Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa dan prestasi belajar pada mata pelajaran pengantar akuntansi dan keuangan.

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DAN

KEUANGAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan pada Siswa Kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem

PENNY HANDAYANI Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran Pengantar Akuntansi dan Keuangan dengan materi Persamaan Dasar Akuntansi.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitianini dilakukan pada siswa kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem yang berjumlah 21 orang. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah presentasi materi, pembagian kelompok, diskusi kelompok, kuis, dan penghargaan terhadap kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, kuesioner, tes, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (STAD)dapat meningkatkan keterampilan sosial dan prestasi belajar siswa pada materi persamaan dasar akuntansi. Keterampilan sosial siswa pada siklus pertama meningkat sebesar7% yaitu 24% siswa dengan kategori sangat baik, 71% dengan kategori baik serta 5% siswa masih dalam kategori cukup dan meningkat sebesar 5% pada siklus kedua yaitu 43% siswa dengan kategori sangat baik serta 57% siswa dengan kategori baik. Sedangkan prestasi belajar siswa pada siklus pertama adalah 71,4% siswa dapat mencapai nilaiKKM dan 28,6% siswa belum mencapai nilai KKM. Setelah penerapan STAD pada siklus kedua, 100% siswa di kelas mampu mencapai nilai KKM. Berdasarkan data tersebut maka prestasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 21,59%.


(2)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL STUDENT ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TYPE TO INCREASE SOCIAL SKILL AND LEARNING ACHIEVEMENT IN INTRODUCTION

TO ACCOUNTING AND FINANCE SUBJECTS

A Classroom Action Research Conducted on The Tenth Grade Students of Accounting Departement of Sanjaya Vocational School Pakem

Penny Handayani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

This research aims to improve social skill and student achievement learning after implementation of cooperative learning model Student Teams Achievement Division (STAD) type in Introduction to Accounting and Finance Subjects with the topic: Basic Accounting Equation.

This research is a classroom action research. This research was done on 21 students of the Accounting Departement of Sanjaya Vocational School Pakemof the tenth grade. The main components of the cooperative learning STAD type were material presentation, group division, group sharing, quiz and the appreciations to the group. The implementation of this class room action research was done in two cycles and each cycle consisted of four stages: planning, action, observation, and reflection. The data were collected through monitoring, testing, interviewing, and documenting methods. The data were analyzedby using descriptive and comparative analysis.

The result of this research shows that the implementation of cooperative learning model Student Teams Achievement Division (STAD) type can increase

student’s social skill and achievement of learning on Basic Accounting Equation material. The average of social skill in the first cycle increased by 7%, i.e. 24% of students are categorized as very good, 71% of students as good category and 5% of the students are still in fairly category and on the second cycle increased by 5%, with 43% of students are very good category and 57% of students as good category. The students achievement in the first cycle was 71,4% the students can achievethe value of the minimum completeness criteria and 28,6% of students have not reached the value of the minimum completeness criteria. After the implementation of STAD in the second cycle, 100% of students in the class were able to reach the value of the minimum completeness criteria. Based on these data, the learning achievement of students has increased by 21,59%.


(3)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DAN

PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN

PENGANTAR AKUNTANSI DAN KEUANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

PENNY HANDAYANI NIM: 10 1334 064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yang Maha Esa

Kedua orang tuaku: Bapak Suhartono dan Ibu Titik Jarwanti

Saudara-saudaraku Mbk Wiwit, Mbk Lia dan Pradana

Sahabat dan teman-teman serta

Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(7)

v

MOTTO

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah."

-

(Lessing)-"Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini

adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling

setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang

teguh."


(8)

Jackson)-vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain,

kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagai mana

layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Mei 2015 Penulis


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSTUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Penny Handayani Nomor Mahasiswa : 10 1334 064

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DAN KEUANGAN

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 29 Mei 2015

Yang menyatakan


(10)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DAN

KEUANGAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan pada Siswa Kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem

PENNY HANDAYANI Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran Pengantar Akuntansi dan Keuangan dengan materi Persamaan Dasar Akuntansi.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X Akuntansi SMK Sanjaya Pakem yang berjumlah 21 orang. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah presentasi materi, pembagian kelompok, diskusi kelompok, kuis, dan penghargaan terhadap kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, kuesioner, tes, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (STAD) dapat meningkatkan keterampilan sosial dan prestasi belajar siswa pada materi persamaan dasar akuntansi. Keterampilan sosial siswa pada siklus pertama meningkat sebesar 7% yaitu 24% siswa dengan kategori sangat baik, 71% dengan kategori baik serta 5% siswa masih dalam kategori cukup dan meningkat sebesar 5% pada siklus kedua yaitu 43% siswa dengan kategori sangat baik serta 57% siswa dengan kategori baik. Sedangkan prestasi belajar siswa pada siklus pertama adalah 71,4% siswa dapat mencapai nilai KKM dan 28,6% siswa belum mencapai nilai KKM. Setelah penerapan STAD pada siklus kedua, 100% siswa di kelas mampu mencapai nilai KKM. Berdasarkan data tersebut maka prestasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 21,59%.


(11)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL STUDENT ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TYPE TO INCREASE SOCIAL SKILL AND LEARNING ACHIEVEMENT IN INTRODUCTION

TO ACCOUNTING AND FINANCE SUBJECTS

A Classroom Action Research Conducted on The Tenth Grade Students of Accounting Departement of Sanjaya Vocational School Pakem

Penny Handayani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

This research aims to improve social skill and student achievement learning after implementation of cooperative learning model Student Teams Achievement Division (STAD) type in Introduction to Accounting and Finance Subjects with the topic: Basic Accounting Equation.

This research is a classroom action research. This research was done on 21 students of the Accounting Departement of Sanjaya Vocational School Pakem of the tenth grade. The main components of the cooperative learning STAD type were material presentation, group division, group sharing, quiz and the appreciations to the group. The implementation of this class room action research was done in two cycles and each cycle consisted of four stages: planning, action, observation, and reflection. The data were collected through monitoring, testing, interviewing, and documenting methods. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

The result of this research shows that the implementation of cooperative learning model Student Teams Achievement Division (STAD) type can increase

student’s social skill and achievement of learning on Basic Accounting Equation material. The average of social skill in the first cycle increased by 7%, i.e. 24% of students are categorized as very good, 71% of students as good category and 5% of the students are still in fairly category and on the second cycle increased by 5%, with 43% of students are very good category and 57% of students as good category. The students achievement in the first cycle was 71,4% the students can achieve the value of the minimum completeness criteria and 28,6% of students have not reached the value of the minimum completeness criteria. After the implementation of STAD in the second cycle, 100% of students in the class were able to reach the value of the minimum completeness criteria. Based on these data, the learning achievement of students has increased by 21,59%.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk

Meningkatkan Keterampilam Sosial Siswa dan Prestasi Belajar Pada Mata

Pelajaran Pengantar Akuntansi dan Keuangan” pada Kompetensi Dasar

Persamaan Dasar Akuntansi. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam

memperoleh gelar sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang

Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan,

dukungan, semangat, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Si. selaku Dosen


(13)

xi

arahan, kritik dan saran, menyemangati, serta memotivasi penulis untuk

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan di Program Studi Pendidikan Ekonomi

BKK. Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bimbingan serta

pelayanan kepada penulis selama melaksanakan studi di Universitas Sanata

Dharma.

