Analisis kepuasan konsumen terhadap atribut mutu pelayanan wisata mancing fishing valley Bogor

(1)

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN

TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN

WISATA MANCING

FISHING VALLEY

BOGOR

Oleh : Dini Vidya A14104008

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

DINI VIDYA. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Pelayanan Wisata Mancing Fishing Valley Bogor. (Dibawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI).

Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat didunia (WTO, 2000), melibatkan 657 juta kunjungan wisata di tahun 1999 dengan US $ 455 milyar penerimaan ke seluruh dunia.Pada tahun 2000 sektor pariwisata memberikan kontribusi sebsesar Rp 238,6 triliun atau 9,27 persen terhadap produk nasional dan kontribusi pariwisata mencapai 9,38 persen (Rp 128,31 triliun) dari total PDB Indonesia sebesar Rp 1.368 triliun (BPS, 2001). Hal menarik yang patut dikemukakan adalah bahwa pencapaian sebesar itu diperoleh melalui peranan investasi kepariwisataan yang hanya mencapai 5,24 persen dari total investasi nasional. Sementara itu peranan dalan penyediaan lapangan kerja mencapai 7,36 juta orang atau 8,11 persen dari total lapangan kerja nasional sebesar 89,8 juta orang.

Salah satu objek wisata di bidang perikanan yang menarik adalah objek wisata mancing. Keadaan potensi Bogor yang baik ini sering dijadikan lokasi usaha wisata mancing karena ditunjang oleh kondisi udara Bogor yang sejuk dan lokasinya yang strategis di pinggir kota. Wisata mancing Fishing Valley merupakan wisata rekreasi keluarga dan kolam mancing terbesar di Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut pelayanan wisata mancing Fishing Valley Bogor dan mengidentifikasi fasilitas-fasilitas tambahan yang perlu dibangun oleh manajer Fishing Valley maupun konsumen. Penelitian dilaksanakan di wisata mancing Fishing Valley Bogor dari Februari sampai dengan April 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada pihak manajemen, observasi lapang selama 1 minggu, menyebarkan kuesioner dan wawancara langsung kepada responden. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, Badan Pusat Statistik (BPS) kota Bogor dan Jakarta, Balai Riset Perikanan an Kelautan Bogor, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pariwisata dan Seni Kota Bogor, perpustakaan, internet, dan laporan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei dengan mengambil sampel dari satu populasi menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Pengambilan sampel responden dalam penelitian ini digunakan teknik judgement sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan terlebih dahulu merumuskan kriteria-kriteria responden. Adapun ukuran sampel yang diambil adalah mengacu pada Slovin yaitu 100 responden. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah pengujian kuesioner, analisis deskriptif, Importance Performance Analysis, dan analisis varian ranking dua arah Friedman.

Wisata mancing Fishing Valley Bogor merupakan salah satu wisata mancing terbesar di Bogor yang tidak hnya meyajikan kolam pemancingan saja, namun juga menyuguhkan konsep wisata keluarga berupa restoran, wisata alam, dan sarana bermain anak.


(3)

Konsumen wisata mancing Fishing Valley sebagian besar laki-laki, memiliki usia 31-40 tahun, telah menikah, karyawan swasta, pengeluaran ata-rata per bulan Rp 900.000-Rp 1.800.000, dan dominan berdomisili di Bogor. Secara keseluruhan, konsumen telah merasa puas dengan mutu pelayanan atribut-atribut yang berada di kuadran I dan II. Atribut-atribut yang dianggap penting, namun kinerja masih rendah (prioritas utama) adalah kesopanan karyawan, keamanan, komunikasi yang lancar antara karyawan dengan konsumen, dan kenyamanan saat memancing. Sedangkan atribut-atribut yang dapat memuaskan konsumen dan harus dipertahankan adalah atribut-atribut yang berada di kuadran I atau prioritas utama dan II atau pertahankan prestasi. Atribut yang memiliki kinerja baik dan penting (pertahankan prestasi) adalah nomor telepon dan alamat Fishing Valley, penampilan karyawan, kondisi kolam pemancingan, umpan ikan, fasilitas sarana toilet, kebersihan lokasi, luas areal parkir.

Dari hasil Uji Friedman, diperoleh hasil bahwa x2 hitung < x2 Tabel sehingga dapat dikatakan fasilitas-fasilitas tambahan Fishing Valley memiliki tingkat kepentingan yang sama sehingga perlu dibangun. Ketiga fasilitas tambahan tersebut yaitu kolam renang, penganekaragaman wahana alam, dan sarana bermain anak. Sedangkan fasilitas yang diharapkan untuk dibangun di Fishing Valley menurut sebagian besar konsumen adalah sarana olahraga.

Adapun saran yang dapat diberikan bagi pihak wisata mancing Fishing Valley Bogor adalahPerusahaan sebaiknya memiliki visi dan misi yang lebih jelas dan tertulis serta dikomunikasikan kepada seluruh karyawan agar tercapai visi dan misi tersebut di masa depan. Perusahaan sebaiknya melakukan pembukuan maupun sistem administrasi umum yang lebih teratur sehingga dapat diketahui frekuensi kunjungan konsumen setiap bulannya. Hal ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perbaikan kinerja ke depannya

Pihak perusahaan dapat mempertahankan atribut-atribut pelayanan di kuadran I dan meningkatkan kinerja atribut-atribut di kuadran II dengan cara antara lain : memberlakukan jam shift penjagaan keamanan yang lebih teratur tidak hanya pada saat hari libur saja, pelatihan komunikasi bisnis dan leadership karyawan, serta memberlakukan garansi berupa free atau diskon jika pelayanan dinilai lambat dan merugikan konsumen, dan melakukan inovasi hadiah perlombaan di kolam pemancingan galatama agar konsumen tidak jenuh. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis manajemen strategi pemasaran maupun strategi pengembangan usahanya.


(4)

Oleh : Dini Vidya A14104008

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(5)

Judul : Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Pelayanan Wisata Mancing Fishing Valley Bogor Nama : Dini Vidya

NRP : A14104008

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Febriantina Dewi, S.E, M.Sc NIP. 132 419 312

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU

PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR” BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

Dini Vidya


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 17 Januari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, putri pasangan keluarga Bapak Zainal Haq, S.E dan Ibu Nurlaily Mansyur, S.H.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Kartika II-5 Bandar Lampung dari tahun 1992 sampai tahun 1998. Penulis melanjutkan pendidikan menengah di SLTP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 1998 hingga selesai pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan diantaranya sebagai staff Biro marketing UKM CENTURY periode 2004-2007, BEM Fakultas Pertanian staff Biro sosial lingkungan periode 2005-2006, anggota KOPMA IPB periode 2005-2006, dan bendahara umum UKM KEMALA (Keluarga Mahasiswa Lampung) periode 2006-2007. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan acara kampus.


(8)

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada program studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Indonesia sebagai negara agraris memiliki beragam keunikan komoditas tidak hanya dari segi pertanian saja namun juga peternakan, kehutanan, dan perikanan. Salah satu sektor usaha di bidang pelayanan jasa perikanan yang memiliki prospek cerah adalah kolam pemancingan. Kolam pemancingan semakin menjamur di Indonesia, salah satunya adalah wisata mancing Fishing Valley Bogor yang menawarkan keunikan konsep wisata pemancingan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan sehingga diperlukan saran-saran untuk perbaikan agar menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan dukungan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Mei 2008

Dini Vidya


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 9

II TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1 Perikanan dan Memancing ... 10

2.1.1 Lokasi Pemancingan... 10

2.1.2 Klasifikasi Sistem Pemancingan ... 11

2.1.3 Peralatan Mancing ... 14

2.2 Jasa ... 18

2.3 Pariwisata ... 20

2.4 Agrowisata... 20

2.5 Penelitian Terdahulu ... 22

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 25

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25

3.1.1 Dimensi Mutu Pelayanan/Kualitas Jasa... 25

3.1.2 Konsep Perilaku Konsumen Jasa ... 26

3.1.3 Kepuasan Konsumen ... 27

3.1.4 Pengukuran Kepuasan ... 28

3.1.5 Importance Performance Analysis (IPA)... 29

3.1.6 Atribut Produk ... 29

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 30

IV METODOLOGI PENELITIAN ... 33

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 33

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 29

4.3 Teknik Penarikan Sampel... 34

4.3.1 Tahap Pendahuluan ... 35

4.3.1.1 Uji Validitas... 35

4.3.1.2 Uji Reliabilitas ... 36

4.3.2 Tahap Pelaksanaan ... 37

4.3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Atribut-Atribut Wisata Mancing Fishing Valley Bogor... 38

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 39 Halaman


(10)

4.5 Skala Likert ... 43

4.6 Variabel Penelitian... 45

4.7 Definisi Operasional ... 47

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 55

5.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 55

5.2 Sejarah Singkat Perusahaan... 56

5.3 Visi dan Misi Perusahaan ... 57

5.4 Slogan atau Jargon Perusahaan... 58

5.5 Logo Perusahaan ... 59

5.6 Struktur Organisasi Perusahaan ... 60

5.7 Sistem Pemancingan Fishing Valley... 61

5.8 Kolam Pemancingan Sejenis Lainnya... 62

5.8.1 Kolam Pemancingan Djamhur Mas... 63

5.8.2 Kolam Pemancingan Mahoni ... 63

5.8.3 Kolam Pemancingan Lagena... 64

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

6.1 Karakteristik Umum Konsumen Wisata Mancing Fishing Valley Bogor . 65 6.1.1 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

6.1.2 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia ... 66

6.1.3 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan... 68

6.1.4 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir .... 69

6.1.5 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 70

6.1.6 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pengeluaran Rata-Rata Per Bulan71 6.1.7 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Domisili Tempat Tinggal ... 72

6.2 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen Wisata Mancing Fishing Valley Bogor ... 72

6.2.1 Analisis Tingkat kepentingan Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing Fishing Valley Bogor ... 73

6.2.1.1 Dimensi Keandalan (Reliability) ... 75

6.2.1.2 Dimensi Ketanggapan (Responsiveness) ... 78

6.2.1.3 Dimensi Jaminan (Assurance)... 80

6.2.1.4 Dimensi Empati(Empathy)... 82

6.2.1.5 Dimensi Bukti Nyata(Tangibles)... 84

6.2.2 Analisis Tingkat kinerja Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing Fishing Valley Bogor... 90

6.2.2.1 Dimensi Keandalan (Reliability)... 91

6.2.2.2 Dimensi Ketanggapan (Responsiveness)... 92

6.2.2.3 Dimensi Jaminan (Assurance)... 94

6.2.2.4 Dimensi Empati (Empathy)... 96


(11)

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN

TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN

WISATA MANCING

FISHING VALLEY

BOGOR

Oleh : Dini Vidya A14104008

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

DINI VIDYA. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Pelayanan Wisata Mancing Fishing Valley Bogor. (Dibawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI).

Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat didunia (WTO, 2000), melibatkan 657 juta kunjungan wisata di tahun 1999 dengan US $ 455 milyar penerimaan ke seluruh dunia.Pada tahun 2000 sektor pariwisata memberikan kontribusi sebsesar Rp 238,6 triliun atau 9,27 persen terhadap produk nasional dan kontribusi pariwisata mencapai 9,38 persen (Rp 128,31 triliun) dari total PDB Indonesia sebesar Rp 1.368 triliun (BPS, 2001). Hal menarik yang patut dikemukakan adalah bahwa pencapaian sebesar itu diperoleh melalui peranan investasi kepariwisataan yang hanya mencapai 5,24 persen dari total investasi nasional. Sementara itu peranan dalan penyediaan lapangan kerja mencapai 7,36 juta orang atau 8,11 persen dari total lapangan kerja nasional sebesar 89,8 juta orang.

Salah satu objek wisata di bidang perikanan yang menarik adalah objek wisata mancing. Keadaan potensi Bogor yang baik ini sering dijadikan lokasi usaha wisata mancing karena ditunjang oleh kondisi udara Bogor yang sejuk dan lokasinya yang strategis di pinggir kota. Wisata mancing Fishing Valley merupakan wisata rekreasi keluarga dan kolam mancing terbesar di Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut pelayanan wisata mancing Fishing Valley Bogor dan mengidentifikasi fasilitas-fasilitas tambahan yang perlu dibangun oleh manajer Fishing Valley maupun konsumen. Penelitian dilaksanakan di wisata mancing Fishing Valley Bogor dari Februari sampai dengan April 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada pihak manajemen, observasi lapang selama 1 minggu, menyebarkan kuesioner dan wawancara langsung kepada responden. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, Badan Pusat Statistik (BPS) kota Bogor dan Jakarta, Balai Riset Perikanan an Kelautan Bogor, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pariwisata dan Seni Kota Bogor, perpustakaan, internet, dan laporan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei dengan mengambil sampel dari satu populasi menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Pengambilan sampel responden dalam penelitian ini digunakan teknik judgement sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan terlebih dahulu merumuskan kriteria-kriteria responden. Adapun ukuran sampel yang diambil adalah mengacu pada Slovin yaitu 100 responden. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah pengujian kuesioner, analisis deskriptif, Importance Performance Analysis, dan analisis varian ranking dua arah Friedman.

Wisata mancing Fishing Valley Bogor merupakan salah satu wisata mancing terbesar di Bogor yang tidak hnya meyajikan kolam pemancingan saja, namun juga menyuguhkan konsep wisata keluarga berupa restoran, wisata alam, dan sarana bermain anak.


(13)

Konsumen wisata mancing Fishing Valley sebagian besar laki-laki, memiliki usia 31-40 tahun, telah menikah, karyawan swasta, pengeluaran ata-rata per bulan Rp 900.000-Rp 1.800.000, dan dominan berdomisili di Bogor. Secara keseluruhan, konsumen telah merasa puas dengan mutu pelayanan atribut-atribut yang berada di kuadran I dan II. Atribut-atribut yang dianggap penting, namun kinerja masih rendah (prioritas utama) adalah kesopanan karyawan, keamanan, komunikasi yang lancar antara karyawan dengan konsumen, dan kenyamanan saat memancing. Sedangkan atribut-atribut yang dapat memuaskan konsumen dan harus dipertahankan adalah atribut-atribut yang berada di kuadran I atau prioritas utama dan II atau pertahankan prestasi. Atribut yang memiliki kinerja baik dan penting (pertahankan prestasi) adalah nomor telepon dan alamat Fishing Valley, penampilan karyawan, kondisi kolam pemancingan, umpan ikan, fasilitas sarana toilet, kebersihan lokasi, luas areal parkir.

Dari hasil Uji Friedman, diperoleh hasil bahwa x2 hitung < x2 Tabel sehingga dapat dikatakan fasilitas-fasilitas tambahan Fishing Valley memiliki tingkat kepentingan yang sama sehingga perlu dibangun. Ketiga fasilitas tambahan tersebut yaitu kolam renang, penganekaragaman wahana alam, dan sarana bermain anak. Sedangkan fasilitas yang diharapkan untuk dibangun di Fishing Valley menurut sebagian besar konsumen adalah sarana olahraga.

Adapun saran yang dapat diberikan bagi pihak wisata mancing Fishing Valley Bogor adalahPerusahaan sebaiknya memiliki visi dan misi yang lebih jelas dan tertulis serta dikomunikasikan kepada seluruh karyawan agar tercapai visi dan misi tersebut di masa depan. Perusahaan sebaiknya melakukan pembukuan maupun sistem administrasi umum yang lebih teratur sehingga dapat diketahui frekuensi kunjungan konsumen setiap bulannya. Hal ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perbaikan kinerja ke depannya

Pihak perusahaan dapat mempertahankan atribut-atribut pelayanan di kuadran I dan meningkatkan kinerja atribut-atribut di kuadran II dengan cara antara lain : memberlakukan jam shift penjagaan keamanan yang lebih teratur tidak hanya pada saat hari libur saja, pelatihan komunikasi bisnis dan leadership karyawan, serta memberlakukan garansi berupa free atau diskon jika pelayanan dinilai lambat dan merugikan konsumen, dan melakukan inovasi hadiah perlombaan di kolam pemancingan galatama agar konsumen tidak jenuh. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis manajemen strategi pemasaran maupun strategi pengembangan usahanya.


(14)

Oleh : Dini Vidya A14104008

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(15)

Judul : Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Pelayanan Wisata Mancing Fishing Valley Bogor Nama : Dini Vidya

NRP : A14104008

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Febriantina Dewi, S.E, M.Sc NIP. 132 419 312

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(16)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU

PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR” BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

Dini Vidya


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 17 Januari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, putri pasangan keluarga Bapak Zainal Haq, S.E dan Ibu Nurlaily Mansyur, S.H.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Kartika II-5 Bandar Lampung dari tahun 1992 sampai tahun 1998. Penulis melanjutkan pendidikan menengah di SLTP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 1998 hingga selesai pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan diantaranya sebagai staff Biro marketing UKM CENTURY periode 2004-2007, BEM Fakultas Pertanian staff Biro sosial lingkungan periode 2005-2006, anggota KOPMA IPB periode 2005-2006, dan bendahara umum UKM KEMALA (Keluarga Mahasiswa Lampung) periode 2006-2007. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan acara kampus.


(18)

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada program studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Indonesia sebagai negara agraris memiliki beragam keunikan komoditas tidak hanya dari segi pertanian saja namun juga peternakan, kehutanan, dan perikanan. Salah satu sektor usaha di bidang pelayanan jasa perikanan yang memiliki prospek cerah adalah kolam pemancingan. Kolam pemancingan semakin menjamur di Indonesia, salah satunya adalah wisata mancing Fishing Valley Bogor yang menawarkan keunikan konsep wisata pemancingan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan sehingga diperlukan saran-saran untuk perbaikan agar menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan dukungan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Mei 2008

Dini Vidya


(19)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 9

II TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1 Perikanan dan Memancing ... 10

2.1.1 Lokasi Pemancingan... 10

2.1.2 Klasifikasi Sistem Pemancingan ... 11

2.1.3 Peralatan Mancing ... 14

2.2 Jasa ... 18

2.3 Pariwisata ... 20

2.4 Agrowisata... 20

2.5 Penelitian Terdahulu ... 22

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 25

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25

3.1.1 Dimensi Mutu Pelayanan/Kualitas Jasa... 25

3.1.2 Konsep Perilaku Konsumen Jasa ... 26

3.1.3 Kepuasan Konsumen ... 27

3.1.4 Pengukuran Kepuasan ... 28

3.1.5 Importance Performance Analysis (IPA)... 29

3.1.6 Atribut Produk ... 29

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 30

IV METODOLOGI PENELITIAN ... 33

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 33

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 29

4.3 Teknik Penarikan Sampel... 34

4.3.1 Tahap Pendahuluan ... 35

4.3.1.1 Uji Validitas... 35

4.3.1.2 Uji Reliabilitas ... 36

4.3.2 Tahap Pelaksanaan ... 37

4.3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Atribut-Atribut Wisata Mancing Fishing Valley Bogor... 38

