melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung apa yang diperoleh hari itu.
7 Penilaian sebenarnya Authentic Assessment
Penilaian nyata Hamdayama, 2014: 54 adalah proses yang dilakukan guru untuk menyimpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa. Penilaian ini dilakukan ketika pembelajaran berlangsung bukan pada penilaian akhir pembelajaran. Pengamatan dapat dilakukan dikelas maupun
diluar kelas. Kemajuan belajar siswa dilihat dari proses bukan semata-mata dari hasil belajar. Penilaian bukan hanya dari guru tetapi dapat juga dari teman atau
orang lain. Jadi
dapat disimpulkan
bahwa komponen-komponen
mencakup kontruktivisme, menemukan inquiry, bertanya questioning, masyarakat
belajar learning community, pemodelan modeling, refleksi reflection, dan penilaian sebenarnya authentic assessment.
c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kontekstual Contextual
Teaching Learning CTL
Trianto dalam Hosnan, 2014: 270 langkah-langkah untuk menerapkan
ketujuh komponen CTL tersebut adalah sebagai berikut:
1 Kembangkan pemikiran anak bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2 Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik.
3 Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4 Ciptakan “masyarakat belajar” belajar dalam kelompok.
5 Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran.
6 Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7 Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Suparto 2004: 6 berpendapat tentang langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual CTL sebagai berikut:
1 Mengembangkan metode belajar mandiri,
2 Melaksanakan penemuan inquiri,
3 Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa,
4 Menciptakan masyarakat belajar,
5 Hadirkan “model” dalam pembelajaran,
6 Lakukan refleksi di setiap akhir pertemuan,
7 Lakukan penilian yang sebenarnya.
Dari kedua pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa langkah- langkah penerapan pembelajaran CTL yaitu: 1 belajar mengembangkan
pemikiran akan belajar, 2 melaksanakan kegiatan inquiri, 3 menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, 4 menciptakan masyarakat belajar, 5 menghadirkan
“model” sebagai contoh pembelajaran, 6 melakukan refleksi di setiap akhir pertemuan, 7 melakukan penilian yang sebenarnya.
d. Tahapan Pembelajaran Kontekstual
Hamdayama 2014: 51 proses pembelajaran kontekstual terdiri dari
delapan komponen sebagai berikut:
1. Membangun hubungan yang bermakna Relating; Siswa menghubungkan
apa yang dipelajari di sekolah dengan pengalamannya sendiri, kejadian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dirumah, media massa, atau yang lainnya, sehingga siswa akan memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna.
2. Melakukan sesuatu yang bermakna experiencing; Ada beberapa langkah
guru dalam mengaitkan meteri dengan konteks kehidupan siswa, diantaranya a mengkaitkan pelajaran dengan sumber yang berhubungan
dengan kehidupan siswa, b menggunakan sumber dari bidang lain, c mengkaitkan berbagai macam pelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran, dan d belajar melalui kegiatan sosial. 3.
Belajar secara mandiri; Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda, sehingga siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri sesuai dengan
kondisi siswa masing-masing. 4.
Kolaborasi collaborating; Mendorong siswa untuk berkerjasama dengan teman atau didalam kelompok.
5. Berpikir kritis dan kreatif applaying; Mendorong siswa agar bisa berpikir
kritis dan kreatif serta menerapkan dalam dunia nyata siswa. 6.
Mengembangkan potensi individu transfering; Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi atau bakat yang dimiliki.
7. Standar pencapaian yang tinggi; Dengan standar pencapaian yang tinggi,
maka akan memacu siswa untuk berusaha lebih baik. 8.
Asesmen yang autentik; Pencapaian hasil belajar diukur dengan asesmen autentik yang mampu menyediakan informasi mengenai kualitas
pendidikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari kedelapan tahapan tersebut peneliti memilih 5 tahapan yang akan diterapkan
dalam proses
pembelajaran yaitu
Relating, Experiencing,
Colaborating, Applying , dan Transferring.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Putu Mahendrawan, I Wayan Suwatra, I Made Suarjana 2014 dengan judul
“Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar No. 1 Tukadsumaga”. Tujuan penelitian tersebut untuk meningkatkan mengetahui
peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V Sekolah Dasar No. 1 Tukadsumaga Tahun Pelajaran 20132014 dengan penerapan
pendekatan kontekstual. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V
SD No. 1 Tukadsumaga yang berjumlah 24 orang. Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan metode tes. Data dianalisis menggunakan analisis data
statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas V SD No. 1 Tukadsumaga. Pada siklus I diperoleh persentase hasil belajar sebesar 72,91 berada pada kategori sedang. Selanjutnya pada siklus II,
persentase hasil belajar matematika sebesar 81,25 berada pada kategori tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Nuris Hidayat 2014 dengan judul
“Peningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Jaringjaring Bangun Ruang Melalui Penerapan
Scientific Approach Kelas V Semester 2 Di SDN 6 Dawuhan Situbondo Tahun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI