Pengembangan lembar kerja siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain di lingkungan sekolah untuk siswa kelas dua (II) Sekolah Dasar.

(1)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SUBTEMA BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH UNTUK SISWA

KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR Elisabeth Awe

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilakukan karena guru masih membutuhkan contoh LKS menggunakan pendekatan saintifik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa lembar kerja siswa mengacu pada kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain dilingkungan sekolah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan Lembar Kerja Siswa dilakukan dengan langkah penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg dan Gall dan Sugiyono. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana , yang dijadikan landasan dalam penelitian. Pengembangan dilakukan meliputi lima langkah pengembangan yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) pengembangan produk, 4) validasi produk, dan 5) revisi produk hasil validasi, hingga menghasilkan desain produk akhir berupa LKS menggunakan Pendekatan Saintifik pada subtema Bermain di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II SD. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SDN Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas lembar kerja siswa oleh dua orang pakar kurikulum 2013 dan dua orang guru kelas II sekolah dasar.

Berdasarkan hasil validasi produk dua pakar kurikukum SD 2013 dan media LKS memberikan skor 4 “baik” dan 3,81 “ baik”, dua Guru kelas II memberikan skor 3.62 “baik” dan 3.81 ”baik”. LKS menggunakan pendekatan saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 3,81 dan termasuk dalam kategori “baik”. Validasi berpedoman pada 16 aspek yaitu (1) kelengkapan unsur-unsur LKS, (2) rumusan petunjuk/ instruksi LKS, (3) rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, (4) ketercapaian indikator/ tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan pada LKS, (6) tampilan LKS, (7) penggunaan kata tanya mengapa dan bagaimana dalam LKS, (8) menanya, (9) mengamati, (10) mencoba, (11) menganalisis, (12) menalar, (13) mengomunikasikan, (14) keterpaduan antar mata pelajaran, (15) suasana pembelajaran, dan (16) refleksi. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk /uji coba dengan revisi sesuai saran.

Kata kunci : Pendekatan saintifik, lembar kerja siswa, Subtema Bermain di Lingkungan Sekolah.


(2)

ix ABSTRACT

THE DEVELOMENT OF STUDENT’S WORKSHEET BY USING SCIENTIFIC APPROACH

ON THE SUBTHEME “BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH” FOR THE SECOND GRADE ELEMENTARY SCHOOL

Elisabeth Awe Universitas Sanata Dharma

2016

This research was done because the teacher still needs the worksheets model which use the scientific approach. The main objective of this research is to produce a product in the form of worksheets using a scientific approach to the sub-theme of “Bermain di Lingkungan Sekolah” at the second grade of primary school students.

This research was research and deveplopment. The worksheet development done with the steps of research and development of modivication between models. according to Borg & Gall and Sugiyono. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were: (1) analysis of the problem, (2) data collection, (3) product development, (4) validation of the product, and (5) the revision of the product, the produce a final product design in the form of worksheets students use a scientific approach to the subthemes.Bermain di Lingkungan Sekolah For the Second Grade of Kalasan elementary school. The Instruments used in this study is a list of interview questions and the needs analysis questionnaire. Interviews are used to analyze the teachers’ needs at the second grade of Kalasan I elementary school, Sleman, while the questionnaire is used to validate the quality of worksheet which use the scientific approach by the two elementary school curriculum experts of 2013 and the two teachers of the second grade of primary state.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 4 (good) and 3.81 (good), and the two teachers of the first grade of primary state showed result on the score of 3.62 (good) and 3.81 (good). The learning instrument got mean score 3,81 and it was categorized as “good”. The result of the validation was based on 16 aspects which were: (1) the completeness of the worksheets’ elements, (2) the formulation of guidance / worksheets’ instruction, (3) the woksheets’ formulation of the learning activities, (4) the indicators achievement/ learning objectives in learning activities, (5) language used in worksheet, (6) the worksheet display, (7) the use of the questions words why and how in the worksheet, (8) asking, (9) observing, (10) trying, (11) analysis, (12) reasoning, (13) communicating, (14) the integration between subjects, (15) the atmosphere of learning, and (16) reflections. This shows the worksheet developement using the scientific approach is feasible to use for testing in learning activities in the second grade of elementary school.

Word :Scientific Approach , Student Worksheet, Subtheme Bermain di Lingkungan Sekolah.


(3)

i

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA

SUBTEMA BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH UNTUK

SISWA KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Elisabeth Awe NIM. 121134265

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan yang Maha Esa

Yang selalu memberi bimbingan, kemudahan dan

kelancaran dalam mengerjakan penelitian ini.

Ayah dan Ibu Tercinta

Yang selalu memberi perhatian dan kasih sayang.

Kakak dan Adik-adikku

Anggela Ega, Beni Ngoju, Shinta Dhiju, dan Rin Bhoki dan

kelurga

Besarku yang selalu memberikan motivasi kepada saya.

Teman-teman PPGT angkatan 1, II, III

Yang memberikan motivasi dan dukungan kepada saya

selama

menyelesaikan skripsi.

Teman-teman tersayang

Ayu dan Etty yang selalu membantu saya.

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku

Universitas Sanata Dharma


(7)

v MOTTO


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SUBTEMA BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH UNTUK SISWA

KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR Elisabeth Awe

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilakukan karena guru masih membutuhkan contoh LKS menggunakan pendekatan saintifik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa lembar kerja siswa mengacu pada kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain dilingkungan sekolah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan Lembar Kerja Siswa dilakukan dengan langkah penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg dan Gall dan Sugiyono. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana , yang dijadikan landasan dalam penelitian. Pengembangan dilakukan meliputi lima langkah pengembangan yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) pengembangan produk, 4) validasi produk, dan 5) revisi produk hasil validasi, hingga menghasilkan desain produk akhir berupa LKS menggunakan Pendekatan Saintifik pada subtema Bermain di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II SD. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SDN Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas lembar kerja siswa oleh dua orang pakar kurikulum 2013 dan dua orang guru kelas II sekolah dasar.

Berdasarkan hasil validasi produk dua pakar kurikukum SD 2013 dan media LKS memberikan skor 4 “baik” dan 3,81 “ baik”, dua Guru kelas II memberikan skor 3.62 “baik” dan 3.81 ”baik”. LKS menggunakan pendekatan saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 3,81 dan termasuk dalam kategori

“baik”. Validasi berpedoman pada 16 aspek yaitu (1) kelengkapan unsur-unsur

LKS, (2) rumusan petunjuk/ instruksi LKS, (3) rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, (4) ketercapaian indikator/ tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan pada LKS, (6) tampilan LKS, (7) penggunaan kata tanya mengapa dan bagaimana dalam LKS, (8) menanya, (9) mengamati, (10) mencoba, (11) menganalisis, (12) menalar, (13) mengomunikasikan, (14) keterpaduan antar mata pelajaran, (15) suasana pembelajaran, dan (16) refleksi. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk /uji coba dengan revisi sesuai saran.