6. Ibu B. Endah Wahyuningsih, S. Pd., selaku guru mitra yang telah berkenan

dengan sepenuh hati meluangkan waktu dan tenaganya untuk bersama

menyusun dan melaksanakan penelitian tindakan kelas ini.

7. Para guru dan karyawan SMK Sanjaya Pakem yang telah bersedia

memberikan bantuan pada penulis dalam melaksanakan penelitian tindakan

kelas ini.

8. Siswa-siswi SMK Sanjaya Pakem khususnya kelas X Akuntansi yang telah

berkenan dengan sepenuh hati untuk mengambil bagian dan berpartisipasi

dalam penelitian ini.

9. Kedua orang tua Bapak Suhartono dan Ibu Titik Jarwanti serta saudaraku

(Wiwit, Lia, dan Pradana) yang selalu mendampingi, memberikan doa,

semangat, dukungan baik moril maupun materiil.

10. Teman-teman satu perjuangan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK

Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 yang telah banyak membantu penulis

selama menjalani studi di USD. Terima kasih atas dukungan, motivasi, dan

perhatian kalian sahabat-sahabatku tercinta: Shinta, Yulida, Bona, Lilik,


(14)

xii

11. Sahabat seperjuanganku SihSuparmi yang selalu membantu dan

menyemangatiku untuk segera menyelesaikan skripsi. Akhirnya skripsiku

selesaii Mamiii.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat terwujud.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan

skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak

pihak.

Yogyakarta, 29 Mei 2015 Penulis,

Penny Handayani NIM: 101334064


(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas ... 6

B. Belajar ... 12

C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15


(16)

xiv

E. Keterampilan Sosial ... 24

F. Prestasi Belajar ... 25

G. Pengertian Akuntansi ... 26

H. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

I. Kerangka Berpikir ... 28

J. Pertanyaan Peneliti ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

D. Operasionalisasi Variabel ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Prosedur Penelitian ... 34

G. Pengukuran Variabel Keterampilan Sosial ... 40

H. Instrumen Penelitian ... 43

I. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah Berdirinya SMK Sanjaya Pakem ... 49

B. Tujuan, Visi, Misi SMK Sanjaya Pakem ... 51

C. Sumber Daya Manusia SMK Sanjaya Pakem ... 54

D. Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 58

E. Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 59

F. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 61

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi penelitian 1. Observasi Pra Penelitian ... 63

2. Siklus I ... 76


(17)

xv

B. Analisis Komparatif ... 126

C. Pembahasan ... 129

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 132

B. Keterbatasan ... 133

C. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 135


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aspek Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK ... 9

Tabel 2.2 Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

Tabel 2.3 Penghitungan Perkembangan Skor Individu ... 22

Tabel 2.4 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok ... 23

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel keterampilan sosial... 40

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Keterampilan Sosial dalam Diskusi Kelas... 41

Tabel 3.3 Skor Variabel Keterampilan Sosial ... 42

Tabel 3.4 Penilaian Acuan Patokan PAP tipe II... 43

Tabel 3.5 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II... 47

Tabel 3.6 Data Skor Kuesioner Keterampilan Sosial Siswa Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan PTK ... 48

Tabel 4.1 Daftar Guru Tetap SMK Sanjaya Pakem ... 56

Tabel 4.2 Daftar Guru Tidak Tetap SMK Sanjaya Pakem... 56

Tabel 4.3 Daftar Nama dan Tugas Pegawai ... 57

Tabel 4.4 Daftar Wali Kelas SMK Sanjaya Pakem... 57

Tabel 4.5 Jumlah Siswa SMK Sanjaya Pakem... 59

Tabel 4.6 Daftar Peralatan dalam Ruang Kelas ... 61

Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Sebelum Penerapan STAD... 64

Tabel 5.2 Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Sebelum STAD ... 66

Tabel 5.3 Hasil Observasi Siswa di dalam Kelompok Sebelum STAD... 67

Tabel 5.4 Nilai sebelum STAD ... 69

Tabel 5.5 Instrumen Pengamatan Kelas Sebelum STAD... 70

Tabel 5.6 Skor Kuesioner Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Penerapan STAD ... 73

Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan PAP Tipe I... 73

Tabel 5.8 Aktivitas Guru saat STAD Siklus I ... 84


(19)

xvii

Tabel 5.10 Perilaku Peserta didik Saat Pembelajaran STAD Siklus I ... 90

Tabel 5.11 Perilaku Peserta Didik Saat Pembelajaran STAD Siklus I ... 91

Tabel 5.12 Hasil observasi keterampilan sosial Saat STAD siklus I ... 92

Tabel 5.13 Hasil Perhitungan Obsevasi Keterampilan Sosial Berdasarkan PAP Tipe II... 93

Tabel 5.14 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Saat STAD Siklus I... 94

Tabel 5.15 Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan PAP Tipe II... 95

Tabel 5.16 Nilai Post Test Siswa Siklus I ... 96

Tabel 5.17 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode STAD ... 97

Tabel 5.18 Rangkuman Refleksi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran STAD ... 99

Tabel 5.19 Aktivitas Guru saat STAD Siklus II... 108

Tabel 5.20 Instrumen Pengamatan Kelas Saat STAD Siklus II ... 111

Tabel 5.21 Perilaku Siswa Saat Pembelajaran STAD Siklus II ... 114

Tabel 5.22 Perilaku Siswa Dalam Kelompok Saat Pembelajaran STAD Siklus II ... 115

Tabel 5. 23 Hasil Observasi Keterampilan Sosial Saat STAD Siklus II ... 117

Tabel 5.23 Hasil Perhitungan Observasi Keterampilan Sosial Berdasarkan PAP Tipe II... 118

Tabel 5.24 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Saat STAD Siklus II ... 118

Tabel 5.25 Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan PAP Tipe II... 119

Tabel 5.26 Nilai Post test siswa Siklus II... 120

Tabel 5.27 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode STAD ... 122

Tabel 5.28 Instrument Refleksi Rangkuman Refleksi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran STAD ... 124

Tabel 5.29 Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Siswa Berdasarkan PAP tipe II... 126


(20)

xviii

Tabel 5.30 Skor Hasil Belajar Siswa sebelum STAD, Sesudah STAD


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses

Pembelajaran sebelum STAD... 137

Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Kelas sebelum STAD ... 139

Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Siswa di Kelas sebelum STAD... 140

Lampiran 4 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Dalam Kelompok Sebelum STAD... 141

Lampiran 5 Kuesioner Keterampilan Sosial Sebelum STAD... 142

Lampiran 6 Panduan Wawancara Terhadap Guru Dan Siswa ... 146

Lampiran 7 Pembagian Kelompok Diskusi ... 147

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 148

Lampiran 9 Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Siklus I ... 157

Lampiran 10 Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik Di Kelas Siklus I .... 159

Lampiran 11 Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Saat Stad Siklus I ... 161

Lampiran 12 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Dalam Kelompok Siklus I... 162

