Angka Kriminalitas Indeks Pembangunan Manusia

RKPD Kota Semarang Tahun 2016 II.14 No Tahun Kota Semarang Prov Jateng Versi Bappeda Versi BPS Versi BPS Jiwa Jiwa Jiwa 4 2014 373.978 21,49 n-a n-a 4,836 juta 14,46 Sumber : - Keputusan Walikota Semarang Nomor 050716 Tentang Penetapan Warga Miskin Kota Semarang Tahun 2013 - Jateng.bps.go.id Versi BPS prov. Jateng update September 2012 data update per bulan Maret dan September Data tahun lalu Pemerintah Kota Semarang memperhitungkan rasio kemiskinan di Kota Semarang didasarkan pada identifikasi dan verifikasi warga miskin yang dilakukan setiap 2 tahun sekali dan akan dituangkan kedalam Keputusan Walikota. Untuk tahun 2013 sesuai dengan Keputusan Walikota Semarang Nomor 050716 Tentang Penetapan Warga Miskin Kota Semarang Tahun 2013 jumlah warga miskin mencapai 373.978 jiwa atau mencapai 21,49 . Sedangkan untuk data warga miskin tahun 2014 masih menggunakan data tahun lalu dan akan dilakukan identifikasi dan verifikasi ulang di tahun 2015. Meski secara statistik angka ini mengalami penurunan cukup signifikan dari tahun sebelumnya namun masih diperlukan usaha yang cukup keras bagi Pemerintah Kota Semarang untuk mencapai target indikator yang tertuang dalam dokumen RPJMD 2010-2015. Sebagai bahan pertimbangan, berdasarkan data versi BPS Prov. Jateng, data rilis September 2012 rasio penduduk miskin Kota Semarang hanya menyentuh angka 5,13 dan bahkan jauh lebih rendah bila dibandingkan angka kemiskinan Jawa Tengah yang mencapai rasio 14,46 atau 4.836 juta jiwa per bulan Maret tahun 2014.

f. Angka Kriminalitas

Dinamika perkembangan Kota Semarang yang pesat dengan kemajemukan masyarakat akan berdampak pada perubahan sosial di masyarakat. Disisi lain peningkatan jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan ketersediaan fasilitas akan berdampak negatif seperti semakin bertambahnya tingkat pengangguran, bertambahnya angka kemiskinan, akan memicu meningkatnya angka kriminalitas. Selama tahun 2013, jumlah kasus tindak pidana di Kota Semarang yang terjadi di wilayah hukum Polrestabes Kota Semarang adalah sejumlah 2.682 kejadian, menurun dibandingkan kasus di tahun 2012 yang sebanyak 3.200 kejadian. Dari jumlah kejadian tindak pidana tersebut, yang paling menonjol di tahun 2013 adalah kejadian Curanmor 566 kejadian dan pebipuan 504 kejadian.

2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial meliputi pembangunan yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat antara lain pendidikan, kesehatan dan pemenuhan kebutuhan dasar sosial masyarakat lainnya. Kondisi pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial sampai dengan tahun 2013 pada masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

a. Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan indeks yang menunjukkan aspek-aspek peluang hidup panjang dan sehat, mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, serta hidup layak. Indikator ini meruapakan kemudahan dalam aspek sosial, budaya dan aspek ekonomi. RKPD Kota Semarang Tahun 2016 II.15 Tabel 2.11 IPM Kota Semarang Tahun 2011-2014 No Uraian 2011 2012 2013 2014 1 IPM 77,42 77,98 78,54 78,95 a Angka Harapan Hidup AHH 72,18 72,24 72,44 72,53 b Angka Melek Huruf AMH 96,47 96,98 97,72 98,08 Rata-Rata Lama Sekolah 10,11 10,30 10,37 10,49 c Perkembangan Paritas Daya Beli PPP 649,26 652,80 655,84 658,317 Sumber BPS Kota Semarang, 2014 Data sangat sementara data diolah Pencapaian IPM Kota Semarang dalam 4 tahun terakhir relatif cukup baik, hal menunjukkan bahwa bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Namun Pemerintah Kota Semarang harus tetap memperhatikan hal-hal penting untuk mendukung hal tersebut Pola hidup bersih dan sehat yang merupakan salah satu penentu perbaikan derajat kesehatan masyarakat, dan hal ini cukup sulit diintervensi. Peran Pemerintah harus terus ditingkatkan dalam hal sosialisasi Pola Hidup Sehat. Penuntasan buta huruf dan penurunan angka putus sekolah harus tetap ditingkatkan. Pembebasan biaya pendidikan dan penyediaan infrastruktur pendidikan harus terus dikawal oleh Pemerintah Kota. Dalam rangka meningkatkan daya beli masyarakat, upaya pengembangan skala mikro dan usaha kecil menengah merupakan alternatif untuk menaikkan pendapatan masyarakat yang masih rendah dan bermuara pada peningkatan daya beli.

b. Pendidikan