Kata kunci : Pendekatan saintifik, lembar kerja siswa, Subtema Bermain di Lingkungan Sekolah.


(11)

ix ABSTRACT

THE DEVELOMENT OF STUDENT’S WORKSHEET BY USING

SCIENTIFIC APPROACH

ON THE SUBTHEME “BERMAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH” FOR THE SECOND GRADE ELEMENTARY SCHOOL

Elisabeth Awe Universitas Sanata Dharma

2016

This research was done because the teacher still needs the worksheets model which use the scientific approach. The main objective of this research is to produce a product in the form of worksheets using a scientific approach to the

sub-theme of “Bermain di Lingkungan Sekolah” at the second grade of primary

school students.

This research was research and deveplopment. The worksheet development done with the steps of research and development of modivication between models. according to Borg & Gall and Sugiyono. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were: (1) analysis of the problem, (2) data collection, (3) product development, (4) validation of the product, and (5) the revision of the product, the produce a final product design in the form of worksheets students use a scientific approach to the subthemes.Bermain di Lingkungan Sekolah For the Second Grade of Kalasan elementary school. The Instruments used in this study is a list of interview questions and the needs analysis questionnaire. Interviews are used to analyze the teachers’ needs at the second grade of Kalasan I elementary school, Sleman, while the questionnaire is used to validate the quality of worksheet which use the scientific approach by the two elementary school curriculum experts of 2013 and the two teachers of the second grade of primary state.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 4 (good) and 3.81 (good), and the two teachers of the first grade of primary state showed result on the score of 3.62 (good) and 3.81 (good). The learning instrument got mean score 3,81 and it was categorized as “good”. The result of the validation was based on 16 aspects which were: (1) the completeness of the worksheets’ elements, (2) the formulation of guidance /

worksheets’ instruction, (3) the woksheets’ formulation of the learning activities,

(4) the indicators achievement/ learning objectives in learning activities, (5) language used in worksheet, (6) the worksheet display, (7) the use of the questions words why and how in the worksheet, (8) asking, (9) observing, (10) trying, (11) analysis, (12) reasoning, (13) communicating, (14) the integration between subjects, (15) the atmosphere of learning, and (16) reflections. This shows the worksheet developement using the scientific approach is feasible to use for testing in learning activities in the second grade of elementary school.

Word :Scientific Approach , Student Worksheet, Subtheme Bermain di Lingkungan Sekolah.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengembangan LKS Menggunakan Pendekatan Saintifik pada Subtema Bermain di Lingkungan Sekolah Untuk Siswa Kelas Dua (II) Sekolah Dasar Negeri Kalasan I” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik. 5. Galih Kusumo. S.Pd.,M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013

yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

6. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013

yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

7. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku kepala sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah. 8. Catur Eny Rahayu. S.Pd. SD selaku guru kelas I SD Negeri Kalasan 1

yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian. 9. Purwanti. S.Pd. SD selaku guru kelas I SD Negeri Kalasan 1 yang telah


(13)

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Istilah ... 6

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 9

1. Lembar Kerja Siswa ... 9

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa ... 9

b. Karateristik Lembar Kerja Siswa ... 10

c. Jenis-Jenis Lembar Kerja Siswa ... 11

d. Langkah-Langkah Lembar Kerja Siswa ... 13


(15)

xiii

2. Kurikulum 2013 ... 18

a. Urgensi Pengembangan Kurikulum ... 18

b. Karateristik Kurikulum 2013 ... 20

c. Pendidikan Karakter ... 24

d. Pendekatan Tematik Integratif ... 29

e. Pendekatan Saintifik ... 32

f. Penilaian Outentik ... 35

3. Pendekatan Saintifik ... 41

a. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 41

b. Karateristik Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 43

c. Tujuan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 43

d. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik ... 44

B. Penelitian yang Relevan ... 45

C. Kerangka Pikir ... 47

D. Pertanyaan Penelitian... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Prosedur Pengembangan ... 50

1. Potensi dan Masalah ... 57

2. Pengumpulan Data ... 58

3. Desain Produk ... 58

4. Validasi Ahli Media LKS ... 59

5. Revisi Desain ... 60

C. Jadwal Penelitian ... 60

D. Validasi Ahli Kurikulum SD 201 ... 61

E. Validasi Guru Kelas II SDN Kalasan Baru ... 62

F. Instrumen Penelitian ... 62

G. Teknik Pengumpulan Data ... 66

H. Teknik Analisis Data ... 66

1. Data Kualitatif ... 66

2. Data Kuantitatif ... 67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


(16)

xiv

A. Analisis Kebutuhan ... 71

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan... 71

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 75

B. Deskripsi Produk Awal ... 76

C. Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 78

D. Data Hasil Validasi Guru Kelas II Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 79

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 84

1. Kajian Produk Akhir ... 85

2. Pembahasan... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 89

B. Keterbatasan Penelitian ... 90

C. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN ... 95


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Alasan Pengembangan Kurikulum ... 19

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 60

Tabel 3.2 Panduan Wawancara Survei Kebutuahan ... 62

Tabel 3.3 Lembar Kuesioner Instrumen Validasi LKS ... 63

Tabel 3.4 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala Lima ... 67

Tabel 3.5 Kriteria Skor Skala Lima ... 89

Tabel 4.1 Komentar Pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS Serta Revisi ... 79

Tabel 4.2 Komentar guru kelas II SD dan Revisi ... 83

Tabel 4.3 Rekapitulasi Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS dan Guru Kelas II SD ... 87


(18)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Langkah-Langkah Penyusunan LKS ... 14

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ... 47

Bagan 3.1 Model Pengembangan Bord & Gall ... 51

Bagan 3.2 Model Pengembangan Sugiyono ... 53


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Validasi ... 96

Lampiran 2 Surat Ijin Observasi dan Wawancara ... 97

Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian ... 98

Lampiran 4 Panduan Wawancara Survei Kebutuhan... 99

Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 102

Lampiran 6 Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas II SD Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 108

Lampiran 7 Silabus ... 114

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 133

Lampiran 9 Biodata Penulis ... 253 Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa (Dicetak Terpisah) ...