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 39 Halaman


(20)

4.5 Skala Likert ... 43

4.6 Variabel Penelitian... 45

4.7 Definisi Operasional ... 47

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 55

5.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 55

5.2 Sejarah Singkat Perusahaan... 56

5.3 Visi dan Misi Perusahaan ... 57

5.4 Slogan atau Jargon Perusahaan... 58

5.5 Logo Perusahaan ... 59

5.6 Struktur Organisasi Perusahaan ... 60

5.7 Sistem Pemancingan Fishing Valley... 61

5.8 Kolam Pemancingan Sejenis Lainnya... 62

5.8.1 Kolam Pemancingan Djamhur Mas... 63

5.8.2 Kolam Pemancingan Mahoni ... 63

5.8.3 Kolam Pemancingan Lagena... 64

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

6.1 Karakteristik Umum Konsumen Wisata Mancing Fishing Valley Bogor . 65 6.1.1 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

6.1.2 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia ... 66

6.1.3 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan... 68

6.1.4 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir .... 69

6.1.5 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 70

6.1.6 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pengeluaran Rata-Rata Per Bulan71 6.1.7 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Domisili Tempat Tinggal ... 72

6.2 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen Wisata Mancing Fishing Valley Bogor ... 72

6.2.1 Analisis Tingkat kepentingan Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing Fishing Valley Bogor ... 73

6.2.1.1 Dimensi Keandalan (Reliability) ... 75

6.2.1.2 Dimensi Ketanggapan (Responsiveness) ... 78

6.2.1.3 Dimensi Jaminan (Assurance)... 80

6.2.1.4 Dimensi Empati(Empathy)... 82

6.2.1.5 Dimensi Bukti Nyata(Tangibles)... 84

6.2.2 Analisis Tingkat kinerja Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing Fishing Valley Bogor... 90

6.2.2.1 Dimensi Keandalan (Reliability)... 91

6.2.2.2 Dimensi Ketanggapan (Responsiveness)... 92

6.2.2.3 Dimensi Jaminan (Assurance)... 94

6.2.2.4 Dimensi Empati (Empathy)... 96


(21)

VII ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DAN

FASILITAS TAMBAHAN ... 104

7.1 Analisis Kepuasan Konsumen (Importance Performance Analysis) ... 106

7.1.1 Atribut-Atribut dalam Kuadran I (Prioritas Utama)... 106

7.1.2 Atribut-Atribut dalam Kuadran II (Pertahankan Prestasi) ... 109

7.1.3 Atribut-Atribut dalam Kuadran III (Prioritas Rendah) ... 115

7.1.4 Atribut-Atribut dalam Kuadran IV (Cenderung Berlebihan) ... 118

7.2 Analisis Fasilitas Tambahan... 121

7.2.1 Fasilitas Tambahan Menurut Pihak Pengelola Fishing Valley... 121

7.2.2 Fasilitas Tambahan Menurut Konsumen ... 124

VIII KESIMPULAN DAN SARAN... 125

8.1 Kesimpulan... 125

8.2 Saran... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(22)

1 Data Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor 2003-2007...4 2 Rata-Rata Kunjungan Harian Konsumen Wisata Mancing Fishing Valley ...7 3 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian... 34 4 Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Mutu

Pelayanan Wisata Mancing Fishing Valley Bogor ... 44 5 Kriteria Rentang Skala Tingkat Kepentingan dan Kinerja ... 45 6 Atribut-Atribut Wisata Mancing Fishing Valley Bogor ... 47 7 Indikator Skala Likert Atribut-Atribut Wisata Mancing Fishing Valley Bogor ... 51 8 Karakteristik Konsumen Wisata Mancing Fishing Valley Bogor

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66 9 Karakteristik Konsumen Wisata Mancing Fishing Valley Bogor

Berdasarkan Usia ... 67 10 Karakteristik Konsumen Wisata Mancing Fishing Valley Bogor

Berdasarkan Status Pernikahan ... 69 11 Karakteristik Konsumen Wisata Mancing Fishing Valley Bogor

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir... 70 12 Karakteristik Konsumen Wisata Mancing Fishing Valley Bogor

Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 64 13 Karakteristik Konsumen Wisata Mancing Fishing Valley Bogor

Berdasarkan Pengeluaran Rata-Rata Per Bulan ... 71 14 Karakteristik Konsumen Wisata Mancing Fishing Valley Bogor

Berdasarkan Domisili Tempat Tinggal Responden ... 71 15 Penilaian Konsumen Terhadap Tingkat Kepentingan

Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing Fishing Valley Bogor... 74 16 Tingkat Kepentingan Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing

Fishing Valley Bogor Berdasarkan Dimensi Keandalan (Reliability) ...75 17 Daftar Jenis Ikan Dan Harga Ikan Per Kilo... 76 18 Tingkat Kepentingan Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing

Fishing Valley Bogor Berdasarkan Dimensi Ketanggapan (Responsiveness) ... 78 19 Tingkat Kepentingan Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing

Fishing Valley Bogor Berdasarkan Dimensi Jaminan (Assurance)... 80 20 Tingkat Kepentingan Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing

Fishing Valley Bogor Berdasarkan Dimensi Empati (Empathy)... 82 21 Tingkat Kepentingan Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing

Fishing Valley Bogor Berdasarkan Dimensi Bukti Fisik (Tangibles) ... 84 22 Penilaian Konsumen Terhadap Tingkat Kinerja Atribut Mutu Pelayanan

Wisata Mancing Fishing Valley Bogor ... 90 23 Tingkat Kinerja Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing

Fishing Valley Bogor Berdasarkan Dimensi Keandalan (Reliability) ... 91 24 Tingkat Kinerja Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing

Fishing Valley Bogor Berdasarkan Dimensi Ketanggapan (Responsiveness)... 93 Nomor


(23)

25 Tingkat Kinerja Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing

Fishing Valley Bogor Berdasarkan Dimensi Jaminan (Assurance)...94 26 Tingkat Kinerja Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing

Fishing Valley Bogor Berdasarkan Dimensi Empati (Empathy)...97 27 Tingkat Kinerja Mutu Pelayanan Atribut Wisata Mancing

Fishing Valley Bogor Berdasarkan Dimensi Bukti Nyata (Tangibles)... 98 28 Jumlah Ranking Fasilitas-Fasilitas Tambahan Fishing Valley... 122


(24)

1 Kerangka Pemikiran Operasional... 32 2 Diagram Kartesius Importance Performance Analysis ... 41 3 Logo Wisata Mancing Fishing Valley Bogor... 59 4 Struktur Organisasi Wisata Mancing Fishing Valley Bogor... 60 5 Diagram Kartesius Importance Performance Analysis... 103


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Penelitian ... 129 2 Uji Validitas dan Reliabilitas... 135 3 Ranking Analisis Fasilitas Tambahan... 136 4 Foto-Foto Fishing Valley Bogor... 139 5 Penghitungan Total Nilai Kepentingan dan Kinerja... 141 Halaman Nomor


(26)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat didunia (WTO, 2000), melibatkan 657 juta kunjungan wisata di tahun 1999 dengan US $ 455 milyar penerimaan ke seluruh dunia. Apabila kondisi tetap stabil, pada tahun 2010 jumlah kunjungan antar negara ini diperkirakan meningkat mencapai 937 juta. Resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah menyatakan bahwa pariwisata sebagai dasar dan aktivitas kebutuhan manusia yang mampu memberikan kebanggaan bagi setiap orang maupun pemerintah.

Perkembangan pariwisata tersebut akibat peningkatan jumlah wisatawan mancanegara di Indonesia sebanyak 4.606.416 (rata-rata hari kunjungan 9,18 hari per orang) di tahun 1998 meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan jumlah hari kunjungan 12,26 per orang pada tahun 2000. Besarnya devisa yang diperoleh sektor pariwisata pada tahun 2000 sebesar 5,75 milyar US$.

Pada tahun 2000 sektor pariwisata memberikan kontribusi sebsesar Rp 238,6 triliun atau 9,27 persen terhadap produk nasional dan kontribusi pariwisata mencapai 9,38 persen (Rp 128,31 triliun) dari total PDB Indonesia sebesar Rp 1.368 triliun (BPS, 2001). Hal menarik yang patut dikemukakan adalah bahwa pencapaian sebesar itu diperoleh melalui peranan investasi kepariwisataan yang hanya mencapai 5,24 persen dari total investasi nasional. Sementara itu peranan dalan penyediaan lapangan kerja mencapai 7,36 juta orang atau 8,11 persen dari total lapangan kerja nasional sebesar 89,8 juta orang. Demikian juga dapat diungkapkan bahwa penyediaan upah dan gaji dari sektor pariwisata mencapai Rp 40,09 triliun, 9,87 persen dari penyediaan upah secara nasional sebesar Rp 406


(27)

2

triliun. Selain itu kontribusi pajak tak langsung mencapai 8,29 persen dari total pajak tak langsung sebesar Rp 61 triliun1.

Preferensi dan motivasi wisatawan berkembang secara dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati objek-objek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini merupakan signal tingginya permintaan akan agrowisata dan sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik.