Lampiran 13 Lembar Observasi Keterampilan Sosial Siswa Siklus I ... 163

Lampiran 14 Handout ... 165

Lampiran 15 Lembar Diskusi ... 170

Lampiran 16 Soal Post Test ... 174

Lampiran 17 Kuesioner Keterampilan Sosial Siklus I... 179

Lampiran 18 Instrumen Refleksi Guru ... 182

Lampiran 19 Instrumen Refleksi Siswa ... 183

Lampiran 20 Rencana Perencanaan Pembelajaran ... 184

Lampiran 21 Handout ... 192

Lampiran 22 Lembar Diskusi ... 197

Lampiran 23 Soal Post Test ... 201

Lampiran 24 Kuesioner Keterampilan Sosial Siswa Siklus II... 208 Lampiran 25 Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses


(22)

xx

Pembelajaran Siklus II... 211 Lampiran 26 Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus II ... 213 Lampiran 27 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Di Kelas Siklus II... 214 Lampiran 28 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Dalam Kelompok

Siklus II ... 215 Lampiran 29 Lembar Observasi Keterampilan Sosial Siklus II ... 216 Lampiran 30 Panduan Wawancara Terhadap Siswa... 218 Lampiran 31 Panduan Wawancara Terhadap Guru ... 219 Lampiran 32 Instrumen Refleksi Guru ... 220 Lampiran 33 Instrumen Refleksi Siswa ... 221 Lampiran 34 Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran

Sebelum STAD... 222 Lampiran 35 Observasi Kegiatan Peserta Didik di Kelas Sebelum STAD ... 224 Lampiran 36 Observasi Kegiatan Belajar Dalam Kelompok Sebelum

STAD... 225 Lampiran 37 Observasi Kegiatan Kelas Sebelum STAD ... 226 Lampiran 38 Hasil Kuesioner Keterampilan sosial sebelum STAD... 228 Lampiran 39 Hasil Wawancara Terhadap Guru Sebelum STAD ... 230 Lampiran 40 Hasil Wawancara Terhadap Siswa Sebelum STAD... 232 Lampiran 41 Observasi kegiatan Guru Siklus I ... 233 Lampiran 42 Observasi Kegiatan Kelas Siklus I ... 235 Lampiran 43 Observasi Kegiatan Siswa Siklus I... 237 Lampiran 44 Observasi Kegiatan Siswa Dalam Kelompok Siklus I ... 238 Lampiran 45 Hasil Observasi Keterampilan Sosial Siswa Siklus I ... 239 Lampiran 46 Hasil Diskusi Kelompok Siklus I ... 241 Lampiran 47 Lembar Jawab Post Test Siswa Siklus I ... 245 Lampiran 48 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Siklus I ... 248 Lampiran 49 Refleksi Guru Siklus I ... 250 Lampiran 50 Refleksi Siswa Siklus I... 252 Lampiran 51 Observasi Kegiatan Guru Siklus II... 255 Lampiran 52 Observasi Kegiatan Kelas Siklus II ... 257


(23)

xxi

Lampiran 53 Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 259 Lampiran 54 Observasi Kegiatan belajar Dalam Kelompok Siklus II... 260 Lampiran 55 Hasil Observasi Keterampilan Sosial Siklus II ... 261 Lampiran 56 Hasil Diskusi Kelompok Siklus II... 263 Lampiran 57 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Siklus II ... 265 Lampiran 58 Hasil Post Test Siklus II ... 267 Lampiran 59 Hasil Wawancara Terhadap Siswa ... 269 Lampiran 60 Hasil Wawancara Terhadap Guru ... 270 Lampiran 61 Refleksi Guru Siklus II... 271 Lampiran 62 Refleksi Siswa Siklus II... 272 Lampiran 63 Perhitungan PAP Tipe II ... 275


(24)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memerlukan perhatian

tersendiri dalam pembangunan nasional yaitu usaha mencerdaskan

kehidupan bangsa. Melalui pendidikan, kualitas sumber daya manusia dapat

ditingkatkan untuk pembangunan nasional. Salah satu usaha untuk

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, adalah dengan cara

meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran

yang tepat, efisien, dan efektif.

Masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah

kurang efektifnya proses pembelajaran. Siswa cenderung pasif dalam

mengikuti pembelajaran di kelas karena aktivitas yang dilakukan siswa

hanya duduk diam dan mendengarkan penjelasan guru. Siswa akan merasa

bosan dalam mengikuti pembelajaran yang bersifat monoton. Selain itu,

guru juga kurang menguasai metode pembelajaran selain metode ceramah.

Sedangkan di sisi lain hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi

kurang menggembirakan. Rata-rata hasil belajar siswa menunjukkan hasil di

bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah.

Peneliti berasumsi bahwa penyebab ketidakberhasilan pembelajaran

adalah penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat. Metode


(25)

Hal tersebut membuat siswa merasa bosan dan pada akhirnya mereka akan

mencari kesibukan lain untuk menghilangkan rasa jenuh. Akibatnya

pemahaman siswa menjadi kurang dan hasil belajar tidak maksimal. Proses

pembelajaran yang monoton dan pasif membuat siswa menjadi tidak

terbiasa untuk bekerja sama di dalam tim sehingga siswa cenderung

bersikap individu/egois, keterampilan bertanya kurang, dan siswa tidak

dapat menyampaikan ide atau pendapatnya. Oleh karena itu dalam

membelajarkan akuntansi kepada siswa, guru hendaknya memilih berbagai

variasi pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan

situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai.

Metode pembelajaran yang dipakai harus mampu membuat siswa tertarik

untuk belajar dan mampu membuat siswa berkerjasama dengan siswa lain

untuk mecapai tujuan pembelajaran. Untuk mengatasi kondisi kelas di atas

maka guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dalam pengajarannya. Peneliti memilih model ini karena model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

merupakan salah satu model pembelajaran yang paling sederhana. Siswa

ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan

campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin, dan suku. Guru

menyajikan materi kemudian siswa bekerja sama di dalam tim. Setiap

anggota tim harus memastikan semua anggota tim sudah menguasai materi.

Dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan


(26)

meningkat maka prestasi belajar siswa pun akan ikut meningkat. Hal ini

terjadi karena dengan seringnya mereka berdiskusi, para siswa akan terbiasa

bekerja dalam tim. Mereka memecahkan masalah bersama-sama.

Mengungkapkan pendapat atau ide-ide yang dipikirkan, mendengarkan dan

bertanya jika ada sesuatu hal yang sekiranya kurang dimengerti oleh siswa.

Siswa dalam kelompok akan saling membelajarkan teman kelompoknya

sampai mereka menjadi paham. Dengan kondisi pembelajaran yang

demikian diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Dari penjelasan tersebut, maka peneliti mencoba untuk melakukan

upaya perbaikan pembelajaran melalui penelitian yang berjudul “

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Untuk Meningkatkan Keterampilan sosial Siswa dan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Pengantar Akuntansi dan Keuangan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti menduga kuat bahwa

proses pembelajaran yang monoton dan pasif membuat siswa merasa jenuh

saat mengikuti pelajaran. Karena siswa merasa jenuh maka siswa menjadi

tidak memahami materi. Selain itu siswa tidak terbiasa bekerja sama di

dalam tim, siswa cenderung bersifat egois, keterampilan bertanya kurang,

dan siswa tidak dapat menyampaikan ide atau pendapatnya. Akibatnya

kurangnya keterampilan sosial siswa membuat prestasi belajar tidak


(27)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti akan

membatasi penelitian pada pembelajaran akuntansi dengan pokok bahasan

persamaan dasar akuntansi. Dan dalam penelitian ini peneliti akan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD guna

meningkatkan keterampilan sosial dan prestasi belajar siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa ?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa ?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan keterampilan sosial siswa

setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa


(28)

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Penulis mendapatkan pengalaman menganalisis suatu masalah

yang terjadi di kelas dan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan sosial dan prestasi

belajar siswa.