(20)

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Melalui pendidikan seseorang bisa mendapatkan pengetahuan yang baik. Untuk mencapai pendidikan yang baik dan berkualitas diperlukan sistem pembelajaran yang berkualitas pula. Pendidikan berkualitas dalam proses pembelajaran yang diperoleh siswa seharusnya tidak melalui pemberian informasi melainkan melalui proses pemahaman tentang pengetahuan. Salah satu contoh dalam menerapkan pendidikan yaitu disekolah. Di sekolah banyak siswa mendapatkan pendidikan yang layak dengan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Permendikbud).


(22)

Berdasarkan hal tersebut maka kurikulum adalah sebuah bentuk elemen pendidikan yang dijadikan sebagai alat untuk mencapai pendidikan dan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.

Di Indonesia perubahan kurikulum mengalami perjalanan yang sangat panjang dari rencana pembelajaran 1947, kurikulum 1952, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975/1976, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum berbasis kompetensi 2004 dan 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan hingga terakhir ini kurikulum 2013 (Hidayat, 2013:10-16). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat sejarah kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian, dengan tujuan untuk membentuk kualitas pendidikan yang bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan siswa.

Kurikulum SD 2013 melaksanakan pembelajaran tematik terpadu dan prosesnya dengan pendekatan saintifik. Penerapan pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan saintifik membawa implikasi perubahan dalam pembelajaran di SD. Perubahan itu mengakibatkan perubahan buku siswa, buku guru, sistem penilaian, pelaksanaan program remedial dan pengayaan, Agar semua pemangku kepentingan pendidikan dasar memiliki persepsi yang sama dalam pelaksanaan Kurikulum SD 2013, maka dibutuhkan adanya pedoman pelaksanaan pembelajaran yang bersifat teknis. Dalam Kurikulum 2013, pemerintah menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik (scientific appoach). Pendekatan saintifik juga mengasah keterampilan siswa dalam mengamati,


(23)

menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring atau dapat menghubungkan keterkaitan pada semua mata pelajaran. Melalui pendekatan ini diharapkan siswa dapat meningkatkan atau menyeimbangkan antara kemampuan dalam berinteraksi sosial (soft skill), dan manusia yang memiliki kecakapan intelektual atau pengetahuan (hard skill), yang meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Modul Guru Kelas SD, 2013).

Dalam pendekatan saintifik, menuntut agar dapat mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan. Salah Kegiatan belajar yang menyenangkan dengan menciptakan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu bentuk alat yang digunakan dalam proses pembelajaran dan dapat membangkitkan minat belajar siswa. Salah satu media pembelajaran yang digunakan adalah media LKS. Media LKS dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik minat siswa dan memberikan motivasi kepada siswa.

Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait penggunaan Lembar Kerja Siswa pada tanggal 29 Juni pukul 10.00 WIB SDN Kalasan 1 dengan Ibu E.C, guru mengatakan media LKS sangat diperlukan siswa dalam proses pembelajaran karena media LKS merupakan bukti nyata dari pekerjaan siswa yang harus diselesaikan. Media LKS dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, menarik minat siswa. Tetapi pada saat pembuatan media LKS guru E.C mengatakan bahwa guru belum kreatif dalam membuat LKS alasannya guru belum memahami komponen-komponen yang harus ada di dalam LKS yang menggunakan pendekatan


(24)

saintifik. Selain itu, guru belum baik dalam mengaplikasikan teknologi informasi yang semakin berkembang. Sehingga dalam proses pembelajaran guru dimanja dengan menggunakan media LKS yang diperjualbelikan oleh penerbit. Hal ini menyebabkan guru menjadi tidak inovatif, kreatif, dan tidak menghiraukan kompetensi yang akan diperoleh siswa.

Pada saat melakukan wawancara dengan guru E.C, beliau juga mengatakan bahwa LKS yang diperjualbelikan kurang baik dalam hal segi isi kurang variatif, kalimat-kalimat kurang jelas. Beliau juga mengatakan media LKS yang diperjualbelikan kadang-kadang tidak berpegang pada silabus dan RPP dan kata yang tulis juga sulit dipahami oleh siswa. Dalam hal ini, guru menyadari akan kesulitan yang dialami dalam mengembangkan LKS, terutama dalam hal membuat LKS, karena selama ini, guru hanya membeli LKS dari penerbit. Oleh karena itu, guru sangat membutuhkan contoh LKS yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 guna untuk mengembangkan pembelajaran di kelas dan tercapainya tujuan implemetasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.

Dengan melihat adanya masalah tersebut dan pentingnya diadakan contoh-contoh media pembelajaran Kurikulum SD 2013, maka peneliti mencoba memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan Pengembangan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik pada Subtema Bermain Di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II SD.


(25)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengembangkan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik pada Subtema Bermain Di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk LKS menggunakan pendekatan saintifik pada subtema Bermain Di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengembangkan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik pada Subtema Bermain di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk LKS menggunakan pendekatan saintifik pada subtema Bermain di Lingkungan Sekolah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa

Bagi peneliti dapat memperoleh pengalaman melakukan penelitian Research and Development (R&D) khususnya penggunaan pendekatan saintifik dalam upaya untuk Mengembangkan Lembar Kerja siswa dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Bermain di lingkungan Sekolah Kelas II Sekolah Dasar.

2. Bagi guru

Bagi guru dapat memperoleh inspirasi terkait dengan penelitian Research and Development (R&D), dan memperoleh contoh Lembar


(26)

Kerja siswa khususnya Lembar Kerja Siswa Mengacu pada Pendekatan Saintifik Pada Subtema Bermain Di Lingkungan Sekolah kelas II Sekolah Dasar.

3. Bagi sekolah

Bagi sekolah, dapat memperoleh contoh lembar kerja siswa kurikulum 2013 dan bahan bacaan tambahan terkait dengan penelitian Research and Development (R&D) khususnya penggunaan pendekatan saintifik dalam upaya untuk Mengembangkan Lembar Kerja Siswa Pada Subtema Bermain Di Lingkungan Sekolah Kelas II Sekolah Dasar. 4. Bagi Prodi PGSD

Bagi prodi PGSD dapat memperoleh bahan bacaan tambahan perpustakan terkait dengan penelitian Research and Development (R&D) khususnya penggunaan pendekatan saintifik dalam upaya untuk Mengembangkan Lembar Kerja Siswa Pada Subtema Bermain di Lingkungan Sekolah Untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka beberapa istilah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di Sekolah Dasar dengan menerapkan


(27)

pembelajaran tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter, dan penilaian autentik.

