RKPD Kota Semarang Tahun 2016 III.1
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
KOTA SEMARANG TAHUN 2016
Kondisi perekonomian Kota Semarang serta proyeksi perekonomian tahun 2016 dapat digambarkan melalui rancangan Kerangka Ekonomi Daerah yang juga
penjelasan atas analisis statistik perekonomian daerah. Guna memperoleh gambaran kerangka ekonomi daerah tersebut, maka
disusun berbagai kebijakan untuk menghadapi tantangan dan penyelesaian masalah agar arah pembangunan daerah dapat dicapai sesuai dengan berbagai
kebijakan yang akan ditetapkan. Pada sisi lain, perkiraan sumber-sumber pendapatan dan besaran pendapatan dari sektor-sektor potensial merupakan dasar
kebijakan anggaran untuk mengalokasikan perencanaan anggaran berbasis kinerja secara efektif dan efisien.
3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH
Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan
pekerjaan, pembagian pendapatan masyarakat``
yang merata, meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah, serta mengusahakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder atau
tersier. Dan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi tersebut mutlak diperlukan perencanaan, pengendalian dan evaluasi yang tepat, agar pembangunan yang
dilaksanakan bisa tepat waktu dan tepat sasaran sehingga dapat memaksimalkan sumber-sumber pendapatan dan besaran pendapatan dari sektor-sektor potensial
yang merupakan dasar kebijakan anggaran untuk mengalokasikan secara efektif dan efisien dengan perencanaan anggaran berbasis kinerja.
Sejalan dengan kebijakan nasional dan provinsi, maka kebijakan ekonomi tahun 2016 diarahkan untuk meningkatkan investasi daerah, percepatan
pembangunan sararana
dan prasarana,
mengurangi kemiskinan
dan pengangguran, memperkuat perekonomian masyarakat dan keberlanjutan
pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka pencapaian kerangka ekonomi makro yang diinginkan Pemerintah Kota Semarang akan selalu meningkatkan peranan dan
partisipasi aktif masyarakat dan swasta dalam kegiatan pembangunan.
3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015
Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dengan kondisi perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian global. Ada
beberapa faktor-faktor perekonomian yang tidak dapat dikendalikan oleh daerah seperti hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah pusat terkait sektor
moneter maupun sektor rill. Pengaruh perekonomian global seperti naik turunnya harga minyak dunia, nilai tukar mata uang asing serta kondisi ekonomi dunia
secara umum sangat berdampak pada perekonomian di daerah.
Pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang pada tahun 2014 mengalami
penurunan sebagai dampak kebijakan pemerintah pusat yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap perekonomian di daerah. Pelaksanaan
Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden, kenaikan tarif dasar listrik TDL serta
RKPD Kota Semarang Tahun 2016 III.2
kebijkan pemerintah pusat pada triwulan IV tahun 2014 terkait pencabutan subsidi BBM serta pelemahan rupiah terhadap dolar sangat berdampak terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang.
Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Th. 2011-2015
Tahun LPE
2011 6,41
2012 6,42
2013 6,20
2014 5,64
2015 6,00
Sumber: BPS, 2014 data diolah Bappeda Angka sangat sementara
Laju Pertumbuhan Ekonomi LPE Kota Semarang di tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 5,64 walaupun jika dibandingkan dengan tahun 2014 laju
pertumbuhan ekonomi tersebut mengalami penurunan. Sedangkan di tahun 2015 kondisi ekonomi akan lebih baik seiring dengan implementasi program-program dari
pemerintahan baru. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang di tahun 2015 ditargetkan akan dapat mencapai 6,34, sejalan dengan target pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jawa Tengah 6
– 6,5 dan di atas target Nasional 5,7. Terbakarnya Pasar Johar pada pertengahan bulan Mei 2015 diharapkan tidak akan
terlalu berdampak terhadap capaian target pertumbuhan ekonomi Kota Semarang di tahun 2015.
Struktur perekonomian daerah Kota Semarang pada tahun 2014, masih didominasi oleh beberapa sektor basis yang menjadi potensi daerah. Kontribusi
masing-masing sektor pada PDRB tahun 2014 berdasarkan atas harga konstan tahun
2000 didominasi
oleh sektor
perdagangan dan
jasa sebesar
Rp. 8.493.990,02 juta atau sebesar 31,29, sektor industri pengolahan sebesar Rp. 7.198.099,93
juta atau
sebesar 26,52,
sektor bangunan
sebesar Rp. 4.231.180,00 juta atau sebesar 15,59, sektor jasa lainya sebesar
Rp. 3.251.913,72 juta atau sebesar 12,01 dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 2.603.499,42 milyar atau sebesar 9,60. Sedangkan
kontribusi sektor lainnya yang meliputi sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Listrik gas, dan air bersih, pertanian, dan pertambangan dan
penggalian hanya dibawah 2,5.
