kemajuan siswa, mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa pada topik pembelajaran, dan mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran 47 dimulai. 1 Tahapan memotivasi yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan mempersiapkan siswa untuk memasuki proses pembelajaran. Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi siswa adalah dengan meningkatkan kegairahan siswa terhadap topik pelajaran. Menurut Eric Jensen, salah satu upaya untuk meningkatkan kegairahan siswa adalah dengan memberikan kuis pada awal pembelajaran. 2 Pertanyaan yang diberikan pada awal pertemuan akan membantu merangsang siswa untuk berpikir tentang apa yang akan dipelajari pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil pengamatan, didapatkan pemberian pertanyaan kepada siswa yang mengobrol pada saat pembelajaran memberikan dampak yang positif terhadap kondisi pembelajaran yang akan berlangsung. Dampak perlakuan ini terasa, dari suasana belajar yang ribut secara perlahan menjadi tenang dan siswa memperhatikan penjelasan guru. 2. Pembelajaran Awal Pembelajaran awal merupakan tahapan awal dalam pembelajaran kombinasi ini. Tahapan ini merupakan tahapan persiapan untuk membantu siswa mengingat kembali konsep yang telah atau akan dipelajari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada kelas eksperimen tidak berbeda dengan kelas kontrol. Sebagian siswa hanya memperhatikan penjelasan guru mengenai garis besar konsep yang akan dipelajari. Selain itu, tahapan ini merupakan tahapan siswa untuk bertanya mengenai konsep yang sedang atau telah dipelajari. Karena pada tahapan selanjutnya siswa akan belajar secara mandiri bersama kelompoknya. 3. Kelompok Belajar Kelompok belajar merupakan tahapan kedua dalam model kombinasi ini. Pada tahap ini, peran guru dalam proses pembelajaran tidak terlalu dominan, guru 1 E. Mulyasa, Kurik ulum Tingk at Satuan Pendidikan :Sebuah Panduan Prak tis, Bandung: PT Re maja Rosdakarya Offset, 2007, h. 255. 2 Eric Jensen, Guru Super Super Teaching, terj. Benya min Molan, Jaka rta: PT Indeks, 2010, h. 160.

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

1 51 179

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt ( Teams Games Tournament ) Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Gerak Pada Manusia

0 6 145

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205