1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya untuk mencerdaskan  kehidupan  bangsa  agar  dapat  meningkatkan  taraf  hidup  dan
mampu  bersaing  dengan  bangsa  lain.  Kecerdasan  yang  harus  dimiliki  suatu bangsa tidak hanya kecerdasan dalam segi intelektual, tetapi juga kecerdasan
interpersonal.  Dalam  membangun  masyarakat  yang  cerdas,  tentunya  dapat dicapai melalui pendidikan yang berkualitas.
Undang-Undang  Sistem  Pendidikan  Nasional  Tim  Penyusun,  2007:  3 menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar  dan  proses  pembelajaran  agar  peserta  didik  secara  aktif
mengembangkan  potensi  dirinya  untuk  memiliki  kekuatan  spiritual keagamaan,  pengendalian  diri,  kepribadian,  kecerdasam  akhlak  mulia,
serta  penampilan  yang  diperlukan  dirinya,  masyarakat,  bangsa,  dan negara.
Di  dalam  Undang-Undang  Sistem  Pendidikan  Nasional  Tim  Penyusun,
2007:  3  pendidikan  dapat  dilakukan  melalui  2  dua  jalur  pendidikan  yaitu pendidikan  formal  dan  pendidikan  nonformal.  Jenjang  pendidikan  formal
merupakan jenjang pendidikan  yang  diwajibkan  oleh pemerintah bagi  warga negara meliputi Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP, dan
Sekolah  Menengah  Atas  SMA.  Ketiga  jenjang  pendidikan  tersebut diwajibkan  oleh  pemerintah  bagi  warrga  negara  demi  tercapainya  tujuan
pendidikan nasional.
2 Untuk  pendidikan  SD  yang  merupakan  pendidikan  formal  pada  tingkat
dasar untuk usia 7 tujuh tahun hingga 12 dua belas tahun dapat dijadikan sebagai  dasar atau pondasi  bagi  seorang anak dalam memperoleh ilmu,  baik
dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ilmu dalam berbagai ranah tersebut dapat dijadikan sebagai bekal bagi diri anak kelak di kemudian hari
ketika  berada  di  jenjang  pendidikan  yang  lebih  tingi  maupun  di  kehidupan masyarakat.
Mata  pelajaran  yang  ada  di  SD  terdiri  dari  Matematika,  Bahasa Indonesia,  Pendidikan  Kewarganegaraan  PKn,  Ilmu  Pengetahuan  Alam
IPA,  dan  Ilmu  Pengetahuan  Sosial  IPS.  Dari  kelima  mata  pelajaran  yang ada  dalam  pendidikan  SD  tersebut,  salah  satunya  adalah  Ilmu  Pengetahuan
Sosial IPS.  Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan mata pelajaran  yang mengandung konsep-konsep berbagai ilmu sosial dan implementasinya dalam
kehidupan masyarakat  yang dipadukan melalui pendekatan pendidikan.  Ilmu Pengetahuan  Sosial  IPS  dapat  dijadikan  sebagai  sarana  dalam  upaya
mewujudkan  sikap,  kecerdasan,  dan  keterampilan  yang  diperlukan  seorang warga  negara  dalam  kehidupan  sosial  masyarakat  dan  menanamkan
kesadaran lingkungan. Ilmu  Pengetahuan  Sosial  IPS  memiliki  peranan  penting  dalam  jenjang
pendidikan  SD  karena  usia  SD  merupakan  usia  penting  untuk  menanamkan pondasi  yang  kuat  dalam  membentuk  karakter  sebagai  warga  negara  yang
baik  dan  menghargai  nilai-nilai  sosial  serta  memahami  perkembangan masyarakat Indonesia, baik di masa lalu hingga masa sekarang. Hal ini sesuai
3 dengan  bahan  kajian  Ilmu  Pengetahuan  Sosial  IPS  yaitu  ilmu  pengetahuan
tentang  seperangkat  peristiwa,  fakta,  konsep,  dan  pengertian  yang  terkait dengan ilmu-ilmu sosial.
Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS yang terdapat dalam KTSP  2007:  237  yaitu  hendaknya  siswa  dapat  mencapai  kompetensi-
kompetensi sebagai berikut. 1.
Mengenal  konsep-konsep  yang  berkaitan  dengan  kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu,  inkuiri,  memecahkan  masalah  dan  keterampilan  dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki  komitmen  dan  kesadaran  terhadap  nilai-nilai  sosial  dan
kemanusiaan. 4.
Memiliki  kemampuan  berkomunikasi,  bekerjasama  dan  kompetisi dalam  masyarakat  yang  majemuk,  di  tingkat  lokal,  nasional,  dan
global.
Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS yang tertuang dalam KTSP  sangat  baik,  yaitu  agar  siswa  dapat  mencapai  kompetensi  di  dalam
dirinya  yang kelak di kemudian hari kompetensi itu hendaknya dapat berguna bagi  masyarakat  dan  negara.  Namun,  kenyataan  di  lapangan  menunjukkan
bahwa  kualitas  pembelajaran  IPS  masih  jauh  dari  tujuan  pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Sosial IPS tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas VB SD Negeri Demakijo  I  Gamping  Sleman  pada  tanggal  18  Agustus  2016,  guru  kelas
tersebut  menyatakan  bahwa  siswa  paling  sulit  untuk  mempelajari  materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar
Ilmu  Pengetahuan  Sosial  IPS  siswa  kelas  VB  paling  rendah  dibandingkan dengan hasil belajar mata pelajaran lain. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
4 IPS  siswa  kelas  VB  pada  Ujian  Akhir  Semester  Genap  tahun  ajaran
20152016 adalah sebagai berikut. Tabel  1.  Hasil  Belajar  Siswa  Kelas  VB  SD  Negeri  Demakijo  1  pada  Ujian
Akhir Semester Genap Tahun Ajaran 20162017. No.
Mata Pelajaran Nilai Rata-rata UAS
1. Bahasa Indonesia
80 2.
Matematika 70
3. Ilmu Pengetahuan Alam IPA
75 4.
Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 68
5. PKn
70 Selain  melakukan  wawancara  dengan  guru,  peneliti  juga  melakukan
wawancara  dengan  siswa.  Berdasarkan  hasil  wawancara  peneliti  dengan beberapa  siswa  secara  acak  di  kelas  VB  SD  Negeri  Demakijo  1  Gamping
Sleman, beberapa siswa tersebut  mengungkapkan bahwa pelajaran  IPS adalah pelajaran  yang  penuh  dengan  tulisan  dan  hafalan.  Guru  juga  mengharuskan
mereka dapat memahami semua materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS yang telah diberikan.
Berdasarkan  hasil  observasi  yang  telah  dilaksanakan  oleh  peneliti  pada proses  pembelajaran  di  kelas  VB  SD  Negeri  Demakijo  1  Gamping  Sleman
pada  tanggal  18  Agustus  2016,  dapat  diketahui  bahwa  metode  pembelajaran yang  digunakan  oleh  guru  adalah  metode  ceramah.  Dalam  menggunakan
pembelajaran tersebut, sesekali guru menuliskan materi pembelajaran di papan tulis  dan  meminta  siswa  untuk  menyalin  tulisan  guru  tersebut  pada  buku
catatan. Proses pembelajaran yang demikian menimbulkan kesan bahwa dalam pembelajaran  Ilmu  Pengetahuan  Sosial  IPS  guru  kurang  melibatkan  siswa
dalam  proses  pembelajaran  sehingga  siswa  menjadi  pasif.  Menurut  Hisyam Zaini  2008:  14,  ketika  siswa  pasif,  atau  hanya  menerima  dari  pengajar  ada
5 kecenderungan  untuk  melupakan  apa  yang  telah  diberikan  pengajar.
Berdasarkan  pendapat  tersebut,  guru  sebaiknya  merancang  pembelajaran  agar siswa  berpartisipasi  aktif  dalam  proses  pembelajaran  sehingga  siswa  dapat
mencapai  potensi  dalam  dirinya  sesuai  dengan  tujuan  pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Sosial IPS dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS yang dilaksanakan di kelas VB  SD  Negeri  Demakijo  1  dengan  metode  ceramah  juga  dinilai  kurang
menyenangkan  bagi  siswa.  Hal  ini  dibuktikan  dengan  selama  proses pembelajaran  ada  siswa  yang  bercerita  dengan  temannya,  memukul-mukul
meja,  bermain  dengan  tempat  pensilnya,  dan  kepala  disandarkan  di  meja. Darmansyah  2011:  4  menyatakan  bahwa  kenyamanan  dan  kesenangan  yang
dinikmati  oleh  peserta  didik  dalam  pembelajaran  dapat  membantu  mereka mencapai  hasil  belajar  optimal.  Berdasarkan  pendapat  Darmansyah  tersebut,
pembelajaran  Ilmu  Pengetahuan  Sosial  IPS  dapat  dibuat  dengan  suasana kelas  yang  menyenangkan  agar  siswa  dapat  tertarik  mengikuti  proses
pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Berbagai  permasalahan  dalam  pembelajaran  Ilmu  Pengetahuan  Sosial
IPS tersebut dapat diatasi dengan memberikan variasi model maupun metode pembelajaran.  Menurut  Sugiyono  2006:  25,  keberhasilan  suatu  proses
pembelajaran  dapat  diukur  melalui  seberapa  banyak  cara  yang  digunakan didalam  mengajar.  Cara  yang  dimaksud  adalah  metode  pembelajaran  yang
digunakan  dalam  proses  pembelajaran. Pembelajaran  yang  dilaksanakan
dengan  variasi  metode  dan  model  pembelajaran  dapat  membuat  siswa  merasa
6 senang dan tidak bosan, sehingga pembelajaran yang diterima siswa akan lebih
bermakna. Salah  satu  model  pembelajaran  yang  dapat  dijadikan  solusi  untuk
membuat  suasana  pembelajaran  di  dalam  kelas  menjadi  menarik  dan menyenangkan  bagi  siswa  adalah  model  pembelajaran  Quantum  Teaching.
Menurut Sugiyanto 2010: 6, Quantum Teaching merupakan salah satu model pembelajaran  yang  dapat  dipilih  guru  agar  pembelajaran  dapat  berlangsung
secara  menyenangkan  enjoyful  learning.  Model  pembelajaran  Quantum Teaching  menekankan  pentingnya  interaksi  yang  menyenangkan  antara  siswa
dengan  lingkungan  belajarnya  dalam  mewujudkan  pembelajaran  yang  efektif dan optimal, serta memudahkan kebehasilan tujuan pembelajaran.
Model  pembelajaran  Quantum  Teaching  menggunakan  strategi pembelajaran  yang  dikenal  dengan  istilah  TANDUR  Bobbi  DePorter  dalam
Udin  Sy aefudin  Sa’ud,  2012:  129.  Strategi  pembelajaran  ini  dapat
menempatkan  siswa  menjadi  subjek  yang  aktif,  baik  secara  fisik  maupun mental  dalam  mempelajari  ilmu  pengetahuan.  Siswa  dapat  memiliki
kesempatan  untuk  membangun  sendiri  pengetahuan  mereka  berdasarkan pengalaman-pengalaman  yang  dialami  siswa  menjadi  sebuah  konsep  Ilmu
Pengetahuan  Sosial  IPS  sehingga  konsep  yang  didapatkan  oleh  siswa  akan tertanam dan dapat bertahan lama dalam diri siswa.
Berdasarkan  kenyataan  diatas,  peneliti  ingin  berupaya  meningkatkan kualitas  proses  dan  hasil  pembelajaran  Ilmu  Pengetahuan  Sosial  IPS  bagi
siswa  pada  masa  sekarang  dan  masa  yang  akan  datang  melalui  sebuah
7 penelitian.  Peneliti  terdorong  untuk  melakukan  penelitian  mengenai
“Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial IPS melalui Penerapan Model  Pembelajaran  Quantum  Teaching  pada  Siswa  Kelas  VB  SD  Negeri
Demakijo 1 Gamping Sleman”.
B. Identifikasi Masalah