2. Bagi pihak sekolah khususnya guru mata pelajaran akuntansi

Sebagai sarana informasi dan masukan bagi pihak sekolah

khususnya guru akuntansi yang memilih model pembelajaran

kooperatif tipe STAD untuk diterapkan di kelas sesuai dengan materi

yang akan diajarkan untuk meningkatkan keterampilan sosial dan

prestasi belajar siswa.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai perbandingan yang relevan ataupun gambaran bagi

mahasiswa atau teman-teman yang akan membuat sebuah makalah

dengan topik yang hampir sama yaitu tentang penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap mata pelajaran


(29)

6

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian Tindakan Kelas.

1. Pengertian Penelitian tindakan kelas

Mills dalam Saur Tampubolon (2014: 18-19) mengemukakan

bahwa penelitian tindakan kelas (classroom action research) adalah

penelitian tindakan yang bersifat systemic inquiry, yaitu penelitian

tindakan kelas (PTK) dilakukan oleh pendidik (guru dan dosen) dan

kepala sekolah atau pejabat struktural di lingkungan perguruan tinggi,

karena kepala sekolah dan pejabat struktural mempunyai jabatan

fungsional pendidik yaitu wajib membelajarkan peserta didik.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan

oleh pendidik di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri.

Tujuannya adalah untuk memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik,

sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat; dan secara

sistem, mutu pendidikan pada suatu pendidikan juga meningkat.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Wijaya dan Dedi

(2009: 9) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya

sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksi

tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan

memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa


(30)

mendefinisikan penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian

yang mengangkat masalah-masalah actual yang dihadapi oleh guru

dilapangan. Arikunto dalam Tukiran dkk (2010: 15-16) mengartikan

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan oleh guru

yang dilakukan oleh siswa.

Menurut Wiriaatmadja dalam Tukiran dkk (2010: 16),

penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat

mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar

dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu

gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat

pengaruh nyata dari upaya itu.

Menurut Sanford dalam Tukiran dkk (2010: 16), penelitian

tindakan kelas merupakan kegiatan siklis yang bersifat menyeluruh

yang terdiri tas analisis, penemuan fakta, konseptualisasi,

perencanaan, pelaksanaan, penemuan fakta tambahan, dan evaluasi.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengangkat

masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan


(31)

memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara

lebih profesional.

2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Grundy dan Kemmis dalam Sanjaya (2011: 30-32) tujuan PTK meliputi tiga hal, yaitu:

a. Peningkatan praktik

Pada umumnya tujuan penelitian adalah untuk menemukan atau untuk menggeneralisasikan sesuatu terlepas dari kebutuhan dan tuntutan masyarakat pada umumnya. Tujuan yang ingin di capai oleh PTK adalah untuk meningkatkan kualitas praktik di lapangan. Dimana guru terlibat secara langsung dari mulai merancang sampai melaksanakan PTK itu sendiri, terlepas dari siapa yang melaksanakan PTK itu.

b. Pengembangan profesional

PTK adalah salah satu sarana yang dapat mengembangkan sikap profesional guru. Melalui PTK guru akan selalu berupaya meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Guru akan selalu dituntut untuk mencoba hal-hal yang dianggap baru dengan mempertimbangkan pengaruh perubahan dan perkembangan sosial.

c. Peningkatan situasi tempat praktik berlangsung

Tugas utama dalam PTK adalah pengembangan keterampilan guru yang berangkat dari adanya kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran yang bersifat aktual di dalam kelasnya atau disekolahnya sendiri dengan atau tanpa adanya program latihan secara khusus.

3. Karakteristik penelitian tindakan kelas

Menurut Kunandar dalam Tukiran dkk (2010: 18-19) menuliskan bahwa PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya. PTK mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. On the job problem oriented (masalah yang diteliti dan masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti).


(32)

b. Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah).

c. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu). d. Clicic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan

melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical).

e. Action oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas. f. Pengkajian terhadap dampak tindakan.

g. Specifics contextual. Aktivitas PTk dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi guru dalam PBM di kelas.

h. Partisipator (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat.

i. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan praktisi yang melakukan refleksi.

j. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus, dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.

4. Perbandingan PTK dan Penelitian kelas Non-PTK

Menurut Hamzah, dkk (2011: 46) secara umum penelitian

tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian kelas. Untuk

mengetahui perbedaannya, dikemukakan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Aspek Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK

No Aspek PTK Non-PTK

1. Peneliti Guru Orang luar 2. Rencana

penelitian

Oleh guru (mungkin dibantu orang luar)

Oleh peneliti

3. Munculnya masalah

Dirasakan oleh guru (mungkin dengan doro ngan orang luar)

Dirasakan oleh orang luar

4. Ciri utama Ada tindakan untuk perbaikan yang berulang

Belum tentu ada tindakan perbaikan


(33)

No Aspek PTK Non-PTK peneliti penelitian) 6. Tempat penelitian Kelas Kelas 7. Proses pengumpulan data

Oleh guru sendiri atau bantuan orang lain

Oleh peneliti

8. Hasil penelitian Langsung

dimanfaatkan oleh guru dan dirasakan oleh kelas

Menjadi milik peneliti belum tentu dimanfaatkan oleh guru

5. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa prinsip dasar yang melandasi PTK. Menurut Hopkins dalam Tukiran dkk (2010: 17) prinsip yang dimaksud adalah:

a. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang

tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.

c. Kegiatan peneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.

d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggung jawab professional dan komitmen terhadap diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya. e. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.

f. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas.

6. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hamzah, dkk (2011: 74-76) ada beberapa langkah-langkah yang harus diikuti oleh guru/peneliti saat melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu sebagai berikut:

a. Ide awal

Ide awal yang mengganyut di PTK adalah terdapatnya suatu permasalahan yang berlangsung di dalam kelas. Ide awal


(34)

tersebut diantaranya berupa suatu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut, dengan penerapan PTK itu peneliti mau berbuat apa demi suatu perubahan dan perbaikan.

b. Prasurvei

Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti.

c. Diaknosis

Diaknosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di suatu kelas yang dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnose atau dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam suatu kelas.

d. Perencanaan

Di dalam penentuan perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu perencanaan khusus dimaksudkan untuk menysun rancangan dari siklus per siklus.

e. Implementasi tindakan

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas, dan sebagainya.

f. Pengamatan

Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator, yang memang di beri tugas untuk hal itu. Pada saat memonitoring, pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya, mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian dan pembahasan meteri, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya.

g. Refleksi

Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan selanjutnya ditentukan.

7. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arikunto, Suhardjono, dan Supardi dalam Tukiran


(35)

dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen pendidikan dan

pembelajaran di kelas, antara lain mencakup inovasi pembelajaran,

pengembangan kurikulum di tingkat regional/nasional, dan

peningkatan profesionalisme pendidikan.