2. Pendekatan saintifik adalah pendekatan berbasis ilmiah dengan menekankan metode ilmiah meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengomunikasikan dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

3. Lembar kerja siswa adalah bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis dan atau praktis, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain.

4. Subtema “Bermain di Lingkungan Sekolah” adalah subtema yang

memuat tentang Kompetensi Dasar dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan tentang bermain di sekitar lingkungan sekolah.

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

Produk yang akan dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut :

1. Unsur-unsur LKS disusun lengkap yang terdiri dari : a. Identitas LKS terdiri dari :

1) Satuan pendidikan 2) Kelas/Semester 3) Tema / Subtema 4) Mata pelajaran terkait 5) Alokasi waktu


(28)

6) Pertemuan keberapa b. Petunjuk umum

c. Tujuan pembelajaran dari setiap indikator mata pelajaran terkait d. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan mengamati, menanya,

mencoba, menalar, dan mengomunikasikan yang dilengkapai dengan tugas dan langkah-langkah kerja.

e. Refleksi

2. LKS disusun dengan menggunakan bahasa yang singkat, sederhana, dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik

3. LKS memungkinkan tercapainya indikator/tujuan pembelajaran

4. LKS secara runtut sesuai dengan kegiatan pembelajaran dalam pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengomunikasikan)

5. LKS disusun dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran

6. LKS disusun dengan tampilan yang menarik dan dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.


(29)

9 BAB ll

LANDASAN TEORI

A.Kajian Pustaka 1. Lembar Kerja Siswa

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa

Majid (2009:176) mengungkapkan bahwa lembar kerja siswa (student work sheet) merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas teori dan atau tugas praktik. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat rangkuman yang selanjutnya dipresentasikan, sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga bawang merah dan bawang putih dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat atau dapat berupa menyelesaikan suatu permasalahan. Tim Penyusun Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas (2004:23) menjelaskan bahwa lembar kerja siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. Jadi, dari kedua pendapat ahli di atas, ditemukan kesamaan bahwa lembar kerja siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.


(30)

Trianto (2010:212) mengatakan bahwa “lembar kegiatan siswa merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan

kegiatan terprogram”. Depdikbud dalam Trianto (2010:212) menjelaskan

bahwa lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa secara aktif. Kegiatan yang diberikan dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan pertanyaan. Belawati (2003:322) mengemukakan bahwa LKS bukan merupakan “Lembar Kegiatan Siswa”, akan tetapi Lembar Kerja Siswa”. LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, dalam LKS, siswa dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan lembaran-lembaran yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk yang harus dikerjakan oleh siswa.

b. Karateristik Lembar Kerja Siswa

Trianto (2010:212) menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa dibagi dalam dua karakteristik, yaitu 1) lembar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan peserta didik dalam menemukan konsep dalam suatu tema, dan lembar kegiatan ini tidak terstruktur; 2) lembar kegiatan siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses pembelajaran tanpa bimbingan guru dan lembar kegiatannya terstruktur. Dalam menyusun lembar kegiatan siswa, ada beberapa kriteria yang harus ditentukan yaitu 1) mengacu pada kurikulum; 2) mendorong


(31)

siswa untuk belajar dan bekerja; 3) bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh peserta didik; dan 4) tidak dikembangkan untuk menguji konsep-konsep yang sudah diujikan guru dengan cara duplikasi.

Ibrahim dalam Trianto (2010:213) mengungkapkan bahwa dalam mengembangkan lembar kegiatan, siswa harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi, dan teknis. Maksud dari persyaratan pedagogik adalah lembar kegiatan siswa yang dibuat harus berdasarkan asas-asas pembelajaran yang efektif, seperti memberi proses menemukan konsep dan petunjuk mencari tahu. Maksud dari persyaratan konstruksi adalah dalam mengembangkan lembar kegiatan siswa, harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami yang sesuai dengan usianya, menggunakan struktur kalimat yang sederhana dan pendek, serta jelas. Selain itu, harus memiliki tujuan belajar jelas, memiliki identitas untuk memudahkan mengadministrasinya. Maksud dari persyaratan teknis adalah dalam mengembangkan lembar kegiatan siswa, harus mencakup tulisan, gambar, dan tampilan.

c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa

Setiap LKS disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. (Prastowo, 2014:272) mengemukakan ada 5 jenis LKS yaitu sebagai berikut:

1) LKS yang Penemuan (Membuat Siswa Menemukan Suatu Konsep) Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. Ini merupakan salah satu karakteristik pembelajaran tematik. LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi: melakukan,


(32)

mengamati, dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa kemudian mintalah siswa untuk mengamati fenomena hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaan analisis yang membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan dibangun siswa dalam benaknya.

2) LKS yang Aplikatif-Integratif (Membuat Siswa Menerapkan dan Mengintegrasikan Berbagai Konsep yang Telah Ditemukan)

Di dalam suatu pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa selanjutnya kita latih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini contoh LKS yang membantu siswa menerapkan cara merawat anggota tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Caranya dengan memberikan tugas kepada mereka untuk bertanya dan menonton video, kemudian meminta mereka berlatih mencuci tangan dan menggosok gigi. Dengan siswa dilatih untuk mencuci tangan sebelum makan dan gosok gigi setelah makan, maka hal ini telah memberikan jalan bagi terimplementasikannya keterampilan merawat anggota tubuh bagi siswa.

3) LKS yang Penuntun (Berfungsi sebagai Penuntun Belajar)

LKS penuntun berisi pertanyaan atau jawabannya ada di dalam buku. Siswa dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini ialah membantu siswa mencari, menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku.


(33)

4) LKS yang Penguatan (Berfungsi sebagai Penguatan)

LKS penguatan diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS penguatan lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar. 5) LKS yang Praktikum (Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum)

Kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam bentuk LKS ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.

Trianto (2011:244) menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa dibagi menjadi dua macam yaitu: (1) lembar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan, dan menemukan konsep dalam suatu tema atau yang disebut dengan lembar kegiatan siswa tak berstruktur, (2) lembar kegiatan siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses belajar mengajar dengan atau tanpa bimbingan guru atau yang disebut dengan lembar kegiatan siswa berstruktur.

Jenis lembar kerja siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah jenis lembar kerja siswa yang penemuan ( membuat siswa menemukan suatu konsep) dan lembar kerja siswa yang Aplikatif-Integratif ( membuat siswa menerapkan dan mengintegrasikan bebagai konsep yang telah ditemukan).

d. Langkah-langkah Lembar Kerja Siswa

Keberadaan LKS dalam kegiatan pembelajaran menjadi salah satu hal yang sangat penting karena LKS lebih bersifat kontekstual dengan situasi dan


(34)

kondisipeserta didik maupun sekolah sehingga menuntut guru untuk membuat LKS. LKS yang dibuat harus bersifat inovatif dan kreatif dengan tujuan agar dapat menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan ( Prastowo, 2014:274).

Berikut ini adalah empat langkah – langkah dalam penyusunan LKS lembar kerja siswa adalah : analisis kurikulum tematik, menyusun peta kebutuhan LKS, menentukan judul-judul LKS dan menulis LKS (menentukan KD dan indikator antar-mata pelajaran, menentukan tema sentral dan pokok bahasan, menentukan alat penilaian, menyusun materi dan memerhatikan struktur bahan ajar menurut ( Prastowo, 2014:275).

Bagan 2.1 Langkah-langkah Penyusunan LKS Analisis Kurikulum Tematik

Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Menentukan judul-judul LKS

Memetakan KD dan Indikator antar-Mata Pelajaran

Menentukan Tema Sentral dan Pokok Bahasan

Menentukan Alat Penilaian

Menyusun Materi

Memerhatikan Struktur Bahan Ajar Menulis LKS


(35)

1) Lakukanlah Analisis Kurikulum Tematik

Analisis kurikulum tematik merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi pokok dan pengalaman belajar manakah yang membutuhkan bahan ajar berbentuk LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi langkah analisisnya, dilakukan dengan cara melihat mater pokok dan pengalaman belajar, serta pokok bahasan yang akan dajarkan. Kemudian setelah itu, kita harus mencermati kompetensi antarmata pelajaran yang hendaknya dicapai siswa.

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui materi apa saja yang harus ditulis dalam LKS. Peta ini juga bisa untuk melihat sekuensi atau urutan materi dalam LKS. Sekuens LKS ini sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan materi.

3) Menentukan Judul LKS

Perlu diketahui bahwa judul LKS tematik ditentukan atas dasar tema sentral dan pokok bahasannya diperoleh dari hasil pemetaan kompetensi dasar, materi pokok atau pengalaman belajar antarmata pelajaran di SD/MI.

4) Penulisan LKS

Untuk menulis LKS, langkah-langkah yang perlu dilaksanakan, yaitu sebagai berikut: pertama, merumuskan indikator dan/atau pengalaman belajar antarmata pelajaran dari tema sentral yang telh disepakati. Kedua, menentukan alat peniilaian. Penilaian kita dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa. Karena pendekatan


(36)

pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, maka alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Dengan demikian, guru dapat menilainya melalui proses dan hasilnya. Ketiga, menyusun materi. Untuk penyusunan materi LKS, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan, yaitu.

a) Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapainya. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. b) Materi dapat diambil dari berbagai sumber, seperti: buku, majalah,

internet, dan jurnal hasil penelitian.

c) Supaya pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja di dalam LKS kita tunjukkan referensi yang digunakan agar siswa bisa membacanya lebih jauh tentang materi tersebut.

d) Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya.

Keempat, perhatikan struktur LKS. Ini merupakan langkah terakhir dalam penyusunan LKS, yaitu menyusun materi berdasarkan struktur LKS. Kita harus memahami bahwa struktur LKS terdiri dari enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas dan langkah-langkah kerja, dan penilaian.


(37)

e. Keunggulan dan kelemahan Lembar Kerja Siswa

Lismawati (2010:40) menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dan kelemahannya adalah sebagai berikut.

1) Keunggulan Lembar Kegiatan Siswa

a) Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus.

b) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang realistis.

c) Dapat memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.

d) Secara ekonomis, lebih hemat dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya.

2) Kelemahan Lembar Kerja Siswa

a) Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahami bagian-bagian tertentu.

b) Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan. c) Memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang

membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.

d) Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami.


(38)

2. Kurikulum 2013

a. Urgensi Pengembangan Kurikulum

Kunandar (2014:15) menjelaskan bahwa Indonesia sebagai bangsa dan negara akan terus menjalani sejarahnya. Ibarat sebuah organisme, negara Indonesia lahir, tumbuh, berkembang, dan mempertahankan kehidupannya untuk mencapai apa yang dicita-citakan di awal kelahirannya. Cita-cita luhur tersebut tercantum dalam UUD 1945 alinea ke empat, yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Dalam rangka mewujudkan kondisi di atas pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan pembaruan dan inovasi dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah pembaruan dan inovasi dalam bidang kurikulum, yakni lahirnya kurikulum 2013. Hidayat (2013:113) mengemukakan bahwa orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Kunandar (2014:16) mengemukakan jikalau pemerintah berasumsi bahwa pengembangan kurikulum mutlak diperlukan untuk


(39)

menjawab tantangan masa depan yang dihadapi bangsa Indonesia. Berikut ini merupakan alasan pengembangan kurikulum menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tabel 2.1 Alasan Pengembangan Kurikulum

No. Tantangan Masa Depan Kompetensi Masa Depan 1. Globalisasi: WTO, ASEAN

community, APEC, CAFTA

Kemampuan berkomunikasi 2. Masalah lingkungan hidup Kemampuan berpikir jernih dan

kritis 3. Kemajuan tekhnologi

informasi

Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan 4. Konvergensi ilmu dan

tekhnologi

Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab

5. Ekonomi berbasis pengetahuan Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda 6. Kebangkitan industri kreatif

dan budaya

Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal 7. Pergeseran ekonomi dunia Memiliki minat luas dalam

kehidupan

8. Pengaruh dan imbas teknosains Memiliki kesiapan untuk bekerja 9. Mutu, investasi dan

transformasi pada sektor pendidikan

memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat / minatnya

10. Hasil TIMSS dan PISA Memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan

b. Karateristik Kurikulum 2013

Kunandar (2014:24) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 dirancang dengan karateristik sebagai berikut.


(40)

1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.

2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari disekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyrakat sebagai sumber belajar

3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi disekolah dan masyarakat 4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan

berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan

5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran

6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horisontal dan vertikal).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013, kompetensi yang harus dicapai pada tiap akhir jenjang kelas dinamakan kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan anak tangga yang harus ditapak peserta didik untuk sampai pada kompetensi


(41)

lulusan jenjang SMP/MTs. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Kompetensi inti menyatakan kebutuhan kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi. Dengan demikaian, kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organisasi elemen) kompetensi dasar.

Kemdikbud (dalam Kunandar, 2014:27) memaparkan bahwa pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut. 1) Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan

merupakan daftar mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya disatu satuan atau jenjang pendidikan tertentu.