Tabel 3.2. PDRB Kota Semarang Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-2014
Lapangan Usaha 2011
2012 2013
2014 Jutaan
Rupiah Jutaan
Rupiah Jutaan
Rupiah Jutaan
Rupiah
1. Primer a. Pertanian
b. Pertambangan
278.471,92 245.321,84
33.150,07 1,23
1,08 0,15
280.449,15 246.649,51
33.799,64 1,16
1,02 0,14
284.173,28 249.951,28
34.222,00 1,11
0,97 0,13
288.162,21 253.428,27
34.733,94 1,06
0,93 0,13
2. Sekunder a. Industri
b. Listrik Gas dan Air c. Bangunan
9.866.494,83 6.047.907,66
284.108,72 3.534.478,44
43,40 26,60
1,25 15,55
10.474.856,83 6.432.298,02
294.792,96 3.747.765,85
43,29 26,58
1,22 14,49
11.144.977,44 6.842.639,52
315.936,70 3.986.401,22
43,37 26,63
1,23 15,51
11.756.644,15 7.198.099,93
327.364,22 4.231.180,00
43,31 26,52
1,21 15,59
3. Tersier a. Perdagangan
b. Pengangkutan c. Lembaga
Keuangan
12.591.169,44 7.025.525,44
2.191.791,44 615.605,88
55,38 30,90
9,64 2,71
13.441.181,79 7.522.659,90
2.314.801,61 661.403,13
55,55 31,09
9,57 2,73
14.268.187,66 8.009.736,68
2.462.018,54 710.793,64
55,52 31,17
9,58 2,77
15.100.727,39 8.493.990,02
2.603.499,42 751.324,23
55,63 31,29
9,59 2,77
RKPD Kota Semarang Tahun 2016 III.3
Lapangan Usaha 2011
2012 2013
2014 Jutaan
Rupiah Jutaan
Rupiah Jutaan
Rupiah Jutaan
Rupiah
d. Jasa-jasa 2.758.246,72
12,13 2.942.317,15
12,16 3.085.638,80
12,01 3.251.913,72
12,01 PDRB
22.736.136,19 24.196.487,77
25.697.338,39 27.145.533,75
Sumber: BPS, 2014 data diolah Bappeda, angka sangat sementara
Dari tabel tersebut diatas, sektor tersier masih merupakan sektor basis perekonomian Kota Semarang di tahun 2014 yang sebesar 55,63 atau mengalami
kenaikan sebesar 0,11 dibanding tahun 2013 yang tercatat sebesar 55,52. Sektor basis kedua pada PDRB Kota Semarang tahun 2014 berasal dari sektor
sekunder yang sebesar 43,31 atau mengalami penurunan sebesar 0,06 dibanding 2013 yang tercatat sebesar 43,37. Sedangkan sektor primer pada tahun
2014 sebesar 1,06 atau mengalami peningkatan sebesar 0,05 dibanding tahun 2013 yang tercatat sebesar 1,11. Berdasarkan data tersebut terlihat indikasi
semakin menguatnya sektor tersier sebagai pembentuk perekonomian Kota Semarang di tahun 2014.
Pertumbuhan ekonomi yang positif secara langsung akan berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat, hal tersebut dapat dilihat dari Pendapatan
Perkapita masyarakat.
Tabel 3.3. Pendapatan Perkapita Kota Semarang
Tahun 2011 – 2015
Tahun Perkapita RP.
Pendapatan Perkapita
Perkembangan
2011 26.400.736,96
9,74 2012
29.121.597,03 10,31
2013 32.136.359,30
10,35 2014
35.466.967,34 10,36
2015 39.173.342,40
10,45
Sumber: BPS, 2014 data diolah Bappeda, angka sangat sementara
Pendapatan parkapita masyarakat kota Semarang pada tahun 2014 sebesar Rp. 35.466.967,34 atau mengalami peningkatan sebesar 10,36, hal tersebut
menunjukan tingkat pendapatan rata-rata masyarakat kota Semarang. Namun dari sisi pemeratan Pendapatan, PDRB perkapita belum mencerminkan tingkat
pendapatan rill di masyarakat. Sedangkan pada tahun 2015 pendapatan per kapita Kota Semarang diproyeksikan sebesar Rp. 39.173.342,40 dengan pertumbuhan
sebesar 10,45.
