d Organisasi, yakni pengembangaan diri dari nilai ke dalam suatu sistem dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk ke dalam organisasi adalah konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.
e Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan
karakteristiknya.
40
Sehubungan dengan tujuan penilaiannya ini maka yang menjadi sasaran penilaian kawasan afektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya.
Pertanyaan afektif tidak menuntut jawaban benar atau salah, tetapi jawaban yang khusus tentang dirinya mengenai minat, sikap dan internalisasi nilai.
3. Pengukuran Ranah Psikomotor Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar
yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Hasil
belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan skiil atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Simpson 1956 menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar
psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah ssiswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai
dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.
41
Proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe belajar hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang
afektif dan psikomotoris. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan psikomotoris diabaikan sehingga tak perlu lagi diberikan penilaian. Tipe hasil
belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan
40
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990, h 30
41
Ahmad Sofyan, et all, op. cit, h. 23
bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu secara garis besarnya berasal dari faktor internal diri siswa sendiri dan eksternal dari luar
siswa sendiri. Adapun faktor yang datang dari diri sendiri bisa diakibatkan oleh kemampuan dan keinginan yang kurang atau boleh dibilang mempunyai IQ
yang pas-pasan sehingga dapat menyebabkan penurunan dalam belajarnya. Sedangkan faktor yang dari luar diri siswa yaitu bisa disebabkan oleh keadaan
keluarganya ataupun lingkungannya yang kurang mendukung dalam proses belajarnya.
4. BUNYI
Bunyi termasuk salah satu jenis gelombang yang dapat dirasakan oleh indra pendengaran. Benda yang bergetar menimbulkan bunyi. Benda tersebut dinamakan
sumber bunyi. Sumber bunyi yang bergetar akan menggetarkan molekul-molekul udara yang ada disekitarnya. Selanjutnya, molekul-molekul udara yang bergetar
akan menjalarkan getarannya ke molekul-molekul udara di dekatnya. Demikian seterusnya, sampai molekul-molekul udara yang ada di sekitar telinga kita ikut
bergetar sehingga kita dapat mendengar bunyi. Bunyi memiliki cepat rambat yang bergantung pada mediumnya. Makin
tinggi suhu suatu medium,pada umumnya makin besar cepat rambat bunyi pada medium tersebut. Hal ini dikarenakan makin tinggi suhu, makin cepat getaran
partikel-partikel dalam medium tersebut. Akibatnya proses perpindahan makin cepat. Selain itu, makin keras medium umumnya makin besar cepat rambat bunyi
dalam medium tersebut.penyebabnya adalah makin kera medium maka makin kuat gaya kohesi antar partikel.
Bunyi yang ditimbulkan oleh benda bergetar akan mengeluarkan bunyi pada frekuensi tertentu. Bunyi yang kita dengar umumnya gabungan dari berbagai
macam frekuensi. Frekuensi yang dihasilkan oleh sumber bunyi berlainan. Ada
sumber bunyi yang menghasilkan frekuensi yang tinggi juga ada yang menghasilkan frekuensi yang rendah.
Telinga manusia normal umumnya hanya dapat mendengar bunyi dengan frekuensi antara 20 Hz sampai 20.000 Hz. Bunyi yang berada dalam daerah
jangkauan tersebut disebut bunyi audiosonik. Selain itu ada jenis bunyi infrasonik yaitu bunyi dengan jangkauan frekuensi dibawah 20 Hz. Bunyi infrasonik banyak
dihasilkan oleh benda-benda yang berukuran besar seperti gempa bumi. Bunyi yang frekuensinya diatas 20.000 Hz dinamakan bunyi ultrasonik. Bunyi jenis ini dapat di
dengar oleh hewan contohnya kelelawar. Untuk frekuensi yang sama, ada bunyi yang terdengar keras dan ada yang
terdengar lemah. Kuat dan lemahnya bunyi ini bergantuk pada amlitudo atau simpangan gelombang. Makin besar amplitude bunyi maka makin kuat bunyi
tersebut. Gelombang bunyi dapat mengalami pemantulan yaitu gema dan gaung.
Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli sedangkan gaung adalah bunyi pantulan yang sebagian terdengar bersamaan dengan bunyi asli
sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Kana Hidayah Sadono dalam hasil penelitiannya yang berjudul “Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Dengan Pendekatan Contextual Teaching
And Learning Ctl Pada Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Statistik Dan Statistika Di Sma Muhammadiyah I Yogyakarta
” dalam jurnal penelitian BAPEDA kota Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran Matematika
SMA pokok bahasan Statistik dan Statistika berdasarkan KBK dengan pendekatan CTL lebih efektif dari segi waktu maupun ketercapaian kompetensi siswa, bermakna, dan
disukai para siswa. Dari hasil belajar yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan antar siklus untuk aspek kognitif sebesar 3,29 dan aspek afektif sebesar 2,22 untuk
kriteria A baik yang disertai penurunan sebesar 2,22 untuk kriteria B cukup. Sedangkan pada aspek psikomotorik, terjadi penurunan sebesar 2,23 untuk kriteria A
baik dengan disertai kenaikan sebesar 2,23 untuk kriteria B cukup. Selain itu, khusus aspek kognitif, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya menunjukkan kenaikan rata-rata
nilai sebesar 14,73 dibandingkan tahun pelajaran 20022003 dan sebesar 10,68 dibandingkan tahun pelajaran 20032004. Pada pembelajaran ini siswa sangat berminat,
sifat individual dan sosial seimbang, kreativitas siswa tersalurkan dengan baik, guru dan siswa sama-sama aktif dan kreatif, dan lebih bermakna. Respons siswa sangat positif dan
mengharapkan digunakannya model ini untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya.
42
Ika Nurul Fattakhul Janah dalam penelitiannya yang berjudul “ upaya meningkatkan hasil belajar fisika materi pokok kalor denga pendekatan CTL Cintekstual Teaching and
Learning pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tulis tahun pelajaran 20052006”.
Mahasiswi jurusan fisika Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian ini diperoleh pada siklus I rata-rata niLai tes siswa 66,88 dan ketuntasan belajar klasikal 85, siklus II nilai
rata-rata siswa76,88 dengan ketintasan klasikal 90. Hasil belajar efektif siswa pada siklus I secara klasikal mencapai ketuntasan 97,5, pada siklus II seluruh siswa telah mencapai
ketuntasan dan dinyatakan tuntas 100. Hasil elajar psikomotorik pada siklus I siswa secara klasikal mencapai ketuntasan 72,5. Pada siklis II 77,5. Hasil analisis kuasioner
siswa rerata skor kelas pada siklus I sebesar 37,98, tergolong positiftinggi dan pada siklus II, rerata skor kelas sebesar 38,33, tergolong sangat positifsangat tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi pokok kalor pada kelas VIII E SMPN I
Tulis.
43
Penelitian Farida 2009 yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Hasil Belajar pada Konsep Pencemaran Lingkungan Bernuansa Nilai” hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa rata-rata posttest kelas eksperimen adalah sebesar 75,12 dan kelas kontrol adalah 60,05 serta hasil uji t diperoleh t
hit
5,43 dan t
tab
sebesar 1,91, maka dapat
42
Kana Hidayah Sadono, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Dengan Pendekatan Contextual
Teaching And Learning Ctl Pada Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Statistik Dan Statistika Di Sma Muhammadiyah I Yogyakarta.jurnal penelitian BAPEDA kota Yogyakarta
43
Fattkhul jannah,upaya peningkatan hasil belajar fisika materi pokok kalor dengan pendekatan Contekstual teaching and Learning pada siswa kelas VII SMP Negri 1 tulis, skripsi UNS, Semarang, 2006
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil biologi siswa yang diajar dengan CTL dengan siswa yang diajar dengan konvensional.
44
Penelitian Rahmawati 2009 yang berjudul “ Efektifitas Pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Konsep Pengelolaan Lingkungan Terintegrasi Nilai. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar kelas eksperimen sebesar 57 dan kelas
control sebesar 45. Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, hal ini menunjukkan kelas eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan kelas
kontrol. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan uji-t yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan.
45
Bettye P. Smith dalam jurnal penelitiannya yang berhudul “contextual teaching and learning practices in the family and consumer sciences curriculum
”. Penelitian yang dilakukan melalui survey pada guru di Georgia .Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa pembelajaran kontekstual dan praktek belajar berlangsung secara teratur . hal ini terutama terjadi pada siswa yang terlibat aktif dalam praktek-
praktek, pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupa nyata, dan belajar satu sama lain.
46
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting, karena dengan pendidikan manusia bisa mendapat ilmu pengetahuan, mendapatkan tata cara bersosialisasi
sehingga ia dapat mempelajari misteri-misteri yang terjadi di alam dan meningkatkan kualitas hidupnya sejajar dengan manusia lainnya di dunia.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
44
Ida Farida, Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Hasil Belajar pada Konsep Pencemaran Lingkungan Bernuansa Nilai, Skripsi UIN Jakarta, 2009
45
Lina Rahmawati, Efektifitas Pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Pengelolaan Lingkungan Terintegrasi Nilai,
Skripsi UIN Jakarta, 2009
46
Bettye P. Smith “contextual teaching and learning practices in the family and consumer sciences curriculum
”. Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 24, No. 1, SpringSummer, 2006