Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

indikator kelima didapatkan skor 53,50 sedangkan kondisi akhir didapatkan skor 65,00. Kondisi awal pada indikator keenam didapatkan skor 50,50 sedangkan kondisi akhir didapatkan skor 61,50. Indikator keseluruhan siklus I didapatkan skor 49,66 sedangkan siklus 2 didapatkan skor 61,66.

B. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Tujuan dari penelitian ini, adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi operasi hitung campuran siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur. 1. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Pada setiap siklus, peneliti menggunakan model pembelajaran kontekstual CTL. Adapun komponen – komponen yang ada pada CTL yaitu konstruktivisme, bertanya, masyarakat belajar, inkuiri, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Pertama, kontruktivisme terletak pada kegiatan guru saat memberikan penjelasan materi dan penggunaan media agar anak bereksplorasi pada materi operasi hitung campuran penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Kedua, bertanya terletak pada kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh guru. Ketiga, masyarakat belajar terletak pada kegiatan ketika guru membagikan kelompok kerja pada saat pembelajaran Keempat, inkuiri terletak pada kegiatan ketika siswa mengerjakan soal dan berdiskusi untuk memecahkan soal yang ada di LKS. Kelima, pemodelan terletak pada saat guru yang memberikan contoh untuk mencoba menyelesaikan soal latihan. Keenam, refleksi terletak pada saat guru mengajak siswa untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Ketujuh, penilaian sebenarnya terletak ketika guru memberikan tes soal evaluasi siklus 1, evaluasi siklus 2, dan evaluasi siklus akhir kemudian guru menilai hasil ketercapain hasil belajar siswa. 2. Peningkatan Hasil Belajar Berdasarkan hasil evaluasi 1 pada siklus I dan evaluasi 2 pada siklus 2 serta evaluasi akhir didapatkan hasil bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 20152016 pada materi operasi hitung campuran. Penerapan pembelajaran kontekstual dengan menggunakan 7 komponen dapat meningkatkan rata-rata dan persentase ketuntasan siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Purwanto 2011: 46 mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh Putu Mahendrawan, I Wayan Suwatra, dan I Made Suarjana 2014 karena memiliki variable yang sama yaitu hasil belajar. Berdasarkan Tabel 4.22 telah dijelaskan hasil belajar yang didapatkan dari evaluasi 1, evaluasi 2, dan evaluasi akhir. Agar dapat mengetahui target dan pencapaian dalam penelitian ini, peneliti menjabarkannya hasil belajar dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4.24 Perbandingan Target dan Pencapaian Hasil Belajar Peubah an Indikator Kondisi Awal Evaluasi Siklus I Evaluasi Siklus II Evaluasi Akhir Target Capaian Target Capaian Target Capaian Hasil Belajar Nilai Rata- rata siswa 58,84 70 71,23 75 78,38 80 83,34 Persentase jumlah siswa mencapai KKM 45,07 60 69.23 70 80,76 80 88,46 Hasil belajar siswa yang diperoleh dari setiap evaluasi didapatkan rata- rata yang mengalami peningkatan. Peningkatan dapat dilihat mulai dari kondisi awal dengan rata-rata 58,84 dan terjadi peningkatan sebanyak 12,39 dan diperoleh rata-rata 71,23 di siklus I dengan target pencapaian 70. Rata-rata kelas juga meningkat dari siklus I yaitu 71,23 menjadi 78,38 di siklus II dengan target pencapaian 75 atau meningkat sebanyak 7.15. Capaian evaluasi akhir juga meningkat dari siklus II yaitu 78,38 menjadi 83,34 di evaluasi akhir dengan target 80 atau meningkat sebanyak 4.96. Selain rata-rata kelas peningkatan juga dapat dilhat dari persentase pemerolehan KKM dan telah mencapai target yang ditentukan. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan pada kondisi awal yaitu 45,07 meningkat menjadi 69,23 di siklus I dari target 60 atau meningkat sebanyak 24,16. Persentase ketuntasan pada siklus II yaitu 80,76 dari target 70 yang artinya mengalami peningkatan dari siklus I sebanyak 10,76. Evaluasi akhir yang merupakan evaluasi gabungan siklus I dan siklus II diperoleh persentase PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ketuntasan sebanyak 88,46 dari target 80 atau meningkat sebanyak 7,7 dari siklus II. 3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Peningkatan kemampuan berpikir kritis diperoleh dari hasil kuesioner yang diisi oleh siswa dan diperkuat dengan pengamatan langsung oleh peneliti. Maka didapatkan hasil bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sesuai dengan pendapat Johnson, 2007:183 merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nuris Hidayat 2014 dengan variable yang sama dengan penelitian ini yaitu tentang berpikir kritis matematika. Peneliti juga menjabarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut Tabel 4.25 Perbandingan Target dan Pencapaian Berpikir Kritis dengan Menggunakan Kuesioner Indikator Berpikir Kritis Indikator Kondisi Awal Target Kondisi Akhir 1 Skor rata-rata 59,6 Tidak kritis 75 81,15 Kritis 2 63,8 Tidak kritis 70 78,00 Cukup Kritis 3 63,4 Tidak kritis 75 80,00 Kritis 4 61,4 Tidak kritis 70 81,4 Kritis 5 60,7 Tidak kritis 75 81,5 Kritis 6 58,45 Tidak kritis 75 81,3 Kritis 7 Keseluruhan 61,22 Tidak kritis 73 80,55 Kritis 1 Persentase jumlah siswa yang kritis 46,15 Sangat tidak kritis 75 84,61 Kritis 2 42,30 Sangat tidak kritis 70 76,93 Cukup Kritis 3 46,15 Sangat tidak kritis 75 84,61 Kritis 4 46,15 Sangat Tidak Kritis 70 80,76 Kritis 5 53,84 Sangat Tidak kritis 75 88,46 Kritis 6 50,00 Sangat tidak kritis 75 84,61 Kritis 7 Keseluruhan 47,43 Sangat tidak kritis 73 83,33 Kritis Berdasarkan tabel 4.25 pada indikator pertama terjadi peningkatan dari skor rata-rata kondisi awal yaitu 59,6 tidak kritis menjadi 81,15 kritis pada kondisi akhir dengan target 75. Indikator kedua terjadi peningkatan dari skor rata- rata kondisi awal yaitu 63,8 tidak kritis menjadi 78,00 cukup kritis pada kondisi akhir dengan target 70. Selanjutnya pada indikator ketiga juga mengalami peningkatan dari skor rata-rata kondisi awal yaitu 63,4 tidak kritis menjadi 80,00 kritis pada kondisi akhir dengan target 75. Indikator keempat juga terjadi peningkatan dari skor rata-rata kondisi awal yaitu 61,4 tidak kritis menjadi 81,4 kritis pada kondisi akhir dengan target 70. Indikator kelima juga masih terlihat peningkatan dari kondisi awal 60,7 tidak kritis menjadi 81,3 kritis pada kondisi akhir dengan target 75. Indikator terakhir juga masih terdapat peningkatan dari skor rata-rata kondisi awal sebesar 58,45 tidak kritis menjadi 81,3 kritis pada kondisi akhir dengan target 75. Secara keseluruhan terdapat nilai dari kondisi awal sebesar 61,22 tidak kritis meningkat menjadi 80,3 kritis Sedangkan dari skor rata-rata, peningkatan kemampuan berpikir kritis juga dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang kritis. Indikator pertama terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 46,15 sangat tidak kritis menjadi 84,61 kritis pada kondisi akhir dengan targer 75 atau terjadi peningkatan sebesar 38,46. Indikator kedua terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 42,30 sangat tidak kritis menjadi 76,93 cukup kritis pada kondisi akhir dengan targer 70 atau terjadi peningkatan sebesar 34,63. Indikator ketiga juga terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 46,15 sangat tidak kritis menjadi 84,61 kritis pada kondisi akhir dengan targer 75 atau terjadi peningkatan sebesar 38,46. Indikator keempat terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 46,15 sangat tidak kritis menjadi 80,76 kritis pada kondisi akhir dengan targer 70 atau terjadi