Materi Pembelajaran KEEFEKTIFAN STRATEGI ANTICIPATION GUIDE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 YOGYAKARTA.

Fungsi Berjabat Tangan Pada Otak Ketika pertama kali bertemu orang lain, secara refleks umumnya seseorang akan langsung berjabat tangan atau bersalaman. Mungkin juga karena kebiasaan, tapi yang jelas tindakan ini dapat menampilkan kesan yang baik. Sebuah penelitian menemukan efek dari berjabat tanganu ini terhadap otak. Dalam laporan yang dimuat Journal of Cognitive Neuroscience, peneliti mencoba melihat pengaruh yang terjadi pada koneksi saraf akibat jabat tangan. Florin Dolcos dari Beckman Institute menemukan bahwa berjabat tangan sebelum melakukan interaksi sosial akan meningkatkan dampak positif sekaligus mengurangi dampak negatif dalam pergaulan. Berjabat tangan dapat meredam dampak negatif dan kesalahpahaman yang mungkin dapat terjadi dalam berinteraksi. Dolcos mengumpulkan data hasil pemeriksaan menggunakan functional magnetic resonance imaging fMRI dan respon perilaku dari 18 orang relawan pria dan wanita. Semua peserta diminta menonton dan menilai video animasi interaksi antara tamu dan tuan rumah dalam lingkungan bisnis. Analisis dengan fMRI difokuskan pada daerah otak dari jaringan kognisi sosial. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan aktivitas pada amigdala dan sulkus temporal superior, yaitu daerah otak yang terkait dengan evaluasi positif dari sebuah perilaku. Selain itu, daerah nucleus accumbens yang berperan dalam pengolahan penghargaan menunjukkan aktivitas yang lebih besar saat berjabat tangan. Menurut Dolcos, daerah-daerah jaringan kognisi sosial biasanya terlibat ketika orang menilai niat orang lain. Pada orang orang yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi, misalnya pada orang dengan autisme, respons di area otak ini berkurang. Melalui berjabat tangan, orang akan lebih saling mendekatkan dan menilai orang yang diajak berjabat tangan secara positif. Namun pada orang yang tidak melakukan jabat tangan, area otak yang memproses penilaian positif ini tidak aktif. Florin Dolcos menambahkan bahwa bukan sembarang jabat tangan yang dapat memunculkan perasaan positif. Namun cara-cara tertentu misalnya kekuatan, kepercayaan diri dan sifat ramah seperti yang sering diajarkan dalam praktik bisnislah yang dapat menghasilkan efek positif. Dalam lingkungan bisnis, jabat tangan adalah hal yang diharapkan dan diketahui oleh kebanyakan orang. Bahkan beberapa waktu yang lampau, orang bisa mendapat pinjaman dengan mengandalkan jabat tangan. Jadi, perilaku ini sangatlah dasar namun penting dan hal tersebut dapat dibuktikan secara ilmiah. Tidak hanya dalam lingkungan bisnis saja, berjabat tangan antara anak dan orang tua tentu menambah kedekatan dan menunjukan rasa hormat seorang anak terhadap orang tuanya. Begitu juga seorang siswa dengan gurunya menambah rasa hormat pada guru. Dalam kehidupan sehari-hari, jabat tangan memiliki efek positif yang sangat besar. Jika kalian belum terbiasa “salim” dengan orang tua sebelum berangkat sekolah, maka mulailah kebiasaan baik tersebut dari sekarang. Dikutip dari http:www.m.detik.com dengan pengubahan. Persiapkan Diri Sebelum Berlari Lari, aktivitas ini tentunya sudah tidak asing lagi di telinga. Selain mudah dilakukan, lari memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Mencegah timbulnya, meningkatkan mood dan menghilangkan stres, dan membantu menurunkan berat badan merupakan beberapa manfaat yang didapat dari sekian banyak manfaat berlari. Akan tetapi, satu hal yang paling penting dari berlari adalah menjaga kondisi tubuh agar tetap fit dan terus aktif bergerak. Melakukan aktivitas lari sebenarnya tidak perlu persiapan khusus. Memilih pakaian untuk berlari pun gampang. Seorang perlari sebaiknya menggunakan pakaian dengan bahan yang mudah menyerap keringat, yaitu katun. Berikutnya yaitu sepatu lari. Memilih sepatu lari tidak harus mahal tetapi yang paling penting adalah nyaman digunakan. Selain sepatu, pilihlah kaus kaki yang berkualitas sehingga mengurangi resiko lecet kulit. Sebelum berlari, biasakan untuk melakukan pemanasan. Pemanasan dapat dilakukan dengan berjalan atau berlari kecil selama lima menit. Berlari tanpa pemanasan dapat meningkatkan resiko cidera karena otot belum siap untuk aktivitas berat. Sama seperti pentingnya pemanasan, setelah berlari sebaiknya jangan langsung berhenti total dan duduk. Lakukan pendinginan dan peregangan untuk membantu otot kembali pulih. Pelari pemula sebaiknya tahu bagaimana cara berlari yang baik. Menguasai teknik berlari yang baik dapat mengurangi perasaan cepat lelah, mengurangi resiko cidera, dan membuat aktivitas lari terasa lebih menyenangkan. Bagi pelari awal, usahakan telapak kaki mendarat di bagian tengah tumit heel strike. Kaki sebaiknya mendarat dengan posisi di bawah pinggul, bukan di bagian depan tubuh. Berlari memerlukan energi yang cukup sebagai bahan bakar tubuh. Jika hendak berlari, sebaiknya menghindari makanan berat 2 jam sebelum berlari. Tubuh harus fokus pada kerja otot, bukan pada pencernaan. Mengkonsumsi camilan ringan seperti pisang sekitar 15 menit sebelum berlari merupakan pilihan yang lebih tepat. Untuk menghindari dehidrasi, pastikan mengkonsumsi jumlah air putih yang cukup sepanjang hari, tidak hanya ketika hendak berlari. Membawa botol air minum ketika berlari juga dapat menjadi alternatif ketika merasa haus saat berlari. Bagi pelari awal, tiap sesi lari sebaiknya tidak melebihi durasi 30 menit, sebanyak 3 kali seminggu. Frekuensi tersebut merupakan rekomendasi umum dari banyak studi mengenai intensitas olahraga yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat kebugaran optimal. Jeda waktu berlari juga diperlukan. Berikan satu atau dua hari istirahat diantara hari-hari berlari. Tubuh memerlukan periode istirahat untuk kembali pulih dari aktivitas dan memberikan kesempatan bagi tulang dan organ untuk berkembang lebih kuat. Kecepatan berlari akan meningkat seiring semakin kuatnya tulang dan tingginya tingkat kebugaran yang dimiliki seseorang. Jadi, jangan terlalu memikirkan soal kecepatan.