Objek wisata adalah suatu bentuk atau aktivitas yang dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Objek wisata merupakan dasar kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik suatu daerah akan sulit mengembangkan kepariwisataan. Kepariwisataan akan lebih mudah dikembangkan jika di suatu daerah memiliki satu atau lebih objek wisata. (Marpaung, 2002).

Objek agrowisata tidak hanya terbatas kepada objek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi objek wisata yang menarik. Masyarakat yang mendatangi objek wisata mampu membuka peluang pasar tidak hanya bagi produk dan objek agrowisata yang bersangkutan, namun pasar dan segala kebutuhan masyarakat.

Dengan demikian melalui agrowisata bukan semata merupakan usaha atau bisnis yang tidak hanya menjual jasa bagi pemenuhan konsumen akan


(28)

pemandangan yang indah dan udara yang segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan masyarakat, memberikan signal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis dan berarti pula dapat menjadi kawasan pertumbuhan baru wilayah. Dengan demikian maka Agrowisata dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru deerah, sektor pertanian dan ekonomi nasional.

Sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangbudayakan agrowisata adalah bidang perikanan. Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan dengan potensi sumber daya ikan yang jenis maupun jumlahnya cukup besar, kegiatan perikanan di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai obyek agrowisata. Secara garis besar kegiatan perikanan dibagi menjadi kegiatan penangkapan dan kegiatan budidaya, dan kegiatan tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi obyek agrowisata seperti budidaya ikan air tawar, budidaya Air Payau (tambak), budidaya laut (kerang, rumput laut, kakap merah, dan mutiara).

Salah satu objek wisata di bidang perikanan yang menarik adalah objek wisata mancing. Jumlah kolam pemancingan semakin banyak dikembangkan untuk memenuhi keinginan masyarakat akan kebutuhan memancing. Tumbuhnya kolam pemancingan ini ternyata membawa berkah tersendiri bagi para pengusaha. Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki potensi baik untuk dikembangkan usaha kolam pemancingan. Hal ini terkait dengan kondisi geografis dan alam di Jawa Barat yang cenderung sejuk.

Bogor dikenal sebagai daerah rekreasi, kolam pemancingan menjadi alternatif pilihan konsumen untuk menghabiskan waktu luang konsumen. Potensi


(29)

4

wisata mancing di Kabupaten Bogor cukup tinggi. Keadaan potensi Bogor yang baik ini sering dijadikan lokasi usaha wisata mancing karena ditunjang oleh kondisi udara Bogor yang sejuk dan lokasinya yang strategis di pinggir kota. Pada tahun 2003-2007 jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Bogor cenderung meningkat walaupun ada penurunan jumlah namun tidak terlalu signifikan jika dibandingkan peningkatannya yang stabil seperti terlihat dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Data Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor 2003-2007 Perkembangan Per Tahun

No Jenis

Usaha

Jenis

Wisatawan 2003 2004 2005 2006 2007

1 2 3 4 5 6 7 8

1

Obyek

Wisata Nusantara 1.380.477

1.360.374

1.267.839

1.370.119 1.087.900

Manca negara 32.421 11.211 13.732 18.714 124.385 Jumlah 1.412.898 1.371.585 1.281.571 1.388.833 1.212.285

2 Akomodasi Nusantara 149.095

173.139

539.276

716.807 520.737

Manca negara 9.472 13.330 36.144 31.443 32.987 Jumlah 158.567 186.469 575.420 748.250 553.724

Nusantara 1.529.572 1.533.513 1.807.115 2.086.926 1.608.637

Jumlah Manca negara 41.893 24.541 49.876 50.157 157.372

JUMLAH 1.571.465 1.558.054 1.856.991 2.137.083 1.766.009 Sumber : Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan, 2008

Salah satu bentuk objek wisata yang terdapat di Bogor adalah wisata mancing Fishing Valley Bogor. Wisata mancing Fishing Valley merupakan wisata rekreasi keluarga dan kolam mancing terbesar di Bogor. Wisata mancing ini memiliki lahan seluas 3,5 hektar dan fasilitas yang lengkap dibandingkan pemancingan sejenisnya seperti kolam pemancingan Lagena, Mahoni, dan


(30)

Djamhur Mas. Dikatakan terbesar dilihat dari luas areal kawasannya yang sangat luas dan juga dilengkapi dengan wahana wisata lainnya tidak hanya kolam pemancingan saja. Fishing Valley menyediakan lahan parkir yang cukup luas 13 buah saung, dimana tiap-tiap saung diberi nama-nama ikan, seperti gazebu mas, patin, nila, gurame, lele, mujair, dan bawal.

Fishing Valley menawarkan konsep wisata mancing yang unik dan kreatif yaitu tidak hanya menyajikan kolam pemancingan saja namun disediakan juga fasilitas lainnya seperti restoran, bom-bom boat, horse ridding, dan flying fox. Selain itu, areal parkir yang luas dan beberapa fasilitas umum lainnya dan desain bangunan yang menarik menjadi keunggulan Fishing Valley. Kesejukan udara yang belum terkena polusi ditambah dengan suasana nyaman dan alami sangat tepat untuk datang ke Fishing Valley dengan mencoba berbagai wahana rekreasi seperti arena pancing, arena bermain anak dan restoran yang menyajikan menu masakan yang penuh citarasa.

1.2 Perumusan Masalah

Setiap usaha yang bergerak di bidang jasa memiliki kekhasan yang berbeda dengan usaha yang bergerak dalam hal penjualan barang, karena usaha jasa ini salah satu karakteristiknya adalah kepuasan konsumen yang tidak dapat diperkirakan. Salah satu usaha jasa di bidang perikanan adalah usaha pemancingan, Wisata mancing saat ini mulai dilirik pengusaha karena animo masyarakat yang tinggi akan hobi memancing untuk melepaskan kejenuhan rutinitas. Tingkat persaingan objek-objek wisata di Bogor seperti kolam-kolam pemancingan pun semakin tinggi seiring perkembangan kebutuhan masyarakat.


(31)

6

Hal tersebut dapat meningkatkan stimulus pengusaha kolam pemancingan untuk merebut hati konsumen melalui pelayanan dan atribut yang terbaik.

Bogor dipilih menjadi salah satu alternatif pilihan rekreasi bagi konsumen untuk memancing karena lokasinya yang strategis di pinggir kota, lahan yang cukup luas dan masih tersedianya saluran irigasi untuk membuat kolam pemancingan. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan pihak dinas-dinas terkait seperti Dinas Informasi kepariwisataan dan Kebudayaan Bogor, Badan Pusat Statistik serta Balai Riset Kelautan dan Perikanan Air Tawar di Jalan Sempur nomor 1, Bogor tidak ditemukan data resmi mengenai jumlah kolam pemancingan yang terdapat di Kota Bogor. Hal ini disebabkan karena para pengelola pemancingan tidak mendaftarkan secara resmi ke Dinas Pariwisata. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan manajer Fishing Valley diketahui terdapat empat kolam pemancingan yang dapat ditemui di daerah Bogor Barat, yaitu kolam pemancingan Djamhur Mas, Mahoni, Lagena, maupun Fishing Valley.

Wisata mancing Fishing Valley yang telah berdiri selama 6 tahun (dari tahun 2002-2008). Kesinambungan usaha pemancingan atau wisata mancing bergantung pada kepuasan konsumennya. Tingginya tingkat kunjungan konsumen sangat mempengaruhi keberadaan suatu usaha termasuk usaha jasa wisata mancing Fishing Valley. Tidak diperoleh jumlah kunjungan sebenarnya yang tertulis dari perusahaan karena belum tertatanya sistem manajemen maupun administrasi umum perusahaan sehingga jumlah pengunjung hanya didasarkan pada perkiraan dan pengalaman saja. Selain itu, terdapat keluhan-keluhan konsumen yang diterima oleh pihak Fishing Valley menjadi permasalahan yang


(32)

sering dihadapi perusahaan. Keluhan-keluhan tersebut umumnya mengenai ketidakpuasan pelayanan karyawan yang dinilai lambat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ramly selaku manajer Fishing Valley Bogor diketahui bahwa jumlah pengunjung saat ini belum mencapai target perusahaan sebesar 6.000 konsumen setiap bulannya. Fluktuasi jumlah pengunjung pada usaha pemancingan terkadang sulit untuk diperkirakan. Rata-rata jumlah konsumen yang datang pada hari biasa sebesar 50-150 orang, sedangkan pada hari libur atau minggu dapat mencapai 350 orang. Fluktuasi jumlah konsumen wisata mancing Fishing Valley dapat dilihat Tabel 2 berikut. Tabel 2 Rata-Rata Kunjungan Harian Konsumen Wisata Mancing Fishing Valley

No Jenis hari kunjungan Jumlah konsumen

1 Senin-Jumat ± 50-150 orang

2 Sabtu, Minggu, Libur Besar ± 350 orang

Pelayanan jasa yang diberikan oleh manajemen dan karyawan belum dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Kepuasan konsumen secara individu memang sangat sulit dicapai karena adanya keanekaragaman keinginan konsumen. Kepuasan konsumen umumnya digunakan untuk mengantisipasi persaingan usaha, menciptakan loyalitas dan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Salah satu cara untuk meningkatkan kepuasan konsumen adalah dengan memberikan mutu pelayanan terbaik kepada konsumen dibandingkan pesaingnya. Pihak pengelola Fishing Valley terus berusaha meningkatkan kepuasan konsumen dengan merencanakan pembangunan fasilitas-fasilitas tambahan di masa yang akan datang yaitu pembangunan fasilitas kolam renang, penganekaragaman wahana alam, serta sarana bermain anak.


(33)

8

Berdasarkan kondisi usaha tersebut maka pengetahuan perusahaan terhadap tingkat kepuasan konsumennya merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Selama ini pihak manajemen perusahaan wisata mancing Fishing Valley belum pernah melakukan penelitian mengenai kepuasan konsumen. Oleh karena itu, penelitian mengenai kepuasan konsumen perlu dilakukan sebagai bahan masukan informasi bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas kinerja pelayanan karyawan sehingga tercipta kepuasan konsumen.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan permasalahan yang dihadapi perusahaan wisata mancing Fishing Valley dalam rangka membuat formulasi strategi perusahaan sebagai berikut :

1. Bagaimana kepuasan konsumen terhadap atribut pelayanan wisata mancing Fishing Valley?

2. Fasilitas-fasilitas tambahan apa saja yang perlu dibangun oleh pihak pengelola Fishing Valley?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut pelayanan wisata mancing Fishing Valley Bogor

2. Mengidentifikasi fasilitas-fasilitas tambahan yang perlu dibangun oleh pihak pengelola Fishing Valley Bogor


(34)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan Fishing Valley Bogor, diharapkan dapat menjadi salah satu rekomendasi alternatif bagi perbaikan kinerja karyawan maupun pelayanan yang diberikan sehingga mampu meningkatkan kepuasan konsumen

2. Bagi pembaca, sebagai sarana informasi (literatur) dan masukan bagi penelitian selanjutnya

3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini hanya dibatasi pada penelitian mengenai kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut pelayanan wisata mancing Fishing Valley Bogor

2. Responden dibatasi yang telah berusia 17 tahun ke atas karena diasumsikan telah mengerti prosedur tanya jawab dalam kuesioner dan telah memiliki kemampuan menganalisis pertanyaan maupun informasi

3. Responden adalah pengunjung yang pernah mengunjungi wisata mancing Fishing Valley minimal dua kali dan telah menikmati wahana-wahana yang disediakan di wisata mancing Fishing Valley Bogor

4. Penelitian ini hanya menganalisis tingkat kepuasan konsumen di kolam pemancingan baik galatama, kiloan, harian saja.


(35)

10

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perikanan dan Memancing

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan, pembesaran) ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial/bisnis)2.

Memancing (fishing) secara luas adalah suatu kegiatan menangkap ikan yang bisa merupakan pekerjaan, hobi, olahraga luar ruang (outdoor) atau kegiatan di pinggir atau ditengah danau, laut, sungai dan perairan lainnya dengan target seekor ikan. Atau bisa juga sebagai kegiatan menangkap ikan atau hewan air tanpa alat atau dengan menggunakan sebuah alat oleh seorang atau beberapa pemancing3.

2.1.1 Lokasi Pemancingan

Pengertian lokasi pemancingan menurut Wudianto (1999) terdiri atas perairan umum dan kolam khusus. Perairan umum (open waters) adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi air (air tawar, air payau, dan air laut) dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami atau buatan. Perairan ini kepemilikannya bersifat umum, bukan milik perseorangan, contohnya : sungai, danau, situ, rawa, waduk


(36)

atau bendungan, laut, dan genangan yang bersifat sementara sedangkan kolam khusus yaitu kolam yang secara teknis merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas, dibuat manusia dan mudah dikuasai (diisi air, dikeringkan, diatur menurut kehendak kita). Pada setiap tempat pemancingan terdapat istilah sewa kolam. Menurut Wudianto (1999) sistem penyewaan kolam yang umum adalah : 1)Sewa Lapak

Lapak adalah tempat pijakan pada saat memancing. Biasanya lapak terbuat dari bambu atau papan dan dipasang di pinggiran/tepian kolam pemancingan. Pemancing menyewa tempat di koam pemancingan yang telah diisi ikan oleh pengelola pemancingan untuk periode waktu tertentu.

2)Sistem Borong Kolam

Pemancing menyewa kolam sendiri atau bersama-sama untuk periode waktu tertentu. Lama waktu, jumlah, dan jenis ikan yang diisikan ke dalam kolam sesuai dengan kesepakatan pemancing dengan pemilik kolam.

3)Sistem Kiloan

Pemancing melakukan pemancingan di kolam dengan besar biaya tergantung pada jumlah (kilogram) yang tertangkap dan sesuai dengan harga yang telah disepakati sebelumnya.

2.1.2 Klasifikasi Sistem Pemancingan

Budidaya kolam merupakan budidaya prikanan tertinggi kedua setelah tambak. Peningkatan konsumsi ikan dapat meningkatkan stimulus para wirausaha untuk membuka objek wisata mancing. Kolam ialah areal/bidang tanah yang


(37)

12

digenangi air dan dibudidayakan dengan jenis pengusahaan berupa : kolam air tawar, tambak, dan kolam penggaraman.

Sistem pemancingan yang sering digunakan oleh para pengelola pemancingan ikan air tawar dalam lokasi kolam buatan dikelompokkan sebagai berikut (Wudianto, 1999):

1) Kolam Pancing Harian

Tempat khusus yang disediakan untuk pemancingan dengan cara pemancing membayar harga lapak (sewa lapak berikut ikannya) baru kemudian memancing. Kegiatan mancingnya dapat dilakukan setiap hari bahkan ada yang bukanya sampai 24 jam.

2) Kolam Pancing Kiloan

Pemancingan yang menggunakan sistem dengan cara menimbang hasil tangkapan yang diperoleh, kemudian pemancing membayar harga berdasarkan perolehannya.

3) Kolam Pancing Borongan

Pemancingan ini menggunakan sistem dengan cara pemancing atau kelompok pemancing menyewa kolam pancing yang waktu memancingnya, jumlah ikan yang diisikan di kolam pancing berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak atau dapat juga sekelompok pemancing menawar isi kolam pancing milik petani budidaya, baru dilaksanakan kegiatan memancing.

4) Kolam Pancing Lomba

Pemancingan yang dikhususkan untuk para pemancing yang akan mencoba ketangguhannya dengan menerapkan pengetahuan dan pengalamannya terhadap pemancing lain tanpa mengurangi keakraban sesamanya. Pada sistem pancing


(38)

lomba biasanya penyelenggara telah mengisikan sejumlah ikan terlebih dahulu dan menyediakan sejumlah hadiah-hadiah bagi pemenangnya. Kriteria pemenang ditentukan berdasarkan perolehan terberat perekor yang didapatkan peserta lomba mancing. Lomba biasanya diadakan mulai dari pagi hingga sore, pada hari Minggu atau pada hari libur.

5) Kolam Pancing Galatama

Sistem pemancingan yang hendak mengasah keterampilan konsumen dalam memancing karena ikan hasil tangkapan tidak dibawa pulang seperti pada sistem pemancingan lainnya. Ikan yang ditebar pada kolam pemancingan jumlahnya sangat banyak. Kegiatan memancing dilakukan setiap hari dan bersifat perlombaan karena memiliki hadiah sebagai penghargaan untuk pemenangnya. Hadiah umumnya berupa uang yang jumlah nominalnya tergantung dari jumlah peserta. Jika uangnya sudah terkumpul terlebih dahulu dikurangi oleh bagian yang menjadi hak panitia. Kriteria pemenang sesuai kesepakatan bersama, biasanya seperti juara ikan terberat, juara ikan berwarna merah, juara total berat perolehan berat ikan dan juara total perolehan jumlah satuan ikan. Dalam setiap harinya lomba terbagi dalam beberapa babak, yang lamanya antara 2-3 jam per babak. Dalam setiap babak didapatkan hasil penentuan juara. Ikan yang diperoleh dilepaskan saat itu juga setelah dilakukan penimbangan. Dalam sistem pemancingan yang lainnya selain perbedaan utama “timbang lepas” peraturan lain yang berbeda yaitu :

a) Joran yang digunakan hanya sebuah joran saja kecuali pada empang galatama tertentu yang boleh menggunakan hingga dua buah joran


(39)

14

b) Melarang penggunaan umpan hidup (cacing, kroto, dan lain-lainnya), umpan yang berbahan dasar nasi dan umbi-umbian, umpan yang dapat mengambang (roti kering, pelet, dan lain-lain)

c) Rangkaian pancing yang digunakan adalah rangkaian glosor (tanpa pelampung) dengan menggunakan tali pandu berpemberat yang disebut bemper. Ukuran pemberat kira-kira sebesar biji melinjo. Rangkaian kail yang digunakan sebanyak maksimal satu rangkai yang berisi tiga mata kail dengan ukuran mata kail bebas tidak ada batasan.

2.1.3 Peralatan Memancing

Menurut Wudianto (1999) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu : bagian-bagian pancing, jenis-jenis pancing, dan perlengkapan memancing yang lainnya agar kegiatan memancing dapat berjalan lancar, sehingga tujuan dan manfaat memancing dapat terpenuhi yakni selain mendapatkan hasil tangkapan ikan, juga mampu memperoleh manfaat olahraga, olahrasa maupun rekreasi.