2) Standar kompetensi kelulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta standar kompetensi satuan pendidikan.


(42)

3) Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.

4) Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk kemampuan dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi.

5) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kmampuan individual perserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan diaas standar yang telah ditentukan. Oleh karena itu, beragam program dan pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik

6) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

7) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan budaya, teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu


(43)

pengetahuan, buadaya, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 8) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan

tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup.

9) Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlansung sepanjang hayat. Pemberdayaan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar.

10) Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, standar kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta silabus.

11) Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekuarangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik.

c. Pendidikan karakter

Dalam kamus Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang. Dumadi (dalam Adisusilo, 2012:76) menjelaskan bahwa karakter


(44)

berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang kemudian dipahami sebagai setempel atau

“cap”, berarti sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Kertajaya

(dalam Hidayatullah, 2010:13) menjelaskan karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu”. Gunawan (2012:3) mengemukakan bahwa karakter merupakan keadaan asli dari dalam diri individu yang membedakannya dengan orang lain.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut yakni Dumadi yang mengatakan karakter merupakan sifat-sifat yang melekat pada seseorang sedangkan Kertajaya berpendapat bahwa karakter ciri khas yang dimiliki oleh individu. Gunawan (2012:3) berpendapat karakter merupakan keadaan asli yang membedakan individual. Dapat disimpulkan dari ketiga pendapat tersebut bahwa karakter merupakan sifat-sifat atau budi pekerti yang menjadi ciri khas dari setiap individu yang membedakannya dengan orang lain. Ciri khas di sini dapat diartikan sebuah keutuhan kepribadian yang melekat dalam diri individu sebagai kekuatan moral dalam dirinya dan bertingkah laku sesuai dengan nilai yang terdapat di masyarakat.

Koesuma (dalam Muslich, 2013:70) memaparkan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Dimana kepribadian merupakan ciri atau kharasteristik dari diri seseorang yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga dari masa kecil. Suyanto (dalam Muslich, 2013:70) juga menyatakan bahwa karakter adalah sebuah cara berpikir tiap individu untuk bekerjasama dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini dipahami oleh Muslich (2013:71) bahwa karakter


(45)

berkaitan dengan moral, berkonotasi “positif” bukan netral. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karkter merupakan ciri khas atau kharaktersistik tiap individu yang diperoleh dari lingkungan keluarga sehingga individu tersebut terbentuk kepribadian yang bermoral sehingga individu dapat bekerjasama dengan masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Samani (dalam, Maksudin 2013:7) pendidikan karakter berpatok pada sikap jujur cerdas, punya cita-cita dan olahraga. Pendidikan karakter juga diperluas dengan budi pekerti luhur, kerja keras, dan disiplin. Menurut Lincona (dalam Salahudin dan Alkrienchie-chie, 2013:45) pendidikan karakter diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan akan membuat anak cerdas dalam emosinya. Adapun pendidikan karakter menurut Salahudin dan Alkrienchiechie (2013:45) adalah pendidikan budi pekerti yaitu, melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan.

Hill (dalam Muslich, 2013:38) mengatakan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berprilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Salahudin dan Alkrienchiechie (2013:45) menambahkan bahawa peran sekolah sangat penting dalam usaha pembentukan karakter. Dimana pendidikan karakter diartikan sebagai usaha sekolah yang dilakukan secara bersama oleh guru, pimpinan sekolah dan seluruh warga sekolah melalui semua kegiatan sekolah


(46)

untuk membentuk ahlak, watak melalui berbagai kebaikan yang terdapat dalam ajaran agama.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang mengembangkan kecerdasan emosional dan membantu membentuk kepribadian yang berahlak dan berwatak sehingga dapat bekerjasama dengan masyarakat dan bernegara dan mampu bertanggungjawab atas segala keputusan yang dibuatnya. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sekolah berperan penting dalam menanamkan pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam semua kegiatan yang dilakukan. Peran penting sekolah dalam penanaman pendidikan karakter dapat membantu siswa untuk menjadi pribadi yang berwatak dan mengaplikasikannya dalam kehidupannya.

Muslich (2013:81) mengatakan tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu dan seimbang. Ellen G. White (dalam Hidayatullah, 2010:17-18) mengemukan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Santosa (dalam Hidayatullah, 2010:18) menambahkan dalam membentuk harga diri yang kukuh dalam jiwa pelajar meupakan tujuan tiap pendidikan yang murni.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter telah tercantum dalam sistem pendidikan


(47)

nasional (Sisdiknas). Dimana tujuan dari pendidikan karakter dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bukan hanya cakap dalam pengetahuan namun memiliki kepribadian yang kukuh dan memiliki akhlak yang mulia.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan penanaman nilai kepada siswa untuk memfasilitasi siswa agar menjadi manusia yang berahlak, berwatak dan berkepribadian tangguh. Menurut Salahudian dan Alkrienchiechie (2013:54) nilai pendidikan karakter bangsa berasal dari nilai-nilai luhur universal. Nilai- nilai universal tersebut yaitu, (1) cinta Tuhan dan ciptaan-Nya, (2) kemandirian dan tanggung jawab, (3) kejujuran/ amanah dan diplomatis, (4) hormat dan santun, (5) dermawan suka tolong-menolong, gotong-royong, dan kerja sama, (6) percaya diri dan kerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan rendah hati, (9) toleransi kedamaian dan kesatuan. Sementara itu, Muslich (2013:80) mengemukakan bahwa bangsa Indonesia menyepakati beberapa nilai yang dijadikan pandangan filosofis kehidupan bangsa. Nilai-nilai tersebut meliputi (1) ketuhanan yang Maha Esa, (2) kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) persatuan Indonesia, (4) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan (5) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Selaras dengan nilai-nilai luhur tersebut, Muslich (2013:80) mengemukakan bahwa nilai-nilai luhur selaras dengan lima pilar karakter. Lima pilar karakter tersebut meliputi (1) Transendensi yaitu menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan tuhan yang maha esa, (2)


(48)

Humanisasi yaitu setiap manusia memiliki hakekat yang sama dimata Tuhan yang Maha Esa kecuali ilmu dan ketakwaan yang membedakannya, (3) Kebinekaan menyadari banyak perbedaan di dunia dan mampu mengambil kesamaan sebagai kekuatan, (4) liberalisai yaitu pembebasan atas penindasan sesama manusia, (5) keadilan merupakan kuci kesejahteraan. Definisi lain juga dikemukakan oleh Gaffar (dalam Kesuma, 201:5), bahwa pendidikan karakter adalah “sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu”. Kesuma dkk (2011:5) juga mendefinisikan pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai “pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”. Pentingnya pendidikan karakter ini bertujuan untuk memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah atau lulus.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai karakter bangsa Indonesia ialah memaknai nilai-nilai luhur universal dan nilai-nilai luhur Pancasila. Nilai-nilai luhur ini dijadikan sebagai pandangan filosofis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai tersebut selaras dengan nilai-nilai yang terdapat dalam lima pilar karakter.

