26 kompleks complex overt response, penyesuaian adaptation, dan kreativitas
originallity. Dari beberapa pendapat tentang pengertian hasil belajar yang diuraikan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa berupa suatu pengetahuan, sikap, dan perilaku. Hasil belajar merupakan
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Hasil belajar menunjukkan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ditetapkan. Melalui penilaian hasil belajar dapat dilihat perubahan tingkah laku yang dapat diamati sesudah mengikuti kegiatan belajar dalam bentuk pengetahuan
dan keterampilan. Hasil belajar dapat diukur dengan angka-angka, tetapi mungkin juga hanya dapat diamati melalui perubahan tingkah laku. Oleh karena itu, hasil
belajar perlu dirumuskan dengan jelas sehingga dapat dievaluasi apakah tujuan yang diharapkan sudah tercapai atau belum.
2.1.6 Karakteristik Siswa SD
Pengetahuan akan karakteristik peserta didik khususnya untuk anak SD sangatlah mutlak untuk dipahami oleh seorang pendidik, agar dapat
mengupayakan proses pembelajaran yang optimal yang sesuai dengan karakter peserta didiknya. Karakteristik siswa sangat berpengaruh terhadap kesiapan siswa
dalam belajar dan cara-cara mereka belajar. Untuk dapat mencapai tujuan belajar seorang guru haruslah benar-benar mengetahui karkateristik dari peserta didiknya
27 agar dapat merancang pembelajaran yang optimal dan berhasil. Karakteristik anak
usia sekolah dasar tidak hanya itu.
Menurut Darmodjo 1992 anak usia sekolah dasar adalah anak yang
sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada
masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang
menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.
Selanjutnya Sumantri dan Sukmadinata dalam Wardani 2012 menjelaskan karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu:
1 Senang bermain
Karakteristik yang pertama yaitu senang bermain. Siswa-siswa sekolah dasar terutama yang masih berada di kelas-kelas rendah pada umumnya masih
suka bermain. Oleh karena itu, guru sekolah dasar dituntut untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang bermuatan permainan, lebih-lebih untuk siswa
kelas rendah. 2
Senang bergerak Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak. Siswa sekolah dasar
berbeda dengan orang dewasa yang bisa duduk dan diam mendengarkan ceramah selama berjam-jam. Mereka sangat aktif bergerak dan hanya bisa duduk dengan
tenang sekitar 30 menit saja. Oleh karena itu, guru harusnya merancang model pembelajaran yang menyebabkan anak aktif bergerak atau berpindah.
28 3
Senang bekerja dalam kelompok Karakteristik yang ketiga adalah senang bekerja dalam kelompok. Oleh
karena itu, guru perlu membentuk siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 siswa untuk mneyelesaikan tugas secara berkelompok.
Dengan bergaul dalam kelompoknya, siswa dapat belajar bersosialisasi, belajar bagaimana bekerja dalam kelompok, belajar setia kawan dan belajar mematuhi
aturan-aturan dalam kelompok. 4
Senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Karakteristik siswa sekolah dasar yang selanjtnya adalah senang
merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional
konkret. Mereka berusaha menghubungkan konsep-konsep yang sebelumnya telah dikuasai dengan konsep-konsep yang baru dipelajari. Suatu konsep juga akan
cepat dikuasai anak apabila mereka dilibatkan langsung melalui praktik dari apa yang diajarkan guru. Oleh sebab itu, guru seharusnya merancang model
pembelajaran yang melibatkan anak secara langsung dalam proses pembelajaran. Piaget 1969 dalam Samatowa 2006: 10 membagi tahap perkembangan
kognitif ke dalam empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal.
1 Tahap Sensorimotor 0-2 tahun
Pada tahap ini, anak menggunakan penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Perkembangan skema kognitif anak dilakukan
29 melalui gerakan refleks, motorik, dan aktivitas indera. Selanjutnya, anak juga
mulai mampu mempersepsi ketetapan objek. 2
Tahap Pra-Operasional 2-7 tahun Pada fase ini, anak belajar mengenal lingkungan dengan menggunakan
simbol bahasa, peniruan, dan permainan. Anak belajar melalui permainan dalam menyusun benda menurut urutannya dan mengelompokan sesuatu. Jadi, pada
masa pra-operasional anak mulai menggunakan bahasa dan pemikiran simbolik. 3
Tahap Operasional Konkret 7-11 tahun Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir konkret dalam memahami
sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu mengkonversi angka, serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif.
4 Tahap Operasional Formal 11 tahun – dewasa
Pada fase ini anak sudah dapat berpikir abstrak, hipotetis, dan sistematis mengenai sesuatu yang abstrak serta memikirkan hal-hal yang akan dan mungkin
terjadi. Berdasarkan uraian tentang tahap perkembangan kognitif anak menurut
Piaget 1969 dalam Samatowa, 2006: 10, dapat diketahui bahwa siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit. Anak sudah mampu berpikir konkret
dalam memahami sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu mengkonversi angka, serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif.
Secara umum dapat dikatakan bahwa karakteristik anak SD yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, senang merasakan
atau melakukan sesuatu secara langsung, masih cengeng dan manja, sulit
30 memahami isi pembicaraan orang lain, senang diperhatikan, senang meniru.
Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan
kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak
abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk pro aktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara
individual maupun dalam kelompok.
2.1.7 Performansi Guru