Manfaat penelitian tindakan kelas menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (2005: 2) meliputi:

1) Peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas.

2) Peningkatan sikap profesionalisme guru dan dosen.

3) Perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.

4) Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

5) Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.

6) Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

7) Perbaikan dan/atau meningkatkan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.

8) Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Eveline dan Hartini (2011: 3) mengatakan bahwa belajar

merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua

orang dan berlangsung selama seumur hidup, sejak masih bayi

(bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Sedangkan menurut

Harold Spears dalam Eveline dan Hartini (2011: 4) mengemukakan

pengertian belajar dalam perpekstifnya yang lebih detail. Menurut


(36)

them selves, to listen, to follow direction (belajar adalah mengamati,

membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar

dan mengikuti aturan.

Menurut Anthony Robbins dalam Triyanto (2011: 15) belajar

merupakan proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan

yang sudah dipahami dan sesuatu pengetahuan yang baru. Pandangan

tersebut juga senada dengan apa yang dikemukakan oleh Jerome

Brunner bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa

membangun (mengkonstruksi) pengetahuan baru berdasarkan pada

pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki.

Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa belajar merupakan suatu proses membangun pengetahuan

berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang terjadi pada semua

orang sejak lahir dan terjadi selama seumur hidup.

Definisi belajar menurut para ahli yang dikemukakan oleh Agus (2013: 2-3) adalah sebagai berikut:

a. Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.

b. Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. c. Cronbach

Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

d. Geoch

Learning is change in performance as a result of practice. Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.


(37)

e. Morgan

Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.

2. Ciri-ciri Belajar

Dalam buku Eveline dan Hartini (2010: 5) mengemukakan bahwa belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan sikap (afektif).

b. Perubahan ini tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan.

c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan

fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

3. Tujuan Belajar

Agus (2013: 4) menuliskan bahwa tujuan belajar sebenarnya

sangat banyak dan bervariasi. Tujuan pembelajaran yang eksplisit

diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim

dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan

dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang

menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effects.

Bentuknya berupa, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap

terbuka dan demokratis, menerima orang lain dan sebagainya. Tujuan

ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi”


(38)

C. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian pembelajaran kooperatif.

Roger, dkk dalam Miftahul (2014: 29) menyatakan pembalajaran

kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang

diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan

pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok

pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas

pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan

pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Menurut Nurulhayati dalam Rusman (2011: 211) pembelajaran

kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melihatkan partisipasi

siswa dalam satu kelompok kecil dan saling berinteraksi. Dalam sistem

belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota

lainnya. Dalam model ini siswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu

mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota

kelompok untuk belajar. Sedangkan menurut Sanjaya (2006: 239),

cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan

dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah

rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam

kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan.

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif


(39)

kelompok kecil secara heterogen untuk saling berinteraksi dan bekerja

sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan

2. Karakteristik model pemelajaran kooperatif

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat

dijelaskan sebagai berikut (Rusman, 2011:207-208):

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan criteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

c. Kemampuan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

d. Kemampuan untuk Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

3. Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif (Rusman, 2011: 208) adalah:


(40)

a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa haruslah melihat bahwa bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. g. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

4. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Suprijono (2013: 65) menjabarkan enam fase atau tahapan di

dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, adalah

sebagai berikut.

Tabel 2.2 Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 1: Present goal and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap untuk belajar

Fase 2 : Present information Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3 : Organize students into learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4 : Assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya


(41)

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 5 : Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6 : Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

5. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif.

Menurut Hamdayama (2014: 64) terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan sebagai berikut:

a. Prinsip ketergantungan positif . Untuk tercipta kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Hal ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota yang mempunyai kemampuan lebih diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.

b. Tanggung jawab perseorangan, yaitu keberhasiln kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota lainnya.

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.


(42)

6. Prosedur pembelajaran kooperatif

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap (Rusman, 2011: 212-213), yaitu sebagai berikut:

a. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

b. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bias dilakukan melalui tes atau kuis, yaitu dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan

Sanjaya (2006: 247). “Hasil aktif setiap siswa adalah

penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknyayang merupakan hasil kerja ama setiap anggota kelompoknya.

d. Pengkuan tim, adalah penetapan tim yangdianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih aik lagi.

D. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 1. Pengertian STAD

Menurut Trianto (2011: 68) pembelajaran kooperatif tipe

STAD ini merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif

dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali

dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,


(43)

Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan

teman-temannya di Universitas John Hopkins. Menurut Slavin dalam

Rusman (2011: 213) model STAD (Student Team Achievement

Division) merupakan fariasi pembelajaran kooperatif yang paling

banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah untuk diadaptasi, telah

digunakan dalam Matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan

banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai dengan

perguruan tinggi. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok

beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin,

dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di

dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bias

menguasai pelajaran tersebut.

2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Rusman, 2011: 215) adalah sebagai berikut:

a. Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan belajar yang ingin dicapai pada

pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

b. Pembagian kelompok

Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, dimana setiap

kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan

heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik,


(44)

c. Presentasi dari guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih

dahulu menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan

tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat

belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran

guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah

nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga

tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai

siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara

mengerjakannya.

d. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru

menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja

kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan

masing-masing memberikan konstribusi. Selama tim bekerja, guru

melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan, dan

bantuan jika diperlukan. Kegiatan ini merupakan ciri terpenting

dalam STAD.

e. Kuis (evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis

tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian


(45)

diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja

sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu

bertanggung jawab kepada diri-sendiri dalam memahami bahan

ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk

setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan

tingkat kesulitan siswa.

f. Penghargaan prestasi tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja

siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya

pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat

dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai

berikut:

1) Menghitung skor individu

Menurut Slavin (Trianto, 2007: 55), untuk

menghitung perkembangan skor individu dihitung

sebagaimana dapat dilihat dalam pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 2.3 Penghitungan Perkembangan Skor Individu

No Nilai tes

Skor perkembangan

1.

2. 3.

4.

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar

10 sampai 1 di bawah skor dasar

Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar

0 poin

10 poin 20 poin


(46)

No Nilai tes

Skor perkembangan

5. Lebih dari 10 poin di atas skor dasar

Pekerjaan sempurna (tanpa memerhatikan skor dasar)

40 poin

2) Menghitung skor kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata

skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan

menjumlahkan semua skor perkembangan individu

anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota

kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor

perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok

sebagaimana dalam table sebagai berikut:

Table 2.4 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok No Rata-rata

skor

Kualifikasi

1. 2. 3.

4.

0≤ N ≤ 5 6≤ N ≤ 15 16≤ N ≤ 20 21≤ N ≤ 30

-Tim yang baik (Good team Tim yang baik sekali (great team)

Tim yang istimewa (super team )

3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok atau tim

memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau


(47)

dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan

guru).

STAD merupakan suatu metode generik tentang

pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran

komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan

pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan

kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk

siswa, tetapi kebanyakan guru menggunakan materi

mereka sendiri untuk menambah atau mengganti

materi-materi ini.

E. Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial yang dimaksudkan disini adalah

keterampilan-keterampilan khusus yang disebut dengan keterampilan-keterampilan kooperatif.

Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja

dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan

komunikasi antara anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan

dengan cara membagi tugas pada setiap anggota kelompok selama kegiatan.

(Rusman, 2011: 210)

Ada tiga bentuk keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan oleh Lungdgren dalam Rusman (2011: 210), yaitu:

1. Keterampilan kooperatif tingkat awal: a. Menggunakan kesepakatan b. Menghargai konstribusi

c. Mengambil giliran dan berbagi tugas d. Berada dalam kelompok


(48)

f. Mendorong partisipasi

g. Mengundang orang lain untuk berbicara h. Menyelesaikan tugas pada waktunya i. Menghormati perbedaan individu

2. Keterampila kooperatif tingkat menengah meliputi: a. Menunjukkan penghargaan dan simpati

b. Mengungkap ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima c. Mendengarkan dengan aktif

d. Bertanya

e. Membuat ringkasan f. Menafsirkan

g. Mengatur dan mengorganisir h. Menerima tanggung jawab i. Mengurangi ketegangan

3. Keterampilan sosial tingkat mahir: a. Mengelaborasi

b. Memeriksa dengan cermat c. Menanyakan kebenaran d. Menetapkan tujuan e. Berkompromi

F. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Muhibbin Syah “prestasi adalah tingkat keberhasilan

siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah

program (2010: 141)”. Menurut Tirtonegoro (2001: 43), prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat

yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak

dalam periode tertentu. Suryabrata mengemukakan bahwa “prestasi belajar adalah nilai yang merupakan perumusan terakhir yang dapat

diberikan oleh guru mengenai kemajuan/prestasi belajar selama masa


(49)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 138) faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

a. Faktor internal

1) Faktor jasmaniah (fisiologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh).

2) Faktor psikologi, terdiri atas : a) Faktor intelektif

(1) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat. (2) Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang

telah dimiliki.

b) Faktor non-intelektif yaitu unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan lain-lain.

c) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b. Faktor eksternal

1) Faktor sosial yang terdiri atas : a) Lingkungan keluarga

b) Lingkungan sekolah/kampus c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

G. Akuntansi

Dalam Suwardjono (2009: 5-7), Akuntansi sangat erat kaitannya

dengan informasi keuangan. Badan yang berwenang dan beberapa ahli

member pengertian yang bervariasi bergantung pada sudut dan penekanan

yang mereka anut. Akan tetapi pada prinsipnya apa yang diungkapkan oleh

para ahli tersebut menunju ke satu pengertian akuntansi karena sebenarnya


(50)

samping itu pengertian akuntansi juga berubah sesuai dengan perkembangan

jaman dan teknologi.

Definisi resmi yang mula-mula diajukan adalah definisi yang dianut

dalam Accounting Terminology Bulletin No. 1 yang diterbitkan oleh

Accounting Principles Board (APB) yaitu suatu komite penyusunan prinsip

akuntansi yang dibentuk oleh American Institute of Certified Publis

Accountants (AICPA). Komite tersebut mendefinisikan akuntansi adalah

seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang

bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan

uang, dan menginterpretasikan hasil proses tersebut.

Makin luasnya fungsi akuntansi dan makin berkembangnya praktik

akuntansi, definisi diatas dirasa tidak memadai lagi. Maka komite

mendefinisikan akuntansi adalah seperangkat pengetahuan dan fungsi yang

berkepentingan dengan masalah pengadaan, pengapsahan, pencatatan,

pengklasfikasian, pemrosesan, peringkasan, penganalisisan,

penginterpretasian, dan penyajian secara sistematik informasi yang dapat

dipercaya dan berdaya guna tentang transaksi dan kejadian yang bersifat

keuangan yang diperlukan dalam pengelolaan dan pengoperasian suatu unuit

usaha yang diperlukan untuk dasar penyampaian pelaporan yang harus

disampaikan untuk memenuhi pertanggungjawaban pengurus keuangan dan

lainnya.

Definisi akuntansi menjadi lebih luas lagi sebagaimana yang dimuat


(51)

akuntansi adalah kegiatan atau fungsi penyediaan jasa. Fungsinya adalah

menyediakan informasi kuantitatif tentang uit-unit usaha ekonomik,

terutama yang bersifat keuangan, yang diperkirakan bermanfaat dalam

pengambilan keputusan-keputusan ekonomik.

H. Hasil penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang dijadikan acuan oleh peneliti dalam penelitian

yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran kooperatif tipe STAD Guna Meningkatkan Keterampilan Sosial dan hasil Belajar pada Mata

Pelajaran akuntansi” yang disusun oleh Monica Ervina mahasiswa

Universitas Sanata Dharma jurusan pendidikan Akuntani angkatan 2008.

Menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti, keterampilan siswa pada

siklus pertama mengalami peningkatan sebesar 14,86% dan untuk prestasi

belajarnya meningkat sebesar 10,94%.

I. Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran sering di jumpai guru yang masih

menggunakan metode belajar konvensional. Di sini guru menyampaikan

materi dengan cara berceramah. Siswa hanya diminta untuk memperhatikan

apa yang diterangkan guru dan menghafal materi tanpa guru

mempertimbangkan apakah siswa benar-benar memahaminya atau belum.


(52)

pelajaran akuntansi. Karena dalam pelajaran akuntansi tidak hanya cukup

dengan hafalan tetapi juga perlu pemahaman.

Jika guru terlalu lama berceramah maka siswa menjadi bersikap acuh

tak acuh, bosan dan mengantuk. Siswa menjadi tidak konsentrasi. Mereka

akan mencari kesibukan untuk menghilangkan rasa jenuh yaitu dengan cara

mengobrol dengan teman, mainan HP, atau bahkan siswa akan tidur saat

berlangsungnya proses pembelajaran. Akibatnya nilai yang diperoleh siswa

tidak maksimal. Selain itu dengan metode ceramah siswa tiak akan terbiasa

bekerja dalam kelompok, keterampilan bertanya kurang, tidak dapat

menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya, dan siswa cenderung

bersikap individu (egois).

Untuk meningkatkan keterampilan sosial dan prestasi belajar siswa

maka peneliti akan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Model pembelajaran STAD lebih menekankan pada pembentukan

kelompok. Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4-5

siswa yang bersifat heterogen. Saat bekerja dalam kelompok, siswa

ditugaskan untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru.

Pada proses ini siswa saling berdiskusi dengan teman sekelompok

untuk memecahkan juga yang telah diberikan. Siswa dituntut untuk dapat

bekerja dalam kelompok dan memberikan konstribusi untuk kemajuan

kelompok, sehingga siswa menjasi lebih terlatih untuk dapat menghargai

pendapat dan keberadaan tim, sifat egois dan dominasi murid “pintar”


(53)

harus membantu teman sekelompoknya sampai teman tersebut paham

terhadap materi.

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan

dengan menggunakan 2 siklus. Siklus pertama terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Jika siklus pertama tidak berhasil atau

hasil kurang maksimal maka akan dilanjutkan dengan siklus kedua. Jika

siklus pertama sudah baik, maka siklus kedua dilakukan untuk menguatkan

hasil dari siklus pertama.

J. Pertanyaan peneliti

Dalam penelitian ini peneliti memiliki pertanyaan:

1. Berapakah tingkat keterampilan sosial siswa sebelum menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?

2. Berapakah tingkat keterampilan sosial siswa setelah menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?

3. Berapakan jumlah siswa yang lulus KKM sebelum menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD ?

4. Berapakan jumlah siswa yang lulus KKM setelah menerapkan model


(54)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas.Menurut Sanford dalam Tukiran dkk (2010: 16),

penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan siklis yang bersifat

menyeluruh yang terdiri atas analisis, penemuan fakta, konseptualisasi,

perencanaan, pelaksanaan, penemuan fakta tambahan, dan evaluasi. Dalam

penelitian ini peneliti mencobamenerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD pada pokok bahasan tahap-tahap proses pencatatan transaksi

(siklus akuntansi). Menurut Trianto (2011: 68) pembelajaran kooperatif tipe

STAD ini merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan

menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap

kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.Diawali dengan penyampaian

tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan

penghargaan kelompok.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi di SMK SANJAYA PAKEM


(55)

C. Subjek dan objek penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas X Akuntansi di SMK

Sanjaya Pakem yang beralamat di Jalan Kaliurang km 17 Pakem

Yogyakarta. SMK Sanjaya Pakem ini di pilih karena berkaitan dengan

materi yang akan digunakan yaitu persamaan dasar akuntansi untuk

meningkatkan keterampilan sosial dan prestasi belajar siswa.

2. Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan sosial dan

prestasi belajar siswa.

D. Operasionalisasi Variabel

1. Keterampilan sosial adalah keterampilan-keterampilan khusus yang

disebut dengan keterampilan kooperatif yang berfungsi untuk

melancarkan hubungan kerja dan tugas.

2. Prestsi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajarnya yakni suatu penilaian akhir

dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang.

E. Teknik pengumpulan Data

Sesuai dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini,


(56)

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan dan

perkembangan pembelajaran akuntansi yang dilakukan oleh para

siswa. Observasi yang akan digunakan adalah observasi terstruktur

yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa

yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya. Observasi ini

digunakan sebagai alat pengumpul data yang dilakukan dengan

mengamati situasi awal didalam kelas yang mencakup observasi

kegiatan guru, kegiatan kelas, kegiatan siswa, dan keterampilan sosial

siswa.Dalam penelitian ini peneliti meminta bantuan teman peneliti

untuk mengamati keterampilan sosial siswa saat diskusi kelompok

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,

2004: 135). Kuesioner inidigunakan untuk mengukur tingkat

keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Teknik Evaluasi/Tes

Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan atau

keberhasilan pelaksanaan tindakan.Tes yang digunakan adalah soal


(57)

kemampuan awal dan hasil pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada pelajaran akuntansi.

4. Dokumentasi

Merupakan pengumpulan data objektif sekolah yang

berhubungan dengan masalah penelitian. Cara mengumpulkan data

melalui peninggalan tertulis, yaitu berupa : daftar hadir, silabus, hasil

karya peserta didik, hasil karya guru, arsip, lembar kerja, dan lain-lain.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang ditempuh dalam

penelitian dari awal hingga akhir. Adapun prosedur penelitian ini terdiri dari

beberapa tahapan kegiatan, yaitu:

1. Pra penelitian

Kegiatan pra penelitian ini adalah tahap observasi.Tahap ini

dilakukan sebelum penerapan model pembelajaran STAD.Tujuan

adalah untuk mengamati kegiatan guru, kegiatan siswa serta keadaan

kelas sebagai masukan dalam rangka perumusan tindakan.

a. Observasi kegiatan guru

Instrument observasi yang diamati dalam observasi ini

adalah keterampilan guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran. Lembar observasi meliputi kegiatan pra

pembelajaran, kegiatan awal (melakukan apersepsi dan

mengemukakan tujuan pembelajaran), kegiatan inti (penggunaan


(58)

pembelajaran) dan kegiatan penutup (evaluasi dan refleksi) yang

dilaksanakan oleh guru selama pembelajaran berlangsung.Hal

yang diobservasi adalah mengenai aktivitas guru secara umum

selama pembelajaran berlangsung.

b. Observasi kegiatan siswa

Instrumen observasi yag digunakan adalah lembar

observasi terhadap perilaku dan sikap siswa selama kegiatan

pembelajaran. Lembar obervasi ini meliputi kegiatan awal,

kegiatan inti, sampai dengan kegiatan penutup siswa selama

pembelajaran berlangsung. Peneliti akan membagikan kuisioner

kepada sswa guna untuk mengetahui keterampilan sosial awal

siswa sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

c. Observasi Kondisi Fisik Kelas

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas

secara keseluruhan yang meliputi interaksi antar siswa dalam

kelas, tata letak, lingkungan fisik kelas.

d. Kuesioner keterampilan sosial siswa

Siswa diminta mengisi kuesioner keterampilan sosial

untuk mengetahui keterampilan awal siswa. Sehingga peneliti


(59)

e. Wawancara pada guru

Wawancara pada guru dilakuan untuk mengetahui

metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru, alas an

guru menggunakan metode tersebut, serta tingkat keberhasilan

dengan menggunakan metode tersebut. Selain itu juga untuk

mengetahui masalah-masalah yang sering muncul di dalam

kelas.

f. Wawancara pada siswa

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui pendapat

siswa terhadap metode pembelajaran yang sering digunakan

guru, tingkat pemahaman siswa, serta mengetahui pembelajaran

seperti apa yang diinginkan siswa.

2. Pelaksanaan penelitian

a. Siklus I

1) Perencanaan

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan/dilakukan

pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a) Pembagian kelompok

Guru menggali data awal karakteristik siswa untuk

mengetahui kemampuan dan tingkat pemahaman

siswa. Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa


(60)

siswa per kelompok.Pembagian kelompok ini

didasarkan pada tingkat prestasi siswa.

b) Menyusun perangkat pembelajaran

Dengan menggunakan perangkat yang digunakan:

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan

model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, materi

yang dipelajari, lembar diskusi kelompok, dan

lembar jawab siswa.

c) Instrument pengumpulan data

Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data,

meliputi:

(1) Lembar observasi kegiatan guru

(2) Lembar observasi aktivitas siswa

(3) Lembar observasi aktivitas kelas

(4) Lembar observasi keterampilan sosial siswa

(5) Soal post tes

(6) Lembar refleksi

(7) Kuesioner keterampilan sosal setelah STAD.

2) Pelaksanaan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Pendahuluan


(61)

(2) Guru menyampaikan apersepsi

(3) Memotivasi siswa

(4) Menyampaikan kompetensi pembelajaran

b) Kegiatan inti

(1) Guru menjelaskan mekanisme pembelajaran

dengan model kooperatif tipe STAD

(2) Siswa berkumpul dengan kelompok yang

sudah ditentukan sebelumnya.

(3) Guru mempresentasikan materi di depan kelas

dan meminta siswa untuk memperhatikan.

(4) Siswa bekerja sama di dalam kelompok untuk

mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh

guru. Setiap kelompok harus memastikan

semua anggota kelompok paham dengan tugas

dan jawaban mereka, karena setelah selesai

mengerjakan tugas guru meminta setiap

kelompok maju kedepan untuk

mempresentasikan hasil diskusi mereka.