Kementerian Pendidikan Nasional (dalam Salahudian dan Alkrienchiechie, 2013:54-56) menjelaskan ada 18 (delapan belas) butir


(49)

nilai karakter di antaranya (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab. Delapan belas butir nilai karakter ini ditanamkan pada siswa melalui pengintegrasian butir nilai karakter pada semua muatan pelajaran dan setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.

d. Pendekatan tematik integratif

Pada Kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu pendekatan tematik integratif. Pendekatan tematik integratif menurut Ahmadi (2014:225) adalah “pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa materi ajar sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa”. Daryanto (2014:45-46) juga menjelaskan bahwa tematik integratif adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sentral untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran ke dalam topik-topik tertentu, sehingga topik tersebut dapat dikembangkan ke dalam konsep-konsep yang sesuai dengan tema sentralnya.

Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas IV. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema (Majid, 2014:86).


(50)

Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif menurut Majid (2014:89) adalah sebagai berikut.

1) Pembelajaran tematik integrative memiliki satu tema yang actual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.

2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait.

3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat di dalam kurikulum.

4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Selain itu, Majid (2014:89-90) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik di sekolah dasar memiliki karakteristik, sebagai berikut.

1) Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator.


(51)

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

5) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada. 6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.


(52)

Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut Hesty dalam (Majid, 2014:90) adalah sebagai berikut.

1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang sekaligus.

2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antara schemata yang dimiliki oleh siswa.

3) Autentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.

4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada pendekatan inquiry discovery di mana siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa penjelasan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran tematik terpadu yang memadukan beberapa mata pelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu dengan mengintegrasikan konteks hasil belajar, pengalaman belajar, dan konten belajar, sehingga dapat memberikan pembelajaran bermakna kepada peserta didik.

e. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan suatu proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip, melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan


(53)

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Hosnan, 2014:34).

Menurut Kemendikbud 2013 kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik antara lain:

1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika ataua penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.


(54)

Selain merujuk pada kriteria pendekatan saintifik yang telah dipaparkan di atas, pembelajaran dengan pendekatan saintifik mempunyai langkah-langkah pembelajaran dengan mengacu pada tiga ranah pengembangan yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang

“apa”. Ranah keterampilan menggamit tranformasi subtansi atau materi

ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan kesimbangan antara kemampuan untuk memnjadi manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Kemendikbud, 2013).

Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik, antara lain:

1) Mengamati

Menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. 2) Menanya

Pada saat kegiatan menanya guru dapat membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan , guru sebenarnya sedang menanamkan sikap kepada siswa agar menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. 3) Menalar


(55)

Penalaran yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba mengkoneksikan antara pengetahuan baru yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya untuk menjadi sebuah temuan pengetahuan, baik untuk mengoreksi atau pun memperoleh pelajaran baru.

4) Mencoba

Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba melakukan eksperimen terkait materi pembelajaran untuk menemukan kesimpulan dan mengetahui secara langsung apa yang sedang mereka pelajari. Selama proses ini berlangsung guru ikut membimbing peserta didik yang bertujuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.

5) Membentuk jejaring

Membentuk jejaring merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama untuk memudahkan suatu usaha demi mencapai tujuan bersama.

f. Penilaian outentik

Penilaian autentik (authentic assessment) adalah suatu proses pengumpulan pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjtan, bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten sebagai akuntibilitas publik (pusat kurikulum, 2009). Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson (dalam Majid, 2014:56), yang mengatakan bahwa


(56)

penilaian autentik memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk menunjukan apa yang telah dipelajari dan apa yang telah dikuasai selama proses pembelajaran.

Kunandar (2014:35) mengatakan bahwa salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (authentik assesment). Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian autentik, tetapi dalam implementasi di lapangan belum berjalan secara optimal. Melalui kurikulum 2013 ini penilaian authentik menjadi penekanan yang serius dimana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memerhatikan penilaian autentik.

Jadi dari pemaparan para ahli diatas dapat menyimpulkan bahwa penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di standar komptensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dam Kompetensi Dasar (KD). Dalam penilaian autentik memerhatikan keseimbangan antara peilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karateristik peserta didik sesuai dengan jenjangnya.

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.


(57)

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

(a) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

(b) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

(c) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik.

(d) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.


(58)

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

(a) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

(b) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

(c) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

3) Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan performance/kinerja/unjuk kerja, produk, proyek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. (a) Performance/kinerja/unjuk kerja adalah suatu penilaian yang

meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

(b) Produk adalah penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam membuat produk teknologi dan seni (3 dimensi). Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir, namun juga proses pembuatannya. Pengembangan produk meliputi 3 tahap dan dalam setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:


(59)

(1) Tahap persiapan atau perencanaan meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. (2) Tahap pembuatan meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menyeleksi dan menggunakan bahan dan alat serta dalam menentukan teknik yang tepat. (3) Tahap penilaian meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk sesuai dengan kegunaan.

(c) Proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

(d) Portofolio (kumpulan karya peserta didik) selama satu semester atau satu tahun. Portofolio yang dibuat dan disusun peserta didik berupa produk atau hasil kerja.

Kunandar (2014:38) mengungkapkan bahwa ciri-ciri penilaian autentik adalah sebagai berikut.

1) Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk. Artinya dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja (performance) dan produk atau hasil yang dikerjakan oleh peserta didik. Dalam melakukan penilaian kinerja dan produk pastikan bahwa kinerja dan produk tersebut merupakan cerminan kompetensi dari peserta didik tersebut secara nyata dan objektif.

2) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Artinya dalam melakukan penilaian terhadap peserta


(60)

didik guru dituntut untuk melakukan penilaian terhadap kemampuandalam kompetensi proses dan kemampuan atau kompetensi peserta didik seteah melalkukan kegiatan pembelajaran 3) Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya dalam melakukan

penilaian terhdap peserta didik menggunakan bebagai teknik penilaian dan menggunakan berbagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik

4) Tes hanya salah satu alat mengumpul data penilaian. Artinya dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus secara kompherensif dan tidak hanya mengandalkan hasil tes semata. Informasi-infomasi lain yang mendukung pencapaian kompetensi peserta didik dapa dijadikan bahan dalam melakukan penilaian

5) Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari

6) Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan kelausannya. Artinya dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensi tertentuu secara objektif.