Ketimpangan pendapatan masyarakat dapat dilihat dari angka Gini rasio, Angka Gini rasio Kota Semarang pada tahun 2014 sebesar 0,3665 atau mengalami
peningkatan dibanding tahun 2013 yang tercatat sebesar 0,3514. Proyeksi Pendapatan perkapita masyarakat tahun 2015 sebesar Rp. 39.173,342,40 dengan
angka gini rasio sebesar 0,4075. Dengan skala 0 sampai dengan 1, semakin besar angka gini rasio menunjukkan semakin besarnya ketimpangan pendapatan
masyarakat. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil angka gini rasio maka semakin meratanya pendapatan masyarakat. Semakin meningkatknya angka gini
rasio tersebut harus menjadi fokus perhatian pemerintah dalam merumuskan kebijakan perekonomian di Kota Semarang, terutama pada program-program yang
menyasar kepada penduduk miskin.
RKPD Kota Semarang Tahun 2016 III.4
Tabel 3.4 Inflasi Kota Semarang Tahun 2011-2015
Tahun Inflasi
2011 2,87
2012 4,85
2013 8,19
2014 8,53
2015 5-5,5
Sumber: BPS, 2014 data diolah Bappeda, angka sangat sementara
Tekanan inflasi di tahun 2014 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 yang antara lain dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah pusat kenaikan Tarif
Dasar Listrik, Bahan Bakar Minyak dan gas elpiji 12 kilogram serta penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah. Nilai inflasi Kota Semarang di tahun
2014 tercatat sebesar 8,53, meningkat dibanding inflasi di tahun 2013 yang sebesar 8,19. Angka inflasi ini lebih tinggi daripada inflasi Provinsi Jawa Tengah
8,22 dan nasional 8,36. Selama tahun 2014, kenaikan inflasi tertinggi di Kota Semarang terjadi di bulan November dan Desember sebagai dampak langsung
kenaikan BBM di bulan November dan TDL yang naik berturut-turut di akhir tahun 2014. Komoditi utama penyumbang inflasi di tahun 2014 antara lain cabai merah,
bahan bakar rumah tangga, beras, tukang bukan mandor, telur ayam ras, daging ayam ras dan tarif listrik.
Kondisi perekonomian kota Semarang dapat dilihat dari kondisi kesejahreraan sosial masyarakat yakni Indeks Pembangunan Manusia IPM,
jumlah penduduk miskin dan tingkat pengangguran.
Tabel 3.5 IPM, Penduduk Miskin dan Tingkat Pengangguran Kota Semarang
Tahun 2011-2015
Tahun IPM
Penduduk Miskin BPS
Pengangguran
2011 77,42
5,68 6,92
2012 77,98
5,13 5,82
2013 78,54
5,13 5,96
2014 78,95
5,16 2015
79,33 4,40
Sumber: BPS, 2014 data diolah Bappeda, angka sementara proyeksi
Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indikator keberhasilan pemerintah dalam pembangunan manusia. Capaian IPM Kota Semarang terus
menunjukkan peningkatan nilai dari tahun ke tahun, hal tersebut menunjukkan keberhasilan Pemerintah Kota Semarang dalam melaksanakan program
pembangunan kesejahteraan sosial. Di tahun 2014 nilai IPM sebesar 78,95. Perbaikan kondisi ekonomi dan program-program dari Pemerintah Kota Semarang
yang terkait dengan pembangunan mnusia di diharapkan dapat meningkatkan indek pembangunan manusia, diharapkan pada tahun 2015 IPM dapat meningkat
menjadi sebesar 79,33.
RKPD Kota Semarang Tahun 2016 III.5
Jumlah penduduk miskin, Jika berdasarkan indikator dan kriteria dari BPS, penduduk miskin di Kota Semarang di tahun 2012 hanya sebesar 5,13.
Prosentase ini merupakan yang terendah di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan jika berdasar kepada indikator dan kriteria dari Pemerintah Kota Semarang, jumlah
warga miskin di tahun 2013 mencapai 373.978 jiwa atau mencapai 21,49 . Prosentase warga miskin ini menurun dari pendataan warga miskin di tahun 2011
yang sebesar 26,44, atau terdapat penurunan 4,95 dalam kurun waktu 2011 hingga 2013. Di tahun 2015, angka kemiskinan ditargetkan akan dapat terus
diturunkan seiring dengan perbaikan kondisi makro perekonomian dan program- program dari Pemerintah Kota Semarang.
Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Kota Semarang secara umum
menunjukkan penurunan. Pada tahun 2014 nilai TPT sebesar 5,16 , sedang pada tahun 2015 diproyeksikan sebesar 4,40. Upaya yang dilakukan pemerintah Kota
Semarang melalui program-program pembangunan diharapkan dapat berdampak langsung terhadap pengurangan angka pengangguran.
3.1.2.
Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016
Kondisi perekonomi daerah sangat dipengaruhi oleh perekonomian nasional yang masih akan dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu pengelolaan arus modal
capital inflow dan nilai tukar exchange rate dimana harga-harga komoditas cenderung mengalami kenaikan. Melihat perkemangan perekonomian Kota
Semarang tahun 2014 dan proyeksi perekonomian tahun 2015, maka perekonomian Kota Semarang tahun 2016 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif.
Berdasarkan kondisi dan perkembangan perekonomian kota Semarang serta mempertimbangkan kondisi lingkungan internal dan eksternal, maka tantangan
dan prospek perekonomian daerah yang dihadapi pada tahun 2016 antara lain : - Kondisi perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian
nasional maupun perekonomian global khususnya terkait kebijakan pemerintah khususnya Tarif Dasar Listrik TDL dan Bahan Bakar Minyak BBM. Jika terjadi
perubahan terhadap kebijakan tersebut, maka akan menganggu distribusi barang dan jasa yang dapat berdampak pada peningkatan inflasi.
- Kondisi infrastruktur yang masih buruk di beberapa lokasi serta potensi gangguan bencana yang berpotensi mengganggu distribusi barang dan jasa.
Perbaikan infrastruktur Kota Semarang yang telah, sedang dan akan dikerjakan diharapkan akan dapat mendukung peningkatan perekonomian lokal, provinsi
dan nasional mengingat posisi strategis Kota Semarang dalam konstelasi ekonomi nasional dan regional.
- Adanya bonus demografi, yaitu menurunnya angka ketergantungan yang ditunjukkan dengan peningkatan penduduk usia produktif dibandingkan dengan
penduduk usia non produktif. Hal ini merupakan keuntungan sekaligus tantangan
untuk memanfaatkan
bonus demografi
bagi peningkatan
perekonomian Kota Semarang secara umum. - Potensi gangguan keamanan terkait dengan pelaksanaan Pemilihan Walikota dan
Wakil Walikota di bulan Desember 2015 harus diwaspadai dan perlu ada peningkatan upaya untuk menjamin keamanan dan ketertiban di Kota Semarang
tetap terjaga. Di sisi lain, peningkatan belanja konsumsi yang biasanya terjadi selama proses pemilihan umum biasanya akan berdampak mendorong
peningkatan perekonomian.
Selain tantangan, beberapa hal yang diharapkan akan mendukung prospek perekonomian Kota Semarang di tahun 2016 antara lain:
RKPD Kota Semarang Tahun 2016 III.6
-
Posisi Kota Semarang yang sangat strategis, sebagai ibu kota provinsi, pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa, pusat pendidikan dan fasilitas
lainnya sangat berpotensi terhadap kondisi perekonomian di daerah.
-
Dukungan infratrukur kota, keberadaan Bandara A. Yani, Terminal bis dan Stasiun KA merupakan faktor strategis sebagai daya dukung perekonomian di
daerah.
-
Peluang penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA bagi peningkatan investasi di Kota Semarang.
Dengan memperhatikan tantangan dan daya dukung yang ada di Kota Semarang serta arah kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2016 maka prospek perekonomian Daerah Kota Semarang adalah sebagai berikut :
- Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang Tahun 2016 diprediksi akan mengalami pertumbuhan sebesar 6,5. Angka ini masih searah dengan target pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jawa Tengah 4,5 ± 1 dan sedikit lebih rendah daripada target pertumbuhan ekonomi nasional 6,6. Sedangkan laju inflasi Kota Semarang
pada tahun 2016 diperkirakan akan berada pada nilai 5,3 . Nilai tersebut sedikit di atas prediksi inflasi di tingkat Provinsi 4,5 ± 1 dan nasional 4.
- Dengan laju pertumbuhan ekonomi yang masih dapat tumbuh meskipun mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya, diharapkan akan
ikut berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan. Pada tahun 2016, tingkat kemiskinan berdasarkan kriteria dari Pemerintah Kota Semarang
diharapkan akan menurun menjadi 19.
- Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Kota Semarang di tahun 2016 diprediksikan akan berada di kisaran 3,5
– 4 melalui upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja pada sektor-sektor yang mempunyai nilai tambah dan produktifitas tinggi.
3.2. ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH