7 Panduan Bimbingan dan konseling SMP
BAB II KONSEP DAN KOMPONEN DASAR PELAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
1. Arah Transisi Perkembangan
Sesuai dengan usia perkembangannya, peserta didik SLTP pada umumnya, termasuk SMP berada pada masa remaja awal. Remaja adalah
individu yang berada pada suatu periode dalam rentang hidup ketika individu mengalami transisi pada sebagian besar aspek penting
perkembangan kehidupan anak-anak menuju perkembangan kehidupan remaja dan selanjutnya orang dewasa. Transisiperubahan-perubahan
mendasar yang dialami remaja menurut Stenberg 1993 : 6-8 meliputi transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial.
a. Transisi Biologis
Sebagai remaja, peserta didik usia SLTP, termasuk SMP mengalami perubahan yang sangat mencolok pada aspek biologisnya dibandingkan
dengan masa-masa sebelumnya. Besarnya tubuh, proporsi dan bentuk tubuh secara cepat berubah menyerupai orang dewasa. Pada masa ini muncul ciri-
ciri sex sekunder sebagai akibat pematangan organ-organ seksual dan kelenjar-kelenjar tertentu. Kematangan organ-organ seksual antara lain
menyebabkan remaja wanita mengalami
menarchy
menstruasi yang pertama dan remaja pria mengalami ejakulasi yang pertama, yang
sekaligus menandai bahwa mereka mampu mereproduksi keturunan. Munculnya menstruasi dan ejakulasi bagi sebagian remaja kadang membawa
persoalan tersendiri, terlebih bagi mereka yang kurang dapat menerima keadaan fisik akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi itu.
Kematangan fisik dan seksual akan berpengaruh terhadap cara pandang remaja terhadap diri mereka sendiri, dan juga pada bagaimana remaja
dipandang dan diperlakukan oleh orang lain. Hal ini antara lain menyebabkan remaja sangat peka terhadap penilaian orang lain terutama
teman sebayanya. Selain itu, kematangan biologis remaja juga memunculkan ketertarikan remaja terhadap lawan jenisnya. Ketertarikan ini menimbulkan
8 Panduan Bimbingan dan konseling SMP
dinamika perilaku yang khas pada remaja, yang semua ini membutuhkan pendampingan dari orang dewasa termasuk Guru BK atau Konselor di
sekolah.
b. Transisi Kognitif
Ditinjau dari aspek perkembangan kognitifnya, peserta didik SMP berada pada tahap
formal operational
di mana individu telah mampu berfikir secara abstrak dan hipotetis. Pada masa sebelumnya masa anak,
individu berada pada tahap
concrete operational
dimana individu baru mampu berfikir kongkrit. Karena perkembangan kemampuan kognitifnya,
pada masa remaja apa saja dapat menjadi obyek pikirannya, bahkan pikiran-pikiran mereka sendiri. Hal ini menjadikan remaja bersifat
egosentris. Pada diri remaja terbentuk
personal fable
yaitu keyakinan bahwa dirinya adalah unik sehingga berhak memiliki pikiran-pikiran dan
perasaan-perasaan yang berbeda dengan orang lain. Tingkah laku yang mudah diamati sebagai akibat dari transisi kognitif antara lain munculnya
rasa ingin tahu yang besar terhadap banyak hal, suka membangkang terutama untuk hal-hal yang menurut pemikiran mereka sulit dimengerti,
susah diatur, ingin dipahami dan ingin serba dimaklumi, dan lain-lain. Dari kaca mata orang tua, keadaan yang demikian menyebabkan remaja
mendapatkan cap sebagai remaja nakal. Sebaliknya, remaja merasa bahwa orang tua dan orang dewasa lain termasuk di dalamnya guru tidak dapat
dan tidak mau memahami problema remaja. Keadaan yang demikian menuntut Guru BK atau Konselor khususnya, memahami perkembangan
kognitif peserta didik remaja. Pemahaman demikian itu harus diwujudkan dalam bentuk penciptaan kondisi yang bersifat menerima, memahami,
bersahabat, memberikan semangat dan memperkembangkan.
c. Transisi Sosial