1) Bagian-Bagian Pancing

Bagian-bagian pancing menurut Wudianto (1999) terdiri atas joran (rod), gulungan (ree), tali pancing (lines), mata pancing (hook). Joran merupakan bagian terpenting dalam sebuah alat pancing. Joran adalah tangkai pancing yang biasanya terbuat dari kayu, bambu, dan atau fiberglass. Umumnya panjang joran tidak lebih dari 4 m dan ini tergantung pada lokasi pemancingan. Tipe joran diantaranya : joran sederhana, joran sederhana dengan cincin penyalur (memarit), dan joran modern. Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam memilih joran yaitu tingkat


(40)

kelenturan joran, agar proses memancing tidak terganggu. Semakin lentur suatu joran maka akan semakin baik kualitas joran tersebut. Bagian pancing yang lain yaitu gulungan (reel) yakni tempat untuk menggulung tali agar tidak kusut dan lebih mudah penggunaannya. Alat ini digunakan pada jenis pancing yang menggunakan cincin penyalur. Bahan dasar gulungan biasanya dari kayu, bambu, plastik, dan stainless atau kuningan.

Bagian alat pancing yang lain yaitu tali pancing (lines) yang juga dikenal sebagai kenur, senar, atau nangsi. Jenis tali sintesis sebagai bahan dasar tali pancing yang biasa digunakan diantaranya yaitu :PE (polyethelene), PP (polyprophelene), dan PA (polyamide). Hal yang harus diperhatikan dalam memilih tali pancing yaitu ukuran diameter benangnya. Semakin besar ukuran tali semakin besar juga kekuatannya menahan beban ikan. Namun besarnya diameter tali pancing membuat bayangan tali didalam air semakin jelas sehingga mudah dikenali oleh ikan yang akan menjadi sasaran pancing.

Bagian alat pancing yang tak kalah penting yaitu mata pancing (hook). Terdapat dua jenis mata pancing yaitu mata pancing dengan pengait dan tanpa pengait. Mata pancing yang ada di pasaran memiliki bentuk punggung lurus yang dikenal bentuk huruf “J” dan bentuk punggung melengkung menyerupai huruf “G” dan terdiri atas banyak ukuran. Patokan penomoran mata pancing berkaitan dengan lebar celah dan diameter batang mata pancing.

2) Jenis Pancing

Wudianto (1999) mengemukakan bahwa pancing itu terdiri berbagai jenis diantaranya yaitu : pancing tegeg, pancing golong, pancing bait casting, pancing spinning, yang membedakan ketiga jenis pancing diatas yaitu kelengkapan


(41)

16

bbagian-bagian pancingnya. Pancing tegeg merupakan pancing yang paling sederhana, memiliki panjang antara 2-4 m. Tali pancing diikatkan mati pada ujung joran. Bagian ujung tali pancing diberi keratin sebagai tempat pengikatan tali pancing. Mata pancing diikatkan pada salah satu ujung tali pancing. Pancing golong dilengkapi gulungan tempat menggulung tali pancing sehingga tali pancing yang dimiliki relatif lebih panjang dari pancing tegeg dan memungkinkan jangkauan lemparan mata pancing lebih jauh.

Jenis pancing bait casting dan spinning merupakan jenis pancing modern. Pancing bait casting dilengkapi dengan casting reel (penggulung tali pelempar umpan). Casting reel mampu mengulur tali, menghambat laju tali, dan sekaligus menggulung tali pancing apabila unpan telah dimakan ikan sedangkan kelebihan jenis pancing spinning yaitu dilengkapi dengan cara penyajian umpan yang menghasilkan getaran sehingga pada saat umpan disodorkan ke hadapan ikan target tampak sebagai mangsa karena memiliki gerakan sehingga ikan terget tertarik untuk memakan umpannya. Umpan pada pancing spinning memang dibuat khusus dari bahan plastik atau logam tak berkarat (spinner). Selain itu, pancing spinning juga dilengkapi dengan penggulung (reel) tali pancing yang sumbunya dapat dikunci yang disebut beuget pelindung yang sekaligus berfungsi sebagai penyalur dan pengaman tali pancing agar tidak kusut.

3) Perlengkapan Lain

Perlengkapan lain dalam memancing menurut Wudianto (1999) diantaranya yaitu umpan, pelampung, pemberat, pengasah mata pancing dan tempat peralatan pancing. Umpan merupakan faktor penting dalam memancing ikan. Hal ini berkaitan erat dengan kebiasaan makan ikan (food and feeding habit)


(42)

ikan. Pembagian umpan terdiri atas dua yaitu umpan alami dan umpan buatan. Umpan alami adalah umpan yang murni berasal dari alam, tidak dicampur atau tercampur dengan sesama bahan alami maupun bahan buatan. Khusus umpan alami hewani, ada yang dapat digunakan dalam keadaan hidup atau mati. Contoh umpan alami yaitu : gungsir, jangkrik, kroto, cacing merah, jagung, padi, dan lain-lain sedangkan umpan buatan adalah umpan yang telah diolah manusia, baik dengan mesin (pabrik) maupun tidak umpan buatan ada yang berbentuk umpan sebenarnya atau berbentuk umpan palsu. Umpan sebenarnya yaitu umpan yang terbuat dari bahan yang dapat dicerna oleh ikan sedangkan umpan palsu adalah umpan yang dibuat menyerupai umpan sebenarnya, biasanya terbuat dari bambu, kayu, plastik, atau bahan sintesis lainnya.

Pelampung didefinisikan sebagai benda yang mampu mengapung di permukaan air, baik secara keseluruhan atau sebagian. Hal ini dikarenakan massa jenis pelampung lebih kecil dari massa jenis air. Biasanya pelampung terbuat dari bahan kayu, busa, dan karet. Bahan yang paling baik yaitu karet sintesis yang permukaannya dilapisi bahan kedap air untuk mengurangi turunnya daya apung sebuah pelampung akibat rembesan air, yang perlu diperhatikan dalam membuat atau memilih pelampung diantaranya yaitu harus kedap air dan warnanya mencolok agar mudah terlihat dari jarak jauh.

Perlengkapan memancing lainnya yaitu pemberat yang berfungsi untuk memperkokoh dan mengimbangi kedudukan pelampung di air, serta untuk mempercepat tenggelamnya umpan yang dilempar ke air dan meluruskan posisi tali pancing ke air. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih pemberat


(43)

18

diantaranya terbuat dari bahan yang mempunyai massa jenis lebih besar daripada air, contohnya timah, dipasang pada jarak 15-30 cm dari mata pancing.

Perlengkapan memancing lainnya yaitu : pengasah mata pancing yang biasanya berupa batu asah (seperti asahan pisau), gerinda, atau kikir besi. Selain pengasah mata pancing, yang perlu diperhatikan dalam memancing yaitu : tempat peralatan pancing yang biasanya berbentuk kotak yang terbuat dari kaleng atau kayu yang di dalamnya dibentuk ruang-ruang kecil untuk menyimpan peralatan cadangan secara terpisah.

2.2 Jasa

Rangkuti (2006) mendefinisikan jasa adalah pemberian suatu kinerja atau tindakan tidak kasat mata dari satu pihak kepada pihak lain. Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produk jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. (Kotler dalam Umar, 2003)

Jasa memiliki empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi desain program pemasaran (Kotler, 2005) yaitu :

1. Tidak Berwujud (Intangibility)

Berbeda dengan produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum membeli. Pembeli akan menarik kesimpulan mengenai mutu dan tempat, orang-orang, peralatan, bahan komunikasi, simbol, dan harga yang mereka lihat untuk mengurangi ketidakpastian. Oleh karena itu, tugas penyedia jasa adalah untuk “mengelola bukti tersebut” dan


(44)

“mewujudkan sesuatu yang tidak berwujud”. Pemasar jasa harus mampu mengubah jasa yang tidak berwujud menjadi manfaat yang konkret.

2. Tidak Terpisahkan (Inseparability)

Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Jika seseorang memberikan jasa, maka penyedianya adalah bagian dari jasa itu. Karena konsumen juga hadir pada saat jasa dihasilkan, interaksi penyedia-konsumen merupakan ciri khusus pemasaran jasa.

3. Bervariasi (Variability)

Jasa bervariasi bergantung pada siapa yang memberikannya, kapan, dan dimana diberikan.

4. Tidak Tahan Lama (Perishability)

Jasa tidak dapat disimpan atau mudah musnah sehingga tidak dapat dijual pada masa yang akan datang.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu lebih dijelaskan perbedaan antara fisik dan jasa. Terdapat delapan aspek mendasar yang membedakan jasa dengan barang fisik, yang menurut Lovelock dalam Umar, 2003 yaitu :

1. Produk jasa yang dikonsumsi tidak dapat dimiliki oleh konsumen 2. Produk jasa merupakan suatu kinerja yang sifatnya intangibles

3.Dalam proses produksi jasa, konsumen memiliki peran yang lebih besar untuk turut serta pengolahnya dibandingkan dengan produk barang fisik

4.Orang-orang yang terlibat dalam proses jasa berperan sedikit banyak dalam pembentukan atau mendesain jasa

5. Dalam hal operasionalisasi masukan dan keluaran, produk jasa lebih bervariasi 6. Produk jasa tertentu sulit dievaluasi oleh konsumen


(45)

20

7. Jasa tidak dapat disimpan

8. Faktor waktu dalam proses jasa dan konsumsi jasa relatif lebih diperhatikan

2.3 Pariwisata

Menurut Undang-Undang No.9/1990, pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan wisata diartikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Direktorat Jenderal Pariwisata 2005)

Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, pariwisata didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang wisata. Secara filosofis, lahirnya kegiatan pariwisata berawal dari faktor manusia dan perilakunya itu sendiri (human being). Secara periodik, manusia senantiasa membutuhkan aktifitas-aktifitas baru diluar aktifitas rutinnya yang dapat menumbuhkan kembali kesegaran dan gairah hidupnya.