peningkatan sebesar 34,61. Indikator kelima juga masih terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 53,84 sangat tidak kritis menjadi 88,46 kritis pada kondisi akhir dengan targer 75 atau terjadi peningkatan sebesar 34,62. Indikator terakhir juga terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 50 sangat tidak kritis menjadi 84,61 kritis pada kondisi akhir dengan targer 75 atau terjadi peningkatan sebesar 34,61. Sedangkan secara keseluruhan peningkatan dari presentase kondisi awal sebesar 47,43 sangat tidak kritis meningkat menjadi 83,33 kritis pada kondisi akhir. Peneliti juga melakukan pengamatan untuk memperkuat data peningkatan berpikir kritis dari hasil kuesioner. Pengamatan dilakukan di setiap pertemuan selama 2 siklus yang dibantu oleh teman sejawat. Hasil pengamatan oleh peneliti terdapat pada tabel 4.26 agar dapat dilihat peningkatannya sebagai berikut: Tabel 4.26 Peningkatan dan Hasil Pengamatan Berpikir Kritis Indikator Kondisi Awal Kondisi Akhir Peningkatan 1 52,00 Cukup kritis 65,00 Kritis 13 2 44,50 Tidak kritis 55,00 Cukup kritis 10,5 3 48,50 Tidak kritis 59,50 Cukup Kritis 11 4 49,00 Tidak kritis 64,00 Kritis 15 5 53,50 Cukup kritis 65,00 Kritis 11,5 6 50,50 Tiadak kritis 61,50 Cukup Kritis 11 Keseluruhan 49 Cukup kritis 61 Kritis 12 Berdasarkan tabel 4.26 terdapat 6 indikator yang menjadi fokus penelitian dengan hasil pada kondisi awal dan kondisi akhir. Indikator pertama terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 52,00 cukup kritis menjadi 65 kritis pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 13. Indikator kedua terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 44,50 tidak kritis menjadi 55,00 cukup kritis pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 10,5. Indikator ketiga juga terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 48,50 tidak kritis menjadi 59,50 cukup kritis pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 11. Indikator keempat juga masih terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 49,00 tidak kritis menjadi 64,00 kritis pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 15. Indikator kelima terjadi peningkatan sebesar 11,5 dari kondisi awal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yaitu 53,50 cukup kritis ke kondisi akhir yaitu 65,00 kritis. Indikator yang terakhir yaitu indikator keenam terjadi peningkatan sebesar 11 dari kondisi awal yaitu 50,00 tidak kritis ke kondisi akhir yaitu 61,50 cukup kritis. Sedangkan untuk indikator keseluruhan terjadi peningkatan sebesar 12 dari kondisi awal yaitu 49 cukup kritis ke kondisi akhir yaitu 61 kritis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157

BAB V PENUTUP

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG CAMPURAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Campuran Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Make A Match Pada Siswa Kelas IV SDN Trimulyo 02 Juwana Pati Tahun Pelajaran 20

0 3 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI HITUNG CAMPURAN MELALUI PEMBELAJARAN SNOW BALLING Peningkatan Hasil Belajar Matematika Operasi Hitung Campuran Melalui Pembelajaran Snow Balling Siswa Kelas IV SD Negeri Cawan Kecamatan Jatinom Tahun Pelajaran

0 1 15

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III C pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Perumnas Condong Catur.

0 0 288

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas VB pada materi pengukuran waktu melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 1 356

Peningkatakan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis kelas VA pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

3 17 366

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Kanisius Klepu.

3 61 297

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

1 9 359