(61)

3. Pendekatan saintifik

a. Pengertian pendekatan saintifik

Barringer dalam Abidin (2014:125) mengemukakan bahwa “pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Abidin (2014:127) juga menjelaskan “pendekatan saintifik pada dasarnya adalah model pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian akrivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.

Sani (2014:50) menegaskan bahwa pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Daryanto (2014:51) menjelaskan secara detail bahwa pendekatan dengan pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau merumuskan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan, mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang “ditemukan”.


(62)

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah yang melibatkan proses mengamati (mengindera), menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan atau membentuk jejaring. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pelaksanaan proses tersebut, bantuan guru sangat diperlukan, akan tetapi, dalam hal ini, guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing jika siswa melakukan kekeliruan.

b. Karateristik pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik memiliki berbagai karakteristik. Daryanto (2014:53) menjelaskan karakteristik pembelajaran dengan metode saintifik adalah sebagai berikut.

1) Berpusat pada siswa.

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip.

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

c. Tujuan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik

Hosnan (2014:36) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, sebagai berikut:


(1)

kapital)

3. Sikap sosial atau individu

Indikator 2.2.1 Menunjukan sikap santun dalam bermain dilingkungan sekolah

Teknik penilaian observasi

instrumen Lembar observasi sikap peduli

Berilah tanda cek (√) sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa!

Nama siswa :

Minggu ke-...Bulan....2015

Subtema : Bermain di Lingkungan Sekolahku

No Nama peserta didik

Perkembangan sikap

Santun Keterangan

SB B C K

1 2 3

Catatan SB : Sangat Baik, B :Baik,

C : Cukup, K : Kurang. 4. Sikap spiritual

Indikator 1.1.1 Menerima anugerah tuhan lewat berdoa Teknik penilaian Observasi

instrumen Lembar observasi sikap bersyukur

Berilah tanda cek (√) sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa

Kriteria Baik sekali 4 Baik 3 Cukup 2 Kurang 1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan Selalu melakukan doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan Sering melakukan doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan Kadang-kadang melakukan doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan Tidak berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan


(2)

B. Muatan pembelajaran Matematika 1. Pengetahuan

Indikator 3.2.1 Mengidentifikasi gambar benda konkret yang bersesuaian dengan perkalian yang hasilnya ditentukan.

Teknik penilaian Tes tertulis Instrumen Soal :

Berilah tanda centang di bawah gambar yang sesuai dengan soal perkalia n di bawah

1. 5 x ... = 20

Agar hasil perkaliannya 20, maka harus ada kelompok bilangan 5.

Jadi gambar yang sesuai adalah gambar di sebelah

2. 6 x....= 48

Agar hasil perkaliannya 48, maka harus ada ... Kelompok bilangan 6

Jadi gambar yang sesuai adalah gambar disebelah ... 3. 7 x ...= 35


(3)

Agar hasil perkaliannya 35, maka harus ada ... Kelompok bilangan 7

Jadi gambar yang sesuai adalah gambar disebelah ...

Kunci jawaban : 1. 5 x 4 = 20 2. 6 x 8 = 48 3. 7 x 5 = 35

No Kriteria Skor

1 Siswa mampu menjawab 3 soal dengan benar 3 2 Siswa mampu menjawab 2 soal dengan benar 2 3 Siswa mampu menjawab 1 soal dengan benar 1

Keterangan:

 Perolehan skor adalah skor yang diperoleh peserta didik dari kriteria yang ada.  Skor maksimal adalah hasil dari banyaknya kriteria dikalikan skor tertinggi. 2. Keterampilan

Indikator 4.5.1 Menjelaskan langkah- langkah menentukan faktor yang belum diketahui jika faktor lain dan hasilnya diketahui Teknik penilaian Unjuk kerja

Instrumen Menjelaskan langkah-langkah menentukan faktor yang belum diketahui jika faktor lain dan hasilnya diketahui

Rubrik penilaian mengelompokan pembagian

No Kriteria Baik sekali Baik Cukup Perlu

bimbingan

4 3 2 1

1 Kemampuan dalam menjelaskan sesuai dengan

Kemampuan dalam menjelaskan sangat sesuai dengan angka

Kemampuan menjelaskan dengan baik sesuai

dengan angka

Kemampuan menjelaskan cukup baik sesuai dengan angka

Siswa perlu bimbingan NA = SKOR PEROLEHAN X 100


(4)

angka yang ditentukan 2 Ketepatan

dalam menentukan dengan terampil Siswa sangat tepat menetukan faktor dalam angka

Siswa tepat baik dalam menentuka faktor Siswa cukup tepat dalam menentukan faktor Siswa perlu bimbingan

3. Sikap sosial atau individu

Indikator 2.4.1 Menunjukan sikap disiplin dalam melakukan aktifitas disekolah.

Teknik penilaian Observasi

Instrumen Lembar observasi sikap adil

Berilah tanda cek (√) sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa!

Nama siswa :

Minggu ke-...Bulan....2015

Subtema : Bermain di Lingkungan Sekolahku

No Nama peserta didik

Perkembangan sikap

Sikap disiplin Keterangan

SB B C K

1 2 3

Catatan: SB : Sangat Baik, B :Baik,

C : Cukup, K : Kurang.

4. Sikap spiritual

Indikator 1.1.1 Menerima ajaran agama lewat berdoa Teknik penilaian Observasi

Instrumen Lembar observasi sikap bersyukur

Berilah tanda cek (√) sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa!

Rubrik penilaian tentang sikap bersyukur melalui berdoa

Kriteria Baik sekali Baik Cukup Kurang

4 3 2 1

Berdoa sebelum dan sesudah Selalu melakukan doa sebelum Sering melakukan doa sebelum Kadang-kadang melakukan Tidak berdoa sebelum dan sesudah


(5)

melakukan kegiatan

dan sesudah melakukan kegiatan

dan sesudah melakukan kegiatan

doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan

melakukan kegiatan


(6)

BIODATA PENULIS

Elisabeth Awe lahir di Namu, Bajawa, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 01 November 1993. Sekolah Dasar di peroleh di SDI Perawea, Sekolah Menengah Pertama di SMP St. Agustinus Langa, Sekolah Menengah Atas di peroleh di SMAN 1 Bajawa. Pada tahun 2012, melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai Mahasiswa PPGT (Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi) pada Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.