(5) Setiap kelompok maju ke depan kelas

mempresentasikan hasil diskusi mereka sesuai


(62)

c) Kegiatan penutup

(1) Siswa mengerjakan soal-soal tes evaluasi

secara individu

(2) Guru bersama siswa membuat kesimpulan

pembelajaran

(3) Konfirmasi

(4) Refleksi

3) Observasi

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan atau tindakan kelas dilakukan.Peneliti

melakukan observasi terhadap guru, yaitu mengamati

kegiatan guru pada saat pembelajaran berlangsung untuk

mengetahui apakah guru melaksanakan tugasnya dengan

baik.Peneliti juga melakukan observasi terhadap siswa,

yaitu mengamati apakah selama pembelajaran berlangsung

siswa melakukan pembelajaran yang dirancang dengan

baik atau tidak.Selain itu juga untuk mengamati interaksi

siswa dalam kelompok selama proses pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

4) Refleksi

Refleksi dilakukan setelah pembelajaran

berakhir.Siswa dan guru diminta mengisi lembar


(63)

kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan

pemecahannya untuk memperbaiki dalam pertemuan

selanjutnya (Siklus II).

b. Siklus II

Siklus kedua dilakukan untuk melakukan perbaikan jika

hasil siklus pertama tidak berhasil atau masih kurang baik.Tetapi

jika hasil siklus pertama sudah baik maka siklus kedua

dilakukan untuk memperkuat hasil dari siklus pertama.

G. Pengukuran Variabel Keterampilan Sosial

Menurut Lungdren dalam Rusman (2011: 210) aspek-aspek yang

diamati dalam keterampilan sosial siswa adalah sebagai berikut:

Table 3.1

Operasionalisasi Variabel keterampilan sosial

Dimensi Indikator No item

Positif Negatif

1. Keterampilan kooperatif tingkat awal

2. Keterampila

a. Menggunakan kesepakatan b. Menghargai konstribusi c. Mengambil giliran dan

berbagi tugas

d. Berada dalam kelompok e. Berada dalam tugas f. Mendorong partisipasi g. Mengundang orang lain

untuk berbicara

h. Menyelesaikan tugas pada waktunya

i. Menghormati perbedaan individu

a. Menunjukkan penghargaan 1 3,4 5 8 9 10 11, 12 2 6 7


(64)

Dimensi Indikator No item Positif Negatif kooperatif tingkat menengah 3. Keterampilan sosial tingkat mahir

dan simpati b. Mengungkap

ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima c. Mendengarkan dengan

aktif d. Bertanya

e. Membuat ringkasan f. Menafsirkan

g. Mengatur dan mengorganisir

h. Menerima tanggung jawab i. Mengurangi ketegangan

a. Mengelaborasi

b. Memeriksa dengan cermat c. Menanyakan kebenaran d. Menetapkan tujuan e. Berkompromi 14 15 20 22 23 24 13 16 17 18 19 21 25

Selain keterampilan sosial pada ketiga tingkat di atas, peneliti juga

akan menggali data mengenai siswa saat ada di depan kelas untuk

menyampaikan hasil kerja kelompok ataupun mengenai siswa yang tidak

maju dalam menanggapi teman lain yang sedang ada di depan kelas dengan

operasionalisasi variabel yang juga dibuat berpatokan pada Lungdgren

(Rusman, 2011: 210) sebagai berikut:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Keterampilan Sosial dalam Diskusi Kelas

Dimensi Indikator No. Item Positif Negatif 1. Keterampilan

menyampaikan di depan umum

a. Menerima tanggung jawab b. Menghormati perbedaan

individu

26,27


(1)

Lampiran 60

Wawancara Terhadap Guru

Peneliti : Kesan dan pesan setelah menggunakan metode pembelajaran akuntansi ?

Guru : Setelah menggunakan metode stad saya lebih senang karena siswa itu antara yang pintar dengan yang belum paham itu membaur menjadi satu karena dikelompokkan secara heterogen. Kemudian siswa yang aktif dapat mengingatkan yang tidak aktif untuk bekerja bareng-bareng. Ternyata siswa yang pintar juga sudah tidak mendominasi karena siswa maju secara bergiliran jadi semua aktif. Siswa yang biasanya tidak mau maju bisa mendapatkan giliran untuk maju ke depan kelas.

Peneliti : Apakah para siswa dapat bekerja sama ? Guru : Bisa.

Peneliti : Apakah setelah pembelajaran pemahaman siswa menjadi meningkat? Guru : Kalau dari siklus satu sudah mulai kelihatan. Bahwa siswa yang

biasanya nilai-nilainya dibawah KKM ternyata mulai meningkat. Peneliti : Saran apa untuk memperbaiki pembelajaran kooperatif tipe STAD ? Guru : Saya berharap dapat mengajak siswa untuk menyadari pentingnya

mempelajari akuntansi. Kemudian bisa mencari metode mana yang tepat untuk suatu materi.


(2)

Lampiran 61

Refleksi Guru Mitra

Terhadap Komponen Pembelajaran dan metode STAD Siklus II

Observer, Guru Mitra,

Penny Handayani B. Endah Wahyuningsih, S. Pd.

NIM: 101334064 NIP.

-No. Uraian Komentar

1 Penilaian guru terhadap komponen pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran kooperatif yang diterapkan

Lebih mudah dari siklus I karena menggunakan LCD dan laptop

2 Penilaian guru terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran akuntansi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Siswa diajak untuk dapat mengoperasikan laptop

Siswa menjadi aktif

3 Hambatan yang dirasakan dalam kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Ada beberapa siswa yang masih gagap teknologi

4 Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Lebih terarah

Siswa dapat bekerja sama 5 Keberhasilan yang telah dicapai

ketika diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Dalam pencapaian nilai lebih baik dari siklus I, karena di siklus II ini semua peserta didik dapat mencapai KKM 6 Hal-hal apa saja yang perlu

diperbaiki dalam pelaksanaan pembelajaran akuntansi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Menumbuhkan semangat dan kreatifitas siswa

7 Minat siswa mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan metode yang biasa digunakan guru.

Ya, siswa berminat terhadap model pembelajaran ini


(3)

Lampiran 62


(4)

(5)

(6)

Lampiran 63

PERHITUNGAN PAP Tipe II

Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II :

Interval skor Kriteria

81%-100% Sangat baik

66%-80% Baik

56%-65% Cukup

46%-55% Kurang baik

Di bawah 46% Sangat kurang baik

Jumlah butir kuesioner : 32 butir Nilai tertinggi : 5 x 32 = 160 Nilai terendah : 1 x 32 = 32

1. 32 + (81% x (160–32) = 135,68dibulatkan menjadi 136. 2. 32 + (66% x (160–32) = 116,48dibulatkan menjadi 117 3. 32 + (56% x (160–32) = 103,68dibulatkan menjadi 104 4. 32 + (46% x (160–32) = 90,88dibulatkan menjadi 91

Jadi, interval skor keterampilan sosial siswa berdasarkan PAP Tipe II adalah sebagai berikut :

Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II :

Interval skor Kriteria

136–160 Sangat baik

117–135 Baik

104–116 Cukup

91–103 Kurang baik


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA.

0 2 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERBANTUAN ANIMASI DAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA.

0 0 33

Rancangan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa.

0 1 103

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) guna meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar pada mata pelajaran akuntansi.

0 2 302

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) GUNA MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

0 0 300

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI

0 1 239