2.4 Agrowisata

Agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata.


(46)

Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya4.

Sutjipta (2001) mendefinisikan, agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, peningkatan kesajahteraan masyarakat petani.

Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Deptan, 2005)

Antara ecotourism dan agritourism berpegang pada prinsip yang sama. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut (Wood 2000 dalam Pitana, 2002) : a) Menekankan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan

kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata.

b) Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu pelestarian.

c) Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab yang bekerjasama dengan unsur pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian.


(47)

22

d) Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan pelestarian, menejemen sumberdaya alam dan kawasan yang dilindungi.

e) Memberi penekanan pada kebutuhan zone pariwisata regional dan penataan serta pengelolaan tanam-tanaman untuk tujuan wisata di kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.

f) Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan dan sosial, dan program-program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata terhadap lingkungan.

g) Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara, pebisnis, dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah sekitar kawasan yang dilindungi.

h) Berusaha untuk meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak melampui batas-batas sosial dan lingkungan yang dapat diterima seperti yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk lokal.

i) Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuh-tumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan alam dan budaya.

2.5 Penelitian Terdahulu

Wahyu (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kepuasan Pengunjung Terhadap Kinerja Kebun Wisata Pasirmukti dan Implikasinya Terhadap Bauran Pemasaran, menggunakan alat analisis Importance-Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index untuk melihat tingkat kepentingan atribut-atribut kinerja pelayanan kebun wisata pasirmukti Bogor. Dari hasil IPA diperoleh atribut-atribut yang dinilai penting yaitu promosi, kemudahan mencapai


(48)

lokasi, serta sarana peribadatan. Sedangkan dari hasil CSI diperoleh bahwa secara keseluruhan konsumen merasa cukup puas terhadap kinerja atributnya yaitu mencapai 65,83%.

Andika (2007) menganalisis Tingkat Kepuasan Pengunjung Agrowisata Little Farmers Cisarua Kabupaten Bandung Utara. Penelitian ini menggunakan Metode Analisis Deskriptif, IPA dan CSI. Hasil menunjukkan bahwa konsumen merasa puas terhadap kinerja pelayanan selama ini terlihat dari nilai CSI sebesar 79,12 persen. Tujuan konsumen ke agrowisata adalah ingin berekreasi, manfaat yang diperoleh adalah tambahan pengetahuan, sumber informasi utama adalah teman/keluarga. Perusahaan perlu meningkatkan kinerja pada atribut kebersihan lokasi, pelayanan informasi.

Fahmi (2007) melakukan penelitian dengan menggunakan IPA dan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil analisis penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan atribut pisang Raja Bulu, diketahui bahwa atribut rasa merupakan atribut yang dinilai paling penting oleh para responden. Atribut yang dinilai tidak baik oleh responden adalah atribut bentuk, warna, kebersihan kulit, warna kulit buah, ketebalan kulit buah, tekstur kulit buah dan daging buah.. Berdasarkan plot data yang diperoleh dari diagram Kartesius, atribut-atribut yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki kualitasnya adalah harga, bentuk buah, warna kulit buah, kebersihan kulit buah, keseragaman buah per sisir, warna daging buah, dan tingkat kematangan.

Maharani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Mutu Pelayanan dan Mutu Produk Makanan di restoran Kedai Sunda Cipayung Bogor” menggunakan alat analisis IPA, Indeks


(49)

24

Kepuasan Pelanggan, dan Analisis Gap. Berdasarkan hasil IPA, atribut yang dianggap penting dan memuaskan pelanggan adalah kecepatan mengantarkan pesanan, kesesuaian pesanan dengan makanan yang disajikan, kebersihan peralatan makanan, ketepatan dalam proses pembayaran, dan kenyamanan restoran. Sedangkan atribut yang dinilai penting namun pelayanan belum memuaskan adalah keramahan pramusaji, kelengkapan daftar menu, dan kebersihan fasilitas toilet. Perhitungan Indeks Kepuasan Pelanggan menunjukkan bahwa pelanggan merasa puas dengan nilai 80 persen.

Penelitian mengenai “Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Wisata Mancing Fishing Valley Bogor Berdasarkan Dimensi Mutu Pelayanan” ini lebih mengetahui tingkat kepuasan konsumen pemancingan di Fishing Valley terhadap atribut dan mutu pelayanannya. Penelitian ini memiliki keunikan dari segi lokasi yaitu wisata mancing terbesar di Bogor, Fishing Valley. Selain itu, penelitian ini menggunakan alat analisis Importance Performance Analysis saja dengan dilengkapi indikator-indikator skala kuesionernya. Selain itu, atribut-atribut yang diteliti menggunakan dimensi mutu pelayanan jasa dan tidak ada atribut harga. Penelitian ini menganalisis kepuasan konsumen objek wisata kolam pemancingan yaitu wisata mancing Fishing Valley Bogor terhadap atribut mutu pelayanannya.


(50)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian, serta metode-metode atau teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun keangka pemikiran teoritis penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1.1 Dimensi Mutu Pelayanan / Kualitas Jasa

Mutu atau kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Sedangkan jasa didefinisikan sebagai setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud (intangible) dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik. Berdasarkan definisi tersebut, produk yang ditawarkan perusahaan secara umumdapat dibedakan ke dalam lima kategori yaitu : produk fisik murni, produk fisik ang disertai jasa pendukung, produk hybrid dimana porsi barang dan jasa relatif berimbang, jasa utama yang didukung oleh barang, dan jasa murni.

Menurut Zeithaml et.al., dalam Umar (2003) dimensi kualitas jasa dapat dibagi menjadi lima jenis. Dimensi pertama adalah keandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan jasa yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. Kedua adalah dimensi kesigapan (responsiveness). Dimensi ini merupakan respon atau kesigapan karyawan dalam membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, meliputi kesigapan karyawan


(51)

26

dalam melayani konsumen, kecepatan karyawan dalam menanggapi transaksi dan penanganan keluhan konsumen.

Ketiga adalah jaminan atau kepastian (assurance). Dimensi ini meliputi kemampuan karyawan atau pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam jasa yang ditawarkan dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Dimensi ini merupakan gabungan dari sub dimensi kompetensi (competence), kesopanan (courtesy), dan kredibilitas (credibility).

Dimensi selanjutnya adalah empati (empathy), yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada konsumen. Perhatian tersebut dapat berupa kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan konsumen dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan konsumen. Dimensi ini dibangun dari sub dimensi akses, komunikasi dan pemahaman pada konsumen. Terakhir adalah dimensi bentuk (tangibles), dimana dimensi ini meliputi penampilan fisik, peralatan, personel dan alat-alat komunikasi dari jasa yang ditawarkan.

3.1.2 Konsep Perilaku Konsumen Jasa

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian atau definisi perilaku konsumen menurut pendapat para ahli. John C. Mowen dan Michael Minor dalam Umar 2003 mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan,


(52)

konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. David L. Louden dan Albert J. Della Bitta dalam Umar 2003 mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa.

3.1.3 Kepuasan Konsumen

Kepuasan pelanggan tidak lepas dari kreativitas yang memungkinkan organisasi jasa menangani dan memecahkan masalah-masalah yang sedang maupun yang akan dihadapi dalam praktek bisnis yang dilakukan sehari-hari. Untuk mewujudkan dan mempertahankan kepuasan pelanggan, organisasi jasa harus melakukan empat hal (Tjiptono, 1997):

1. Mengidentifikasi siapa pelanggannya

2. Memahami tingkat harapan pelanggan atas kualitas 3. Memahami strategi kualitas pelayanan pelanggan

4. Memahami siklus pengukuran umpan balik dari kepuasan pelanggan

Engel et al., (1994) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidak puasan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan pelanggan. Sedangkan Kotler (2005) menandaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.


(53)

28

3.1.4 Pengukuran Kepuasan

Untuk perusahaan-perusahaan yang berfokus pada pelanggan, kepuasan pelanggan adalah sasaran sekaligus kepuasan pelanggan, ada enam konsep yang dapat dipakai untuk pengukuran kepuasan konsumen (Umar, 2003), yaitu:

1. Kepuasan pelanggan keseluruhan.

Caranya yaitu dengan menanyakan pelanggan mengenai tingkat kepuasan atas jasa yang bersangkutan serta menilai dan membandingkan dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan atas jasa yang mereka terima dari para pesaing.

2. Dimensi kepuasan pelanggan

Prosesnya melalui empat langkah. Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan. Kedua, meminta pelanggan menilai jasa perusahaan berdasarkan item-item spesifik seperti kecepatan layanan atau keramahan staf pelayanan terhadap pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan menilai jasa pesaing berdasarkan item-item spesifik yang sama. Keempat, meminta pelanggan menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka ada di kelompok penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruhan.

3. Konfirmasi harapan

Pada cara ini, kepuasan tidak diukur langsung, amun disimpulkan berdasarkan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual jasa yang dijual perusahaan

4. Minat pembelian ulang

Kepuasan pelanggan diukur berdasarkan apakah mereka akan mengadakan pembelian ulang atas jasa yang sama yang dia konsumsi


(54)

5. Kesediaan untuk merekomendasi

Cara ini merupakan ukuran yang penting, apalagi bagi jasa yang pembelian ulangnya relatif lama, seperti jasa pendidikan tinggi

6. Ketidakpuasan pelanggan

Dapat dikaji misalnya dalam hal komplain, biaya garansi, word of mouth yang negatif, serta defections

3.1.5 Importance Performance Analysis (IPA)

Importance Performance Analysis digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kepuasan konsumen/pelanggan. Dengan analisis ini, suatu perusahaan dapat mengetahui tingkat kepentingan menurut persepsi diukur dalam kaitannya dengan yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas.

Pengetahuan konsep ini memungkinkan perusahaan untuk dapat memahami persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya beberapa atribut dari produk atau jasa di mata konsumen. Selanjutnya, perusahaan dapat mengaitkan pentingnya variabel ini dengan kenyataan yang dirasakan oleh konsumen terhadap kinerja produk. Setelah mengetahui tingkat kepentingan dan kinerja produk yang dirasakan konsumen, perusahaan dapat menerapkan strategi agar kinerja produk perusahaan sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen (Nasution, 2001).

3.1.6 Atribut Produk

Menurut Limbong dan Sitorus (1985), atribut produk adalah mutu, penampilan, pilihan, gaya, merek, pengemasan, dan jenis produk. Engel,


(55)

30

Blackweel, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa atribut adalah karakteristik atau sifat suatu produk yang umumnya mengacu pada karakteristik yang berfungsi sebagai kriteria evaluatif selama masa pengambilan keputusan.

Menurut Sumarwan (2004) atribut suatu produk dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik suatu produk, misalnya ukuran, warna, dan bentuk. Atribut abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen. Konsumen akan mempertimbangkan atribut fisik dan atribut abstrak dalam menilai suatu produk. Pertimbangan ini sangat ditentukan oleh informasi yang tersimpan di dalam memorinya.

Atribut didefinisikan juga sebagai karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh objek (Sunarto, 2006). Selain itu, atribut dibedakan menjai dua kelas, yang pertama adalah atribut instrinsik, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat aktual produk. Sedangkan atribut yang kedua adalah atribut ekstrinsik yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk seperti nama merek, kemasan, dan label.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Tingkat persaingan objek wisata kolam pemancingan di Bogor semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan semakin bermunculan kolam-kolam pemancingan baru di beberapa daerah. Salah satu kolam pemancingan yang terkenal di Bogor adalah kolam pemancingan Djamhur Mas, Mahoni, Lagena, dan Fishing Valley. Hal tersebut meningkatkan stimulus bagi para pengusaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan kolam pemancingan masing-masing untuk meraih pelanggan.


(56)

Kepuasan konsumen merupakan prioritas utama setiap kolam pemancingan. Hal ini bertujuan agar perusahaan tidak kehilangan pelanggan setia ke kolam pemancingan mereka.

Wisata mancing Fishing Valley Bogor merupakan wisata mancing terbesar di Bogor yang menawarkan beragam pelayanan meliputi kolam pemancingan, restoran, outbond, horse ridding, dan wahana permainan air seperti bom-bom boat untuk anak-anak. Tempat wisata ini sangat cocok untuk mereka yang hobi memancing, sekedar melepaskan kepenatan dari rutinitas kegiatan sehari-hari, dan refreshing keluarga. Jumlah pengunjung yang tidak dapat diketahui jumlah pastinya akibat system administrasi yang belum baik, serta terdapat beberapa keluhan-keluhan dari konsumen ke pihak pengelola menjadi kendala yang dihadapi Fishing Valley Bogor. Keluhan-keluhan konsumen tersebut sering diutarakan melalui kotak saran konsumen yang tersedia di restoran wisata mancing Fishing Valley Bogor maupun langsung diutarakan ke karyawan maupun pihak pengelola. Selain itu, untuk mengatasi ketidakpuasan konsumen, maka dalam jangka panjang manajemen akan mendirikan beberapa fasilitas tambahan seperti kolam renang, penganekaragaman wahana alam, dan sarana bermain anak. Berdasarkan kondisi yang diuraikan diatas, maka penting sekali untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan konsumen wisata mancing Fishing Valley Bogor. Peningkatan kepuasan konsumen dilakukan dengan melakukan penilaian konsumen menggunakan alat analisis IPA. Hal tersebut untuk mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen.


(57)

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional 32

· Prospek sektor perikanan yang cerah

· Persaingan Pemancingan Sejenis Tinggi

· Sistem administrasi yang belum baik

· Jumlah pengunjung yang sulit diketahui dengan pasti

· Keluhan konsumen terhadap pelayanan karyawan yang sering

Atribut dan mutu pelayanan wisata mancing Fishing Valley

Penilaian konsumen

Tingkat kepentingan atribut

Tingkat kinerja atribut

Importance Performance Analysis (IPA)

Kepuasan Konsumen Fishing Valley

Dimensi mutu pelayanan :

- Reliability - Responsiveness - Assurance - Empathy - Tangible Meningkatkan kepuasan

konsumen Fishing Valley

Karakteristik konsumen : usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pengeluaran rata-rata per

bulan

Analisis Deskriptif

Fasilitas-fasilitas tambahan: kolam renang, penganekaragaman wahana

alam, sarana bermain anak

Analisis Varian Ranking Dua Arah Friedman


(1)

42 2 2 2

43 2 2 2

44 1.5 3 1.5

45 2.5 2.5 1

46 1 2.5 2.5

47 3 1.5 1.5

48 2 2 2

49 3 1 2

50 3 1.5 1.5

51 1 2.5 2.5

52 1.5 3 1.5

53 3 1 2

54 1 2.5 2.5

55 2 1 3

56 1 2.5 2.5

57 1 2.5 2.5

58 1 2.5 2.5

59 1 2.5 2.5

60 1 2.5 2.5

61 1 2.5 2.5

62 1 2.5 2.5

63 2 1 3

64 2.5 2.5 1

65 2.5 2.5 1

66 2.5 2.5 1

67 2 2 2

68 2.5 1 2.5

69 3 1.5 1.5

70 2.5 1 2.5

71 2.5 1 2.5

72 3 1 2

73 1.5 3 1.5

74 2 2 2

75 2.5 1 2.5

76 2 2 2

77 1 2.5 2.5

78 1.5 1.5 3

79 1 3 2

80 1.5 3 1.5

81 2.5 2.5 1

82 1 2 3

83 1 2 3

84 1 2 3

85 2.5 1 2.5

86 1 3 2


(2)

88 1.5 3 1.5

89 2 2 2

90 2 2 2

91 2 2 2

92 2 2 2

93 1 2.5 2.5

94 1 2.5 2.5

95 2.5 1 2.5

96 2 2 2

97 2 2 2

98 2 1 3

99 2 2 2

100 2 2 2

Total


(3)

Ho : setiap fasilitas tambahan memiliki peringkat yang sama sehingga tidak memiliki perbedaan tingkat keperluan

H1 : setiap fasilitas tambahan memiliki peringkat yang berbeda sehingga memiliki perbedaan tingkat keperluan

Jika nilai X2 hit >X2 tabel maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah tolak Ho.

X2 hit =

(

)

3 ( 1)

) 1 (

12 2 - +

þ ý ü î í ì

+

å

Rj n k

k nk

=

(

191 196 213

)

3(100)(3 1) ) 1 3 )( 3 ( 100

12 2+ 2+ 2 - +

þ ý ü î í ì + = - 9,01

keterangan :

X2 hit = nilai dari hasil uji Friedman n = jumlah responden

k = jumlah variabel yang akan diuji (atribut tambahan) Rj = jumlah ranking tiap variabel

Dari Tabel Chi-Square diperoleh nilai x2 Tabel (α,df)

α = eror = 0,05

df = derajat kebebasan = k-1 = 3-1 =2 X2 Tabel (0,05; 2) = 5,991

Sehingga diperoleh nilai X2 hitung < X2 Tabel, maka Terima Ho, artinya semua fasilitas tambahan tersebut memiliki peringkat kepentingan yang sama untuk dibangun.


(4)

Lampiran 4

Arena Bermain Anak

Kolam Galatama Fishing Valley Bogor

Gapura Fishing Valley Bogor


(5)

Kolam Pemancingan Fishing Valley Bogor

Bagian DepanWisata Mancing Fishing Valley Bogor


(6)

Lampiran 5

1. Penghitungan Total Nilai Tingkat Kepentingan : Contoh sistem pemancingan yang ditawarkan

(

) (

) (

) (

) (

)

{

frek.stpgx1 frek.tpgx2 frek.cpgx3 frek.pgx4 frek.spgx5

}

aian

TotalPenil = + + + +

= {(2x1)+(1x2)+(18x3)+(48x4)+(31x5)} = 405

Keterangan :

stpg = Sangat Tidak Penting pg = Penting

tpg = Tidak Penting spg = Sangat Penting cpg = Cukup Penting

2. Penghitungan Total Nilai Tingkat Kinerja : Contoh sistem pemancingan yang ditawarkan

(

) (

) (

) (

) (

)

{

frek.stpsx1 frek.tpsx2 frek.cpsx3 frek.psx4 frek.spsx5

}

aian

TotalPenil = + + + +

= {(1x1)+(1x2)+(8x3)+(23x4)+(67x5)} = 454

Keterangan :

stps = Sangat Tidak Puas ps = Puas

tps = Tidak Puas sps